Marriage Journey - Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
"Sifa, aku juga tahu Sherly sangat baik dan luar biasa. Tapi, aku benar-benar tidak punya perasaan semacam itu padanya. Jika kamu punya waktu, tolong bantu aku untuk membujuknya, jangan buang-buang dan menyiakan waktu hanya karena aku.”
Sifa cukup cemas dalam hati begitu mendengar jawaban Hendi padanya ini. Sebenarnya dia sangat tahu betul dalam hati kalau alasan Hendi tidak mau mengiyakan berpacaran dengan Sherly, mungkin alasan terbesarnya adalah dirinya.
Dia memikirkan ini, bahkan dia merasa bersalah kepada Sherly. Jika dirinya bukan dalam kondisi seperti ini, mana mungkin dia akan membebani Hendi sampai membuat Hendi tidak mau mencari pacar.
Sifa merasa dirinya harus membuat pilihan. Dia tidak boleh membebani Hendi seperti ini terus. Kalau tidak, dalam hati dia akan semakin merasa bersalah dan menyalahkan dirinya. Rasa bersalah dan berhutang budi kepada Hendi semakin lama semakin besar.
Sifa tidak mengatakan apa-apa. Dia kembali lagi ke dapur, Hendi melihat punggung Sifa dan dalam hati menghela napas lega akhirnya terlepas dari hal ini.
Sifa di dapur merebus dumpling yang ada di dalam panci sambil memikirkan kalau kesehatannya sudah pulih dengan baik akhir-akhir ini. Dia tidak bisa menggantungkan dan membebani Hendi lagi. Walaupun dirinya tetap harus berobat di rumah sakit secara teratur. Tapi, dia sendiri bisa melakukan semua ini. Dia tidak bisa membuat Hendi menemaninya lagi dan lagi.
Karena bagaimana pun dirinya tidak bisa memberikan perasaan dan balasan apapun untuk Hendi. Dia harus sendiri dalam menghadapi semuanya di masa depan dengan semandiri mungkin. Walaupun akan sedikit menderita, juga akan melelahkan tapi dia tetap saja tidak boleh membebani Hendi yang selalu membantu dirinya tidak peduli kapanpun itu.
Dia memandang Hendi yang masih bercanda dengan anaknya dari dapur. Ada perasaan tidak tega yang sulit diungkapkan dalam hatinya. Dia tahu Hendi adalah sahabat baik yang sangat dia inginkan. Dia juga adalah orang yang sangat mengerti dan memahami dirinya. Hendi tidak pernah sekalipun meninggalkannya walaupun sudah banyak hal yang telah terjadi.
Di dalam lubuk hati Sifa, dia sangat tidak tega melepaskan sahabat baiknya ini. Namun dia tetap harus rela melepaskannya.
Setelah dumpling sudah matang, Sifa dengan cepat menyajikannya di ruang makan. Dia memanggil Hendi untuk makan. Lalu mengambil anak di gendongan Hendi, lalu menaruh anak itu ke dalam kereta bayi. Dia dan Hendi bersama-sama makan dumpling yang masih panas berasap.
“Oh iya Hendi, aku ingin mencari seorang babysitter yang akan membantuku mengasuh anakku. Karena bagaimanapun aku juga sudah mulai melukis dan menggambar lagi. Jadi, terkadang aku cukup kewalahan. Dengan menyewa babysitter seperti ini, kamu juga bisa tidak usah sering-sering datang ke kediamanku ini.”
Setelah mendengar semua ucapan Sifa ini, Hendi tidak merasakan sama sekali maksud sebenarnya Sifa diam-diam mengisyaratkan kalau dirinya mau menjauh dari Hendi kedepannya.
“Bagus sekali. Kamu ingin babysitter yang bagaimana, apa kamu punya persyaratan pendidikan khusus untuk rekrut babysitter ini? Mencari babysitter di Amerika sangat lebih mudah dari pada di dalam negeri. Perihal keselamatan, kamu tenang saja. Nanti aku akan membantumu mencari.”
Hendi menjawab Sifa sambil menyantap dumpling panas.
"Kamu tidak perlu membantuku mencari babysitter. Nanti, aku sendiri yang akan mencari dan menghubungi. Apalagi, juga bisa melihat-lihat babysitter yang disukai di website. Setelah aku menemukan babysitter, kedepannya kamu tidak usah lagi menemaniku berobat di rumah sakit. Aku bisa pergi sendiri kok. Lagipula, hanya sekali dalam dua minggu saja.”
Setelah mengatakan ini, Sifa pun makan dumplingnya dengan lahap. Walaupun ketika mengatakan ini tampaknya begitu santai, tapi di dalam hatinya, dia takut kalau akan menimbulkan kecurigaan Hendi.
“Sifa, mengenai pergi ke rumah sakit, kamu jangan pergi sendiri. Lagipula, dua minggu sekali saja. Aku masih punya waktu untuk menemanimu pergi kok. Kalau kamu pergi sendiri, aku yang malah tidak tenang.”
Begitu menndegar jawaban Hendi ini, Sifa tahu kalau dirinya tetap berdebat dengannya saat ini. Itu mungkin akan menarik kecurigaan Hendi. Jadi, dia pun tidak mengatakan apa-apa lagi.
Setelah selesai makan dumpling, dan melihat anaknya yang mengantuk, Sifa pun membawa anaknya masuk ke dalam kamar untuk menidurkannya. Hendi sendirian di ruang tamu, dia membantu Sifa menyapu dan membersihkan rumah, lalu dia pun pergi keluar untuk melakukan pekerjaannya sendiri.
Sifa mendengar suara Hendi yang pergi, dia pun melihat ke bawah ke punggung Hendi yang berjalan semakin menjauh lewat jendela kamar anaknya. Dia pun mulai merencanakan langkah selanjutnya yang akan diambilnya.
Dia mulai mencari babysitter yang cocok di internet sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Dia juga tahu kalau dirinya tidak bisa terus tinggal di tempat ini. Setelah menemukan babysitter yang cocok, dia pun berusaha menangani masalah tempat tinggalnya. Dengan begini, maka dia baru bisa lebih baik dalam menjauhi Hendi.
Ketika berpikir sampai sini, hati Sifa tanpa sadar terasa sedih. Dia tidak ingin menggunakan cara seperti ini untuk melukai Hendi. Tapi dia juga tahu ini adalah satu-satunya cara terbaik. Berdasarkan dengan karakter dan sifat Hendi, jika dia mengatakan yang sebenarnya, jelas Hendi tidak akan setuju.
Ketika sedang mencari informasi di internet, Sifa tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu. Dia awalnya mengira kalau itu adalah Hendi yang mungkin melupakan barangnya.
Dia pun bergegas ke lantai bawah dan membukakan pintu, tapi begitu membuka pintu dia melihat wajah yang familiar tapi juga tampak asing baginya.
Sifa sangat yakin sekali kalau orang yang datang ini adalah kepala pelayan kakek yang bertugas dan bertanggung jawab menjaga dan merawat kakek di keluarga Leng.
Pada saat melihat Kepala Petugas Zhang. Wajah Sifa langsung tiba-tiba membeku dan jadi aneh, dia tidak tahu keluarga Leng mengirim Kepala Petugas Zhang kesini untuk alasan apa.
“Kepala Petugas Zhang, kenapa kamu bisa ke sini?”
Dia yang bingung pun langsung bertanya kepada Kepala Petugas Zhang yang berdiri di depan pintu.
Dia merasakan firasat buruk dalam hatinya. Karena bagaimanapun yang kali ini datang adalah Kepala Petugas Zhang, bukan Decky. Jika Decky yang datang, dia mungkin hanya ingin menyiksanya. Tapi kalau Kepala Petugas Zhang yang datang, jangan-jangan dia mau merebut anaknya.
Ketika Sifa memikirkan semua ini dalam-dalam, dia hanya melihat Kepala Petugas Zhang tersenyum dan menatap ke dirinya.
“Nona Sifa, saya diutus dan dikirim oleh tuan besar.”
Mendengar ucapan Kepala Petugas Zhang pada dirinya, Sifa langsung mengerti kalau keluarga Leng yang ada di dalam negeri tahu segala situasinya di Amerika saat ini.
Tapi, tujuan dari semua ini apa. Sifa masih belum tahu jelas. Dirinya tidak berhenti terus menduga dan menebak-nebaknya.
“Em, kalau ada yang mau disampaikan, silahkan masuk ke dalam saja, Kepala Petugas Zhang.”
Sifa membawa Kepala Petugas Zhang masuk ke dalam ruang tamu, lalu mencoba mendengar anaknya yang tidur dengan lelap. Dia takut anaknya akan bangun dan menangis.
“Nona Sifa, tuan besar mengirimku kesini kali ini adalah ingin menjemputmu dan anakmu untuk kembali. Jadi silahkan bereskan semua barangmu, langsung kembali dengan pesawat hari ini.....”
Tapi seiring dengan ucapan yang dikatakan oleh Kepala Petugas Zhang ini.
Sifa merasa informasi ini terlalu sangat tiba-tiba. Dia tidak punya rencana kembali dalam waktu dekat ini.
Apalagi dia juga tidak pernah memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah pulang nanti. Karena bagaimanapun dirinya sangat tahu jelas kalau ada orang di dalam negaranya yang tidak berharap dirinya ini pulang.
Sifa awalnya mengira kalau dirinya bisa menghabiskan hari-hari sisa hidupnya dengan damai bersama anaknya.
“ Kepala Petugas Zhang, walaupun kembali. Aku juga tidak akan mungkin kembali ke keluarga Leng......”
Dia menjawab Kepala Petugas Zhang sesuai apa yang dipikirkannya. Meskipun ketika mengatakan ini dia sangat tegas dan bertekad. Namun tidak tahu kenapa, di dalam hatinya dia masih saja tidak tenang dan gelisah.
“Nona Sifa, mungkin ini sudah bukan lagi bisa kamu yang memutuskan. Segalamu di Amerika ini yang menanggung adalah keluarga Leng. Kamu tidak mungkin tidak tahu hal ini kan?”
“Termasuk semua perawatan dan pengoobatan penyakitmu ini. Jika bukan tuan muda yang mengundang tim medis terbaik, kamu mana mungkin pulih secepat ini?”
Informasi yang diucapkan dari mulut Kepala Petugas Zhang ini, membuat Sifa yang sedang duduk memikirkan hal yang berantakan ini jadi semakin bingung dan tidak mengerti.
Dia tidak pernah menyangka, tim medis yang merawatnya setelah dirinya melahirkan adalah tim medis yang telah diatur oleh Decky.
Dia merenung, Hendi tidak pernah memberitahu hal ini kepada dirinya. Mungkin Hendi juga tidak tahu.
“Apa yang kamu katakan? Kepala Petugas Zhang, tim medis itu diatur dan disiapkan oleh Decky, apa kamu yakin?”
Novel Terkait
Cinta Dan Rahasia
JesslynSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaKamu Baik Banget
Jeselin VelaniCinta Yang Tak Biasa
WennieWaiting For Love
SnowCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka