Marriage Journey - Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu

Hendi terus menjaga Sifa sampai kondisi Sifa jauh lebih baik baru dia berani pergi. Setelah selesai meninggalkan pesan kepada perawat, dia melihat waktunya juga sudah hampir sampai, kemudian dia kembali ke kantornya.

Ketika Sifa bangun, dia merasa kaku di sekujur tubuhnya dan kesulitan untuk duduk, kemudian dia melihat jam yang tergantung di dinding.

Sekarang sudah hampir jam sebelas hari ke dua. Setelah hamil, Sifa menjadi sangat mudah lapar, ditambah lagi, dari kemarin hingga sekarang, Sifa belum makan sama sekali.

Sifa bangun dan turun dari tempat tidur, dia ingin keluar dan membeli sesuatu. Waktu itu, Hendi juga sudah mengatakan pada dirinya bahwa dirinya hanya pingsan dan tidak ada masalah besar, jadi Sifa tidak terlalu peduli.

Saat Sifa hendak keluar, Hendi mengenakan pakaian kerjanya berjalan ke arah Sifa dan tangannya membawa makanan. Melihat Sifa turun dari tempat tidur, Hendi langsung berkata dengan tergesa-gesa, "Cepat kembali, saat ini lebih baik jangan turun dari tempat tidur, tubuhmu belum pulih. "

Hendi menggulurkan tangannya dan memegang lengan Sifa kemudian dengan perlahan-lahan membantu Sifa menuju ke tempat tidurnya.

Sifa sudah sangat lapar sejak tadi, dia mencium bau makanan yang dibawa oleh Hendi, kemudian dengan cepat dia membukanya dan memakannya dengan lahap.

Hendi memandang Sifa yang ada di depannya dan tertawa : "Haiyaa, makanlah pelan-pelan, yang benar saja, dari kecil sampai sekarang masih saja tetap seperti ini."

Meskipun sedang makan, Sifa masih tidak lupa untuk menjawab Hendi, Sifa berbicara dengan nada mengoceh membuat Hendi tidak paham apa yang dibicarakan, Hendi hanya bisa mengangguk dengan asal-asalan.

Setelah makan, Sifa menyentuh perutnya dan duduk di atas tempat tidur rumah sakit. Dia memandang Hendi dengan malu dan berkata, "Maaf ya Hendi, aku benar-benar sangat lapar..."

Hendi tersenyum, dan langsung mengelus-elus kepala Sifa dengan manja: "Yang penting kamu menyukainya. Aku tidak mempermasalahkannya."

Sifa menundukkan kepalanya dengan malu dan tidak tahu harus bagaimana menjawabnya, jadi dia mengganti topik pembicaraan dan bertanya: "Oh ya, kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?"

Sifa tidak suka dengan bau rumah sakit, dia juga tidak suka dengan perasaan ini. Meskipun keluar dari rumah sakit, dia hanya bisa kembali ke rumah Hendi itu jauh lebih baik daripada harus tinggal di sini.

Hendi mengangguk dan menatap Sifa dengan lembut, berkata, "Aku tahu kamu ingin keluar dari rumah sakit. Aku tadi sudah bertanya, sebentar lagi kamu sudah bisa keluar, tetapi harus meresepkan obat untukmu dulu.

"Kamu harus ingat untuk makan tepat waktu. Kamu tahu sendiri kondisi tubuhmu, demi anak dan dirimu sendiri, alangkah baiknya kamu lebih memperhatikan kesehatanmu."

Hendi berbicara kepada Sifa dengan kasih sayang dan hati yang tulus. Setelah mendengar bahwa dirinya bisa keluar dari rumah sakit, Sifa terus mengangguk dan sambil tersenyum.

Tak lama kemudian, Hendi memerintahkan seorang perawat untuk menjalani prosedur pemulangan untuk Sifa dan memberikan sedikit uang tunai kepada Sifa.

Hendi tahu kepribadian Sifa, dia tidak akan mau menerimanya. Sebelum memberinya, Hendi memberitahu Sifa bahwa uang itu tidak diberikan begitu saja, Sifa harus membayarnya kembali setelah mempunyai penghasilan.

Sifa kemudian menyetujuinya, lagipula, dirinya benar-benar tidak punya uang. Meskipun dia memiliki kartu kredit tanpa batas, tetapi uang itu bukan miliknya.

Selama ini, kemanapun Sifa pergi, dia selalu memakai uang Decky. Bahkan saat dirinya di penjarakan oleh Decky selama bertahun-tahun, dia juga selalu menggunakan kartu kredit Decky.

Meskipun kartu kredit itu tidak ada batasannya, Sifa hanya menggunakan uang itu seperlunya saja. Meskipun saat ini uang dia pegang bukan miliknya, selama uang itu bukan milik Decky, hati Sifa merasa tenang.

Sifa tahu bahwa Hendi sangat sibuk dengan pekerjaannya, jadi Hendi pasti tidak punya waktu untuk mengurus Sifa. Hendi sudah bisa dibilang telah menjaga Sifa dengan sangat baik, jadi Sifa merasa dirinya tidak boleh terlalu merepotkan orang lain.

Jadi dia pergi ke supermarket untuk membeli beberapa sayuran segar dan buah-buahan segar, dia melihat di TV bahwa wanita pada tahap awal kehamilan harus lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan.

Setelah tiba di rumah, dia menyiapkan makan malam yang sederhana. Dia menyalakan TV dan memakan makanannya, dia melakukan hal yang sama seperti ini juga saat dia dipenjarakan oleh Decky.

Sifa sendirian di vila yang sangat besar, tanpa pembantu rumah tangga dan pelayan, dia juga seperti ini saat menghabiskan waktunya sendirian di vila.

Meskipun dia hanya sendirian saat ini, tetapi dekorasi sederhana rumah Hendi membawa kehangatan bagi dirinya.

Suasananya membuat orang merasa seperti berada di rumah saat melihatnya, tidak seperti villa milik Decky, sepanjang tahun terasa sangat dingin dan sepi, hanya ada dirinya sendiri...

Sifa menggelengkan kepalanya dan tidak ingin terlalu banyak berpikir, setelah membersihkan peralatan makan, dia pergi mencuci muka dan menggosok gigi lalu tidur.

Decky duduk di kantor presiden yang bertingkat lebih dari lima puluh lantai sambil mendengarkan laporan informasi dari Awen tentang keberadaan Sifa akhir-akhir ini.

Wajah Decky sangat serius dan menakutkan. Setelah Awen selesai berbicara, Awen terdiam dan dengan cepat mundur keluar dari pintu.

Setelah mendengarkannya, karena sangat marah, urat nadi di leher Decky pun muncul dan Decky meninju mejanya.

Terdengar suara yang sangat keras. Untungnya, insulasi suara kantor itu sangat bagus. Jadi, orang-orang di luar tidak mendengar suara apapun, jika tidak, mereka yang akhir-akhir ini tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, pasti akan ketakutan.

Kemarahan di mata Decky benar-benar mengerikan. Dia mengertakkan giginya sambil mengeluarkan foto yang baru saja diberikan oleh Awen : " Sifa, kamu jangan berharap bisa keluar dari genggamanku seumur hidupmu."

Setelah itu, Decky berjalan menuju ruang parkir bawah tanah untuk mengendarai mobil dan melaju menuju ke rumah Hendi.

Inilah yang terjadi selama kehamilan, mudah ngantuk dan mudah lapar, begitu juga dengan Sifa, saat Sifa mengenakan piyamanya dan bersiap untuk tidur.

Sifa tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu utama dan suara itu terdengar sangat tidak sabar. Sifa mengerutkan kening dan berjalan keluar.

Suara ketukan pintu itu tidak berhenti, Sifa tanpa tindakan pencegahan apapun langsung membuka pintunya. Ketika melihat orang yang berdiri di luar pintu, Sifa menarik napas dengan sangat terkejut.

Sifa melihat Decky berdiri di depan matanya, dan dengan secara spontan Sifa langsung ingin menutup pintu, tetapi Decky tidak memberi kesempatan untuknya.

Kaki ramping Decky langsung menempel pada kusen pintu dan berjalan masuk ke dalam ruang tamu, matanya terus menatap Sifa.

Sifa menatap Decky dengan panik. Sifa tidak menduganya, dia sengaja tidak menggunakan kartu kredit yang Decky berikan karena dia tidak ingin Decky mengetahui keberadaannya.

Tapi Sifa telah meremehkannya. Dia itu Decky, di sini adalah daerah kekuasaannya, jika ingin menemukan keberadaan Sifa, itu adalah hal sangat mudah.

Sifa menatap Decky dan berkata dengan nada ketakutan, "Kamu...mengapa kamu bisa datang kemari?"

Meskipun Sifa sudah berusaha menahan kepanikannya, tetapi saat berbicara tetap terlihat gugup.

Decky memandangi wanita yang berdiri di depan matanya dan terlihat kaget dengan kedatangannya, kemudian tersenyum menyeringai dan berkata dengan nada suara menyindir : "Kenapa, ini adalah rumahmu dan selingkuhanmu, jadi aku sebagai suamimu yang sah, tidak boleh datang kemari? "

Aura tubuh Decky sangat mengerikan, jadi secara tidak sadar, Sifa bersandar ke sisi lain.

Sifa memandang Decky dan mejelaskannya dengan panik: "Tidak, tidak seperti apa yang kamu katakan, kami hanya berteman, bukan seperti yang kamu katakan."

Sifa bukan tipe orang yang suka menjelaskan, tapi di depan Decky, dia tidak tahu sudah berapa kali dia menjelaskannya.

Decky melihat Sifa yang berusaha menjelaskan, Decky hanya merasa jijik.

Decky melihat Sifa mengenakan piyama sederhana. Saat Sifa keluar dari vila, Sifa tampaknya bukan memakai pakaian ini. Ternyata, Sifa benar-benar memiliki pakaian piyama di sini.

Wanita ini benar-benar hidup bersama dengan selingkuhannya secara terang-terangan, jadi Decky ini dianggap apa?

Karena sudah sangat emosi, Decky tidak menunggu sampai Sifa selesai menjelaskannya, Decky langsung berjalan mendekatinya.

Dan langsung mencekik leher Sifa, masih dengan posisi yang sama, hanya saja tempatnya yang berubah.

Sifa dicekik oleh Decky dan tidak bisa berkata-kata, wajahnya kemudian memerah karena kesulitan bernapas.

Kekuatan tangan Decky semakin besar dan sambil menatap mata Sifa. Dari tatapan mata Decky, Sifa tahu bahwa dirinya tidak akan bisa melarikan diri.

Wajah Decky sangat tidak enak dipandang, kemudian Decky menurunkan suaranya dan memandang Sifa, berkata: "Maksudmu, kamu datang ke rumah pria lain, sekarang kamu menjelaskannya kepada? Hum?"

Napas Decky mengenai wajah Sifa. Sifa memalingkan wajahnya untuk tidak menatapnya. Decky sama sekali tidak peduli dengan perasaan Sifa dan tangannya masih tetap mencekik lehernya.

Melihat Sifa tidak berbicara dan wajahnya terlihat seperti tidak senang, kemarahan Decky semakin menjadi. Wanita kotor ini masih berani mengeluh?

Decky mencengkeram dagu Sifa, dan menatap Sifa dengan marah, nadanya penuh penghinaan, berkata: "Kamu benar-benar wanita yang tak tahu malu."

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu