Marriage Journey - Bab 287 Tidak Puas
Ibu Decky berkata tidak puas, "Karena kamu tidak peduli dengan putramu, aku yang peduli saja."
Setelah berbicara, Ibu Decky dengan marah melepas masker dari wajahnya, mengenakan sandalnya, dan berjalan ke kamar Decky.
Ibu Decky ingin melihat apakah Decky sudah kembali atau belum, Ibu Decky berjalan mendekat dan melihat pintu kamar tertutup , kemudian mengetuk pelan.
"Tuk tuk tuk ..."
Decky sedang berbaring di tempat tidur dengan suasana hati yang kacau, terdengar ketukan pintu, tetapi tidak menanggapinya.
Ibu Decky tidak mendengar adas yang jawab, kemudian meletakkan telinganya di pintu, mencoba mendengar apakah ada orang di dalam kamar.
Setelah lama mendengarkan, tidak terdengar suara apapun, Ibu Decky mendorong pintu, tetapi pintu terkunci dari dalam dan Ibu Decky tidak bisa mendorongnya, membuatnya yakin bahwa putranya telah kembali dari ruang kerja.
Ibu Decky tidak berani berteriak keras, karena takut Pak Tua Leng mendengarnya, jadi hanya mengetuk pintu dan berbisik: "Buka pintunya, ada yang ingin ibu tanyakan."
Decky membuka pintu, lalu kembali ke tempat tidur dan berbaring.
Ibu Decky buru-buru menutup pintu dan duduk di sampingnya.
Menatapnya dari atas ke bawah, "Melihat raut wajahmu yang tidak begitu bagus, apakah Kakek memarahimu lagi."
Decky berkata: "Aku baik-baik saja, hanya terlalu lelah, aku ingin istirahat, kamu kembali saja."
"Kamu ini jika ada sesuatu pasti terlihat dari raut wajahmu, melihat ekspresi sedihmu, pasti ada hal yang kamu pikirkan, karena ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan, maka jangan menyimpannya di dalam hati, ceritakanlah, Ibu akan mencari solusi untukmu."
"Aku bukanlah anak kecil, aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri, jadi jangan khawatirkan aku."
Melihat Decky tidak ingin mengatakannya, itu membuat Ibu Decky menjadi lebih yakin bahwa masalah ini pasti berhubungan dengan Sifa.
Setelah Sifa kembali dari luar negeri, keluarga Leng menajdi sangat menderita, terutama putranya setiap hari frustasi, Ibu Decky merasa sangat sedih melihatnya.
Ibu Decky bertanya dengan ragu-ragu, "Apakah itu berhubungan dengan Sifa?"
Decky tidak bisa menahan diri lagi, dan seketika langsung membuka topik percakapan, mengatakan kemarahan di dalam hatinya, "Bu, menurutmu mengapa Kakek harus melindunginya seperti ini?"
"Kakekmu semakin tua dan termakan tipuan trik darinya, wanita ini telah menambahkan seorang anak dalam keluarga Leng, tentu saja kakekmu akan memandangnya tinggi."
"Tapi ini terlalu tidak adil terhadap Yuli."
Saat menyebut Yuli, Ibu Decky sangat menyetujui gadis ini.
Mata Ibu Decky berbinar dan bertanya: "Karena Yuli sudah siuman, kamu juga sangat mencintainya, kapan kamu akan menikahinya?"
"Sifa sekarang tinggal di rumah dan aku belum memberitahu Yuli tentang hal ini sampai sekarang, apalagi membicarakan tentang pernikahan, meskipun Ibu dan Ayah setuju, kakek pasti tidak akan merestuinya."
Mendengar Decky mengatakan ini, Ibu Decky semakin penasaran, "Barusan Kakekmu memintamu pergi ke ruang kerja, apa yang dia sampaikan padamu?"
Jika tidak membicarakan masalah ini masih baik-baik saja, begitu membicarakan ini, api kemarahan Decky semakin meningkat.
Decky sangat marah hingga mengepalkan tangannya dan menghantam tempat tidur dengan keras.
Ibu Decky segera menghentikannya, "Apa yang kamu lakukan?"
"Aku bahkan tidak bisa melindungi wanita yang kucintai dan tidak bisa menikahinya, aku benar-benar tidak berguna."
Mendengar Decky mengatakan ini, Ibu Decky memutar bola matanya ke atas dan berkata, "Jika kamu ingin membawa Yuli kembali ke rumah Leng, kamu harus lebih dulu mengusir Sifa keluar dari rumah."
"Aku juga ingin mengusirnya, tapi ini tidak mudah seperti yang dibicarakan, jika setahun yang lalu, aku pasti bisa mengusirnya dengan mudah, tapi sekarang dia kembali bersama anak, Kakek sangat mencintai anak ini, bagaimana mungkin akan mengusirnya keluar? "
Decky benar, dalam keluarga ini, siapapun yang akan diusir keluar, Pak Tua Leng tidak akan mengusir Sifa dan putranya.
Ibu Decky dengan cepat menghiburnya, "Jangan khawatir tentang masalah ini, kita akan mencari solusi secara perlahan."
"Bisakah aku tidak kahwatir? Kakek sudah memberi perintah malam ini, jika dia mengetahui aku tidak pulang rumah malam harinya, maka Kakek akan membiarkan Sifa mewarisi semua harta kekayaan keluarga Leng."
Begitu selesai berbicara, mata Ibu Decky membelalak, "Apa, ada hal seperti ini juga? Kenapa kamu tidak mengatakannya lebih awal?"
"Aku baru saja kembali dari ruang kerja kakek, besok kakek akan mengatur pengacara untuk melakukan hal ini."
Mendengar perkataan Decky, Ibu Decky tidak bisa duduk tenang lagi, Ibu Decky bangkit dari tempat tidur dan berjalan mondar-mandir di lantai.
"Kakekmu benar-benar semakin linglung seiring bertambahnya usia, Keluarga Leng kita telah membangun bisnis besar seperti ini, berapa banyak usaha yang telah kalian lakukan, dan kakekmu ternyata ingin memberikan hasil usaha kerja kerasnya kepada orang luar, Kakekmu benar-benar sudah gila."
"Benar-benar tidak tahu sup ekstasi apa yang diberikan Sifa kepada kakek sehingga kakek begitu mempercayainya?" Decky berkata dengan tidak puas.
Ibu Decky berkata dengan cemas, "Tidak bisa, kita tidak bisa hanya duduk dan menunggu, Kakekmu sudash keterlaluan, apakah dia sudah berdiskusi dengan anggota keluarga? Aku bisa mentolerir dengan semua keputusan yang dia lakukan sendiri, tapi hal ini tidak bisa."
"Aku tidak bisa diam-diam melihat harta kekayaan keluarga Leng jatuh ke tangan wanita ini begitu saja."
Di mata Ibu Decky, menyambut atau tidak menyambut Yuli masih merupakan hal yang sepele, kuncinya adalah warisan harta kekayaan, Ibu Decky sama sekali tidak pernah menyangka kakek Decky akan membuat keputusan yang absurd seperti itu.
"Meskipun kakekmu gila, dia juga tidak bisa menggunakan harta kekayaan keluarga Leng kita sebagai sebuah permainan, tidak bisa, aku harus pergi dan berdiskusi dengan ayahmu secepat mungkin."
Setelah berbicara, Ibu Decky keluar dengan cemas.
Tampak jelas ibu Decky lebih mementingkan harta kekayaan keluarga daripada Decky, Decky tidak peduli dengan hak warisan dari kekayaan keluarga, Decky hanya tidak rela jika Sifa mendapatkannya.
Ibu Decky berjalan dengan cemas dan kembali ke kamar tidur, Ayah Decky sudah berbaring dengan mengenakan piyamanya, dalam kamar hanya lampu redup yang menyala.
Ibu Decky menyalakan lampu di dalam kamar, saat ini, ayah Decky belum tidur, dan merasakan cahaya yang menyilaukan, lalu berkata dengan sangat tidak senang: "Kembali dari kamar putramu bukannya langsung segera tidur, apa lagi yang ingin kamu perbuat? Cepat matikan lampunya, mataku sudah sakit, "
Ibu Decky tidak mematikan lampu, tapi langsung pergi ke tempat tidur, "Sudah, sekarang sudah bukan waktunya, kamu masih punya niat untuk tidur."
Ayahnya tiba-tiba duduk, mengambil kacamatanya dari samping tempat tidur dengan marah, dan memakainya, "Malam adalah waktu untuk istirahat, jika kamu tidak tidur nyenyak, apa yang ingin kamu perbuat? Tidak masalah jika kamu bertingkah seperti itu, tapi malah mengejutkanku."
"Jika aku tidak bisa tidur sekarang dan insomnia, masih banyak hal di perusahaan yang menunggu untuk aku selesaikan."
Ibu Decky menoleh dan bertanya, "Kamu menghabiskan waktu dan pikiran di perusahaan sepanjang hari, sebenarnya tujuannya untuk apa?"
Ayah Decky terkejut ditanya seperti itu oleh Ibu Decky, "Apakah malam ini kamu salah minum obat? Mengucapkan kata-kata aneh, aku menghabiskan waktu dan pikiran untuk bekerja, aku hanya ingin membuat perusahaan menjadi semakin besar, dan kemudian menyerahkannya pada Decky, kemudian aku bisa lebih tenang."
"Saat itu tiba, aku akan menemanimu setiap hari berjalan-jalan di taman dan memancing di tepi sungai."
Jika di hari biasanya ayah Decky berkata seperti ini, Ibu Decky pasti akan sangat senang, tetapi saat ini Ibu Decky tidak sedang dalam suasana hati yang baik untuk memikirkan hal ini.
Ibu Decky berkata dengan wajah tidak senang: "Kamu capek-capek mengelola perusahaan, pada akhirnya semua itu akan jatuh ke tangan siapa?"
Ayah Decky memandangnya dengan bingung, "Apa maksudmu mengucapkan kata-kata aneh seperti ini? Decky adalah satu-satunya pewaris keluarga kita, tentu saja, kedepannya perusahaan akan diserahkan kepadanya, bagaimana mungkin akan jatuh ke tangan orang lain? "
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangBlooming at that time
White RoseCinta Di Balik Awan
KellyCinta Seorang CEO Arogan
MedellineTen Years
VivianMy Lifetime
DevinaBeautiful Lady
ElsaMy Charming Lady Boss
AndikaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka