Marriage Journey - Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
Hendi terus menjaga Sifa sampai kondisi Sifa jauh lebih baik baru dia berani pergi. Setelah selesai meninggalkan pesan kepada perawat, dia melihat waktunya juga sudah hampir sampai, kemudian dia kembali ke kantornya.
Ketika Sifa bangun, dia merasa kaku di sekujur tubuhnya dan kesulitan untuk duduk, kemudian dia melihat jam yang tergantung di dinding.
Sekarang sudah hampir jam sebelas hari ke dua. Setelah hamil, Sifa menjadi sangat mudah lapar, ditambah lagi, dari kemarin hingga sekarang, Sifa belum makan sama sekali.
Sifa bangun dan turun dari tempat tidur, dia ingin keluar dan membeli sesuatu. Waktu itu, Hendi juga sudah mengatakan pada dirinya bahwa dirinya hanya pingsan dan tidak ada masalah besar, jadi Sifa tidak terlalu peduli.
Saat Sifa hendak keluar, Hendi mengenakan pakaian kerjanya berjalan ke arah Sifa dan tangannya membawa makanan. Melihat Sifa turun dari tempat tidur, Hendi langsung berkata dengan tergesa-gesa, "Cepat kembali, saat ini lebih baik jangan turun dari tempat tidur, tubuhmu belum pulih. "
Hendi menggulurkan tangannya dan memegang lengan Sifa kemudian dengan perlahan-lahan membantu Sifa menuju ke tempat tidurnya.
Sifa sudah sangat lapar sejak tadi, dia mencium bau makanan yang dibawa oleh Hendi, kemudian dengan cepat dia membukanya dan memakannya dengan lahap.
Hendi memandang Sifa yang ada di depannya dan tertawa : "Haiyaa, makanlah pelan-pelan, yang benar saja, dari kecil sampai sekarang masih saja tetap seperti ini."
Meskipun sedang makan, Sifa masih tidak lupa untuk menjawab Hendi, Sifa berbicara dengan nada mengoceh membuat Hendi tidak paham apa yang dibicarakan, Hendi hanya bisa mengangguk dengan asal-asalan.
Setelah makan, Sifa menyentuh perutnya dan duduk di atas tempat tidur rumah sakit. Dia memandang Hendi dengan malu dan berkata, "Maaf ya Hendi, aku benar-benar sangat lapar..."
Hendi tersenyum, dan langsung mengelus-elus kepala Sifa dengan manja: "Yang penting kamu menyukainya. Aku tidak mempermasalahkannya."
Sifa menundukkan kepalanya dengan malu dan tidak tahu harus bagaimana menjawabnya, jadi dia mengganti topik pembicaraan dan bertanya: "Oh ya, kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?"
Sifa tidak suka dengan bau rumah sakit, dia juga tidak suka dengan perasaan ini. Meskipun keluar dari rumah sakit, dia hanya bisa kembali ke rumah Hendi itu jauh lebih baik daripada harus tinggal di sini.
Hendi mengangguk dan menatap Sifa dengan lembut, berkata, "Aku tahu kamu ingin keluar dari rumah sakit. Aku tadi sudah bertanya, sebentar lagi kamu sudah bisa keluar, tetapi harus meresepkan obat untukmu dulu.
"Kamu harus ingat untuk makan tepat waktu. Kamu tahu sendiri kondisi tubuhmu, demi anak dan dirimu sendiri, alangkah baiknya kamu lebih memperhatikan kesehatanmu."
Hendi berbicara kepada Sifa dengan kasih sayang dan hati yang tulus. Setelah mendengar bahwa dirinya bisa keluar dari rumah sakit, Sifa terus mengangguk dan sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, Hendi memerintahkan seorang perawat untuk menjalani prosedur pemulangan untuk Sifa dan memberikan sedikit uang tunai kepada Sifa.
Hendi tahu kepribadian Sifa, dia tidak akan mau menerimanya. Sebelum memberinya, Hendi memberitahu Sifa bahwa uang itu tidak diberikan begitu saja, Sifa harus membayarnya kembali setelah mempunyai penghasilan.
Sifa kemudian menyetujuinya, lagipula, dirinya benar-benar tidak punya uang. Meskipun dia memiliki kartu kredit tanpa batas, tetapi uang itu bukan miliknya.
Selama ini, kemanapun Sifa pergi, dia selalu memakai uang Decky. Bahkan saat dirinya di penjarakan oleh Decky selama bertahun-tahun, dia juga selalu menggunakan kartu kredit Decky.
Meskipun kartu kredit itu tidak ada batasannya, Sifa hanya menggunakan uang itu seperlunya saja. Meskipun saat ini uang dia pegang bukan miliknya, selama uang itu bukan milik Decky, hati Sifa merasa tenang.
Sifa tahu bahwa Hendi sangat sibuk dengan pekerjaannya, jadi Hendi pasti tidak punya waktu untuk mengurus Sifa. Hendi sudah bisa dibilang telah menjaga Sifa dengan sangat baik, jadi Sifa merasa dirinya tidak boleh terlalu merepotkan orang lain.
Jadi dia pergi ke supermarket untuk membeli beberapa sayuran segar dan buah-buahan segar, dia melihat di TV bahwa wanita pada tahap awal kehamilan harus lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan.
Setelah tiba di rumah, dia menyiapkan makan malam yang sederhana. Dia menyalakan TV dan memakan makanannya, dia melakukan hal yang sama seperti ini juga saat dia dipenjarakan oleh Decky.
Sifa sendirian di vila yang sangat besar, tanpa pembantu rumah tangga dan pelayan, dia juga seperti ini saat menghabiskan waktunya sendirian di vila.
Meskipun dia hanya sendirian saat ini, tetapi dekorasi sederhana rumah Hendi membawa kehangatan bagi dirinya.
Suasananya membuat orang merasa seperti berada di rumah saat melihatnya, tidak seperti villa milik Decky, sepanjang tahun terasa sangat dingin dan sepi, hanya ada dirinya sendiri...
Sifa menggelengkan kepalanya dan tidak ingin terlalu banyak berpikir, setelah membersihkan peralatan makan, dia pergi mencuci muka dan menggosok gigi lalu tidur.
Decky duduk di kantor presiden yang bertingkat lebih dari lima puluh lantai sambil mendengarkan laporan informasi dari Awen tentang keberadaan Sifa akhir-akhir ini.
Wajah Decky sangat serius dan menakutkan. Setelah Awen selesai berbicara, Awen terdiam dan dengan cepat mundur keluar dari pintu.
Setelah mendengarkannya, karena sangat marah, urat nadi di leher Decky pun muncul dan Decky meninju mejanya.
Terdengar suara yang sangat keras. Untungnya, insulasi suara kantor itu sangat bagus. Jadi, orang-orang di luar tidak mendengar suara apapun, jika tidak, mereka yang akhir-akhir ini tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, pasti akan ketakutan.
Kemarahan di mata Decky benar-benar mengerikan. Dia mengertakkan giginya sambil mengeluarkan foto yang baru saja diberikan oleh Awen : " Sifa, kamu jangan berharap bisa keluar dari genggamanku seumur hidupmu."
Setelah itu, Decky berjalan menuju ruang parkir bawah tanah untuk mengendarai mobil dan melaju menuju ke rumah Hendi.
Inilah yang terjadi selama kehamilan, mudah ngantuk dan mudah lapar, begitu juga dengan Sifa, saat Sifa mengenakan piyamanya dan bersiap untuk tidur.
Sifa tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu utama dan suara itu terdengar sangat tidak sabar. Sifa mengerutkan kening dan berjalan keluar.
Suara ketukan pintu itu tidak berhenti, Sifa tanpa tindakan pencegahan apapun langsung membuka pintunya. Ketika melihat orang yang berdiri di luar pintu, Sifa menarik napas dengan sangat terkejut.
Sifa melihat Decky berdiri di depan matanya, dan dengan secara spontan Sifa langsung ingin menutup pintu, tetapi Decky tidak memberi kesempatan untuknya.
Kaki ramping Decky langsung menempel pada kusen pintu dan berjalan masuk ke dalam ruang tamu, matanya terus menatap Sifa.
Sifa menatap Decky dengan panik. Sifa tidak menduganya, dia sengaja tidak menggunakan kartu kredit yang Decky berikan karena dia tidak ingin Decky mengetahui keberadaannya.
Tapi Sifa telah meremehkannya. Dia itu Decky, di sini adalah daerah kekuasaannya, jika ingin menemukan keberadaan Sifa, itu adalah hal sangat mudah.
Sifa menatap Decky dan berkata dengan nada ketakutan, "Kamu...mengapa kamu bisa datang kemari?"
Meskipun Sifa sudah berusaha menahan kepanikannya, tetapi saat berbicara tetap terlihat gugup.
Decky memandangi wanita yang berdiri di depan matanya dan terlihat kaget dengan kedatangannya, kemudian tersenyum menyeringai dan berkata dengan nada suara menyindir : "Kenapa, ini adalah rumahmu dan selingkuhanmu, jadi aku sebagai suamimu yang sah, tidak boleh datang kemari? "
Aura tubuh Decky sangat mengerikan, jadi secara tidak sadar, Sifa bersandar ke sisi lain.
Sifa memandang Decky dan mejelaskannya dengan panik: "Tidak, tidak seperti apa yang kamu katakan, kami hanya berteman, bukan seperti yang kamu katakan."
Sifa bukan tipe orang yang suka menjelaskan, tapi di depan Decky, dia tidak tahu sudah berapa kali dia menjelaskannya.
Decky melihat Sifa yang berusaha menjelaskan, Decky hanya merasa jijik.
Decky melihat Sifa mengenakan piyama sederhana. Saat Sifa keluar dari vila, Sifa tampaknya bukan memakai pakaian ini. Ternyata, Sifa benar-benar memiliki pakaian piyama di sini.
Wanita ini benar-benar hidup bersama dengan selingkuhannya secara terang-terangan, jadi Decky ini dianggap apa?
Karena sudah sangat emosi, Decky tidak menunggu sampai Sifa selesai menjelaskannya, Decky langsung berjalan mendekatinya.
Dan langsung mencekik leher Sifa, masih dengan posisi yang sama, hanya saja tempatnya yang berubah.
Sifa dicekik oleh Decky dan tidak bisa berkata-kata, wajahnya kemudian memerah karena kesulitan bernapas.
Kekuatan tangan Decky semakin besar dan sambil menatap mata Sifa. Dari tatapan mata Decky, Sifa tahu bahwa dirinya tidak akan bisa melarikan diri.
Wajah Decky sangat tidak enak dipandang, kemudian Decky menurunkan suaranya dan memandang Sifa, berkata: "Maksudmu, kamu datang ke rumah pria lain, sekarang kamu menjelaskannya kepada? Hum?"
Napas Decky mengenai wajah Sifa. Sifa memalingkan wajahnya untuk tidak menatapnya. Decky sama sekali tidak peduli dengan perasaan Sifa dan tangannya masih tetap mencekik lehernya.
Melihat Sifa tidak berbicara dan wajahnya terlihat seperti tidak senang, kemarahan Decky semakin menjadi. Wanita kotor ini masih berani mengeluh?
Decky mencengkeram dagu Sifa, dan menatap Sifa dengan marah, nadanya penuh penghinaan, berkata: "Kamu benar-benar wanita yang tak tahu malu."
Novel Terkait
Adore You
ElinaTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelLove Is A War Zone
Qing QingMy Greget Husband
Dio ZhengRahasia Istriku
MahardikaEverything i know about love
Shinta CharityCinta Yang Terlarang
MinnieMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka