Marriage Journey - Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
Decky melihat Shifa pulang lalu tidak ada pergerakan lagi, tangannya memegang setir mobil dengan erat, wanita ini benar-benar berani sekali ya?
Eskpresi Decky marah, wajahnya suram tidak berbicara, diam lama sekali baru memutuskan untuk keluar dari mobil.
Awalnya mengira Shifa akan seperti dulu menunggunya pulang di ruang tamu, tapi menunggu Decky masuk, di dalam ruang tamu sudah tidak ada orang lagi.
Ini membuat Decky semakin marah, kedua tangannya di pinggang, berusaha menetralkan amarahnya.
Awalnya Shifa berencana setelah selesai ganti baju langsung tidur, tapi tidak menyangka tasnya sepertinya ketinggalan di ruang tamu.
Shifa menggeleng dengan tidak berdaya, tampaknya dirinya juga tiak bisa menghindari kutukan menghindari hamil bodoh 3 tahun.
Shifa berjalan turun ke bawah, melihat kedua tangan Decky memegang pinggang berdiri di ruang tamu, wajahnya tidak senang.
Shifa merasa sedikit aneh, bukankah Decky harusnya sudah pulang, kenapa masih disini di waktu segini?
Shifa menuruni tangga dengan cepat, dengan berhati-hati berkata kepada Decky: "Apakah kamu mempunyai hal lain lagi?"
Decky tidak menyangka Shifa bisa turun, membalikkan badan tiba-tiba dikejutkan oleh Shifa: "Wei, apa kamu turun tidak mempunyai suara langkah kaki?"
Intonasi Decky naik satu oktaf, berkata kepada Shifa dengan sedikit marah.
Shifa sedikit bingung, berdiri di tempatnya berkata dengan gagap: "Aku....aku turun untuk mengambil tas, tidak sangka kamu akan ada disini semalam ini."
Decky cemberut, ekspresi tidak sabaran di wajahnya menjadi lebih rumit.
Shifa melihat waktu, jam segini sudah malam sekali, oleh karena itu berjalan mendekati Decky, menundukkan kepala berkata: "Sudah malam sekali, kalau tidak malam ini sementara istirahat disini saja."
Saat Decky mendengar perkataan Shifa, hatinya langsung menjadi lebih lega, kalau lebih cepat mengatakan kalimat ini bukankah tidak akan ada masalah lagi?
Ini adalah perkataan yang ingin Decky dengar dari Shifa, bibir Decky membentuk senyuman yang tidak bisa dilihat orang.
Tapi cepat sekali kembali ke wajah semula, dengan wajah datar berkata: "Ehn, tapi kamu tetap janga berpikir mau tidur di ranjangku."
Setelah mengatakannya langsung dengan cepat berjalan ke kamarnya, meninggalkan Shifa berdiri di posisi awalnya tidak tau apa yang terjadi.
Setelahnya baru tersadar, menggeleng pelan, dirinya sekarang kenapa bisa memikirkan hal itu, dia ini siapa, dia juga tau.......sudahlah, memang dia juga tidak tau.
Shifa menyeret tubuhnya yang kelelahan kembali ke kamarnya sendiri untuk istirahat, saat terbangun lagi, di luar jendela sudah ada matahari besar.
Shifa langsung bangun, dengan cepat memakai baju, berlari turun ke bawah, setelah ke bawah baru melihat Bibi Wu sudah selesai memasak.
Decky sama seperti dulu duduk di ruang tamu sambil makan sambil melihat dokumen di tangannya.
Shifa masih tidak terbiasa dengan kedatangan Bibi Wu, dulu selalu dia sendiri yang memasak.
Shifa menggeleng, berjalan ke sebelah makanan yang sudah siap dimasak Bibi Wu, setelah berpikir lebih baik mengambil beberapa sayur lalu berjalan ke dalam dapur.
Bibi Wu sedikit tidak mengerti melihat Shifa tapi tidak berbicara, meskipun dia datang kesini tidak lama, tapi bisa melihat kalau hubungan tuan dengan nyonya tidak begitu baik.
Dirinya tidak pernah melihat, suami istri yang setelah menikah masih harus tidur terpisah kamar, tidak pernah makan di satu meja makan.
Tapi ini bukan hal yang bisa dia urusi, Bibi Wu hanya menundukkan kepala melanjutkan mengerjakan pekerjaannya.
Gerakan Decky cepat sekali, setelah selesai makan lalu langsung pergi.
Tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Shifa, sedangkan Shifa hanya menundukkan kepala melanjutkan makanannya, tidak mempedulikan.
Ini sepertinya sudah menjadi cara mereka bersama yang paling damai, tidak ada keributan, tidak ada pertengkaran, terlebih tidak ada cinta, hanya ada keheningan.
Shifa beberapa waktu ini selera makannya semakin tidak baik, meskipun Bibi Wu berusaha berpikir banyak sekali sup dan lauk yang menghindari mual, tapi bagi Shifa tidak ada gunanya sedikitpun.
Dirinya tentu bisa mengkhawatirkan keadaan tubuh Shifa.
Hendri akhir-akhir ini pergi ke Amerika karena masalah Shifa, khusus mencari guru yang dulu mengajarinya, menjelaskan maksudnya datang kali ini.
Berharap guru bisa membantunya, guru Hendri menyetujui dengan senang hati, tapi dia memberitahu Hendri, tingkat keberhasilannya kecl sekali, lebih baik membuat persiapan mental.
Hendri mengangguk dengan senang, dengan semangat berkata kepada gurunya yang sudah berumur 60 tahun lebih: "Asalkan ada secercah harapan, kita harus berusaha beratus kali lipat, bukankah kamu yang mengajariku?"
Tatapan Hendri dicampur engan air mata, dengan senang menarik gurunya berkata, gurunya mengangguk, melihat murid yang pernah paling dia sukai.
Guru Hendiri pernah menjadi dokter paling terkenal di Amerika, lalu karena istrinya sakit jadi selalu sangat memperhatikan penelitian tentang kanker.
Meskipun saat bertahan sulit sekali, tapi tuhan tidak akan mengkhianati usaha, pria yang mencintai istrinya melebih mencintai dirinya akhirnya juga menyembuhkan istrinya.
Ini adalah alasan penting Hendri datang ke Amerika kali ini, demi mencarikan kesempatan bagi Shifa untuk sembuh, berharap guru bisa sekali lagi menggunakan ketrampilan profesinya membantunya menyembuhkan orang yang dia cintai.
Setelah guru Hendri setuju, dengan senang kembali ke dalam negri, begitu turun dari pesawat langsung menelepon Shifa.
Tapi Shifa tidak kunjung mengangkat, ini membuat Hendri sedikit bingung.
Decky duduk di kantornya sendiri, tangannya tidak berhenti, memutar pulpen di jarinya, matanya berputar dengan cepat.
Tangan Laras membawa setumpuk dokumen, menatap Decky dengan kesusahan: "Aku tidak tau kamu begitu susah dilayani, sekretaris yang kucarikan untukmu satu per satu kamu usir pergi."
"Sekarang kalau aku pergi ke bagian HRD, semua orang melihat aku langsung berjalan balik, takut aku tidak hati-hati, langsung meminta orang langsung kemari, lalu dipecat olehmu."
Wajah Decky tidak berekspresi, tetap melihat arah lain: "Aku suka yang lebih pintar sedikit, bukan orang yang harus aku beritahu lagi mau mengerjakan apa."
Laras sedikit tidak berdaya, dirinya kenapa bisa menjumpai bos seperti ini, nada bicaranya sangat tidak senang berkata: "Mungkin model sepertimu, hanya Shifa saja yang bisa menerima......"
Saat Laras mengatakan ini, dia langsung terdiam dengan sedikit merasa bersalah, kenapa dia membicarakan sampai ke Shifa sana.
Laras terdiam dengan peka, menatap Decky, Decky mulai terdiam, setelah beberapa saat baru tersenyum.
Wajahnya dengan sedikit senyum mempermainkan berkata: "Benar juga, kenapa aku tidak terpikir dengan wanita itu."
Setelah mengatakannya lalu memukul meja, matanya yakin berkata kepada Laras: "Seperti ini saja, wanita itu tidak mau berutang kepadaku bukan, lagipula aku disini juga kekurangan sekretaris, biarkan dia datang saja."
Laras membesarkan mata dengan sedikit tidak percaya, apakah Decky tidak bercanda, menyuruh Shifa ke perusahaan menjadi sekretarisnya?
Novel Terkait
King Of Red Sea
Hideo TakashiSuami Misterius
LauraStep by Step
LeksBack To You
CC LennyLove Is A War Zone
Qing QingMenunggumu Kembali
NovanMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka