Marriage Journey - Bab 152 Tertawalah Kalau Senang

Ada edit nama Joshua = Luis Bab 133-138, 144-146 19/10/2020

Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 133-138, 144-146 Tanggal 19/10/2020

Orang – orang yang sebelumnya mengabaikan Sifa dan proyek itu, hanya bisa menundukkan kepala mereka dengan wajah tak berekspresi.

Sifa lantas menengadahkan kepalanya dan berujar lagi dengan suara yang lebih lantang :

“Kami tidaklah bergantung pada orang lain, kami berhasil mendapatkan semua ini karena kemampuan yang kami miliki. Seharusnya, tidak akan ada lagi orang yang mengatakan proyek yang ditangani tim kami tidak sebanding dengan tim lainnya. Tolong perhatikan dengan seksama kemampuan kami sesungguhnya, terima kasih!”

Sifa kemudian beranjak dari tempat itu setelah mengutarakan semua yang hendak disampaikannya.

Dilain sisi, setelah rapat berakhir, Decky segera beranjak dari ruang rapat. Tetapi, pria itu mengirimkan pesan pada Sifa, mengatakan bahwa dirinya menunggu di lapangan parkir.

Tepat disaat itu pula, Kak Fey, sosok yang selalu menjelek – jelekkan Sifa sebelum proyeknya dimulai, datang menemui Sifa untuk kesekian kalinya bersama dengan wanita itu.

Kebanyakan orang yang berkumpul di aula belum kunjung beranjak, bersiap untuk menonton pertunjukkan yang akan segera terjadi.

Kak Fey mengukir senyuman mengejek diwajah bulatnya dan berujar dengan angkuhnya :

“Aiyo, sangatlah mudah bagi seorang jalang untuk mendapatkan sesuatu. Kamu berhasil mendapatkan semua ini, tentunya karena jasa PT Leng Tbk. Coba katakan, layanan apa yang kamu berikan sehingga berhasil mendapatkan proyek ini?”

Ucapan yang dikatakan Kak Fey sangatlah tidak enak didengar dan hal tersebut membuat ekspresi Sifa berubah seketika. Dia menatap telak wanita itu, dengan tatapan sarat akan permusuhan.

Dia lantas berjalan mendekati Kak Fey, sembari berujar dengan nada yang terdengar begitu dingin, layaknya bongkahan es.

“Aku peringatkan padamu, jangan asal bicara disini. Jika aku mendengar lagi ucapan seperti ini, akan ku robek bibirmu itu. Jika kamu tidak percaya, kamu boleh mencobanya!”

Ini adalah pertama kalinya Sifa berujar dan bersikap seperti ini didepan khalayak umum dan seketika itu pula orang – orang disana terkejut dibuatnya. Bagaimana bisa sosok wanita yang terlihat sangat lemah lembut itu memiliki sikap seperti ini? Hal tersebut tentunya membuat semua orang disana merasa ketakutan.

Kak Fey kehilangan kata – katanya, wanita itu juga menghindari tatapan mata Sifa, sembari berujar dengan tergagap beberapa waktu setelahnya :

“Kamu.... jangan bersikap sombong didepanku, waktu menyedihkanmu masih menunggumu dibelakang sana......”

Kak Fey berujar sembari menggerakkan tubuhnya kebelakang, seolah sedang menghindari sesuatu.

Sedangkan Sifa, dirinya berdecih kecil ketika mendengar ucapan tersebut dan berujar setelahnya :

“Aku beritahu padamu, aku tidak pernah takut dengan siapapun. Kamu ingin mencari masalah denganku, bukan? Aku siap sedia menunggumu kapanpun itu!”

Seusai melontarkan ucapannya, Sifa lantas membalikkan tubuhnya, hendak beranjak karena tidak berkeinginan untuk berkata – kata lebih banyak lagi dengan orang – orang disana. Tepat setelah dia membalikkan tubuhnya dan hendak beranjak, tiba – tiba saja dia menaikkan alis matanya, teringat akan sesuatu hal.

Dia lantas membalikkan lagi tubuhnya, berujar dengan ekspresi mengejeknya :

“Oh ya, aku lupa memberitahumu, lebih baik kamu berhati – hati mulai dari sekarang, aku adalah orang yang sangat pendendam, bukanlah hal sulit bagiku untuk melakukan hal sadis.”

Sifa tersenyum manis pada Kak Fey dan juga wanita itu dan kemudian membalikkan tubuhnya, membawa anggota tim proyeknya pergi meninggalkan tempat itu.

Disaat yang sama pula, beberapa petinggi perusahaan telah menunggu Sifa dan anggota timnya didepan pintu perusahaan sedari tadi.

“Asisten Sifa, saya adalah wakil penanggung jawab proyek ini dan tugas saya adalah mengawasi perkembangan proyek ini. Proyek kali ini sungguh ditangani dengan sangat bagus, saya harap kita memiliki kesempatan untuk bekerja sama dikemudian hari.”

Sesosok pria berusia 40an tahun, yang berkepala botak dengan kaca mata hitam yang bertengger dibatang hidungnya, menjulurkan tangannya pada Sifa dengan senyuman yang sarat akan niatan untuk mengambil hati Sifa.

Disaat Sifa menatap pria itu jijik, Domi segera mendekati pria itu sembari menjulurkan tangannya, berujar :

“Salam kenal, kelak kita pasti memiliki kesempatan. Saat ini, kami memiliki masalah untuk ditangani, permisi!”

Sifa menganggukkan kepalanya guna menyampaikan rasa hormatnya, kemudian melangkah keluar dari perusahaan.

Hampir semalaman penuh, anggota tim terus bekerja tanpa beristirahat. Lelahnya perjalanan bisnis yang mereka lakukan membuat raut wajah mereka tampak tidak baik – baik saja.

Sifa memandangi raut – raut kelelahan itu dan berujar :

“Baiklah, besok saja kita bahas masalah yang masih belum terselesaikan. Kalian semua pasti sudah kelelahan, pulanglah dan beristirahatlah.”

Marsha menganggukkan kepalanya dengan tangan yang masih menjinjing koper miliknya. Sedangkan Luis dan Domi, keduanya pun terlihat begitu kelelahan. Setelah mereka berpisah, barulah Sifa teringat bahwa Decky masih menungguinya di lapangan parkir.

Sifa lantas berjalan menuju lapangan parkir dengan tubuh lelahnya. Dan sesuai dugaannya, Maybach milik Decky masih senantiasa terparkir rapi disana.

Tanpa basa basi, Sifa membuka pintu mobil dan masuk kedalam sana. Dia lantas berujar sembari memandangi Decky dengan tatapan canggungnya :

“Terjadi sedikit masalah tadi, kamu pasti sudah menunggu lama.”

Decky memalingkan wajahnya, menatap Sifa. Begitu mendapati wajah wanita itu terlihat begitu pucat, seketika itu juga dia merasa khawatir :

“Ayo pergi makan.”

Decky lantas mengendarai mobilnya menuju pusat kota, meskipun Sifa tidak kunjung menjawabnya. Tidak lama kemudian, pria itu mulai berbicara lagi dengan santainya :

“Karena kamu sudah membantuku menyelesaikan masalah yang sangat rumit itu, katakanlah apa yang ingin kamu makan, aku akan mentraktirmu.”

Sifa mengukir senyuman berseri diwajah lelahnya, berujar :

“Apapun yang kukatakan?”

Decky menganggukkan kepalanya dan menjawab :

“Iya, apapun itu.”

Seketika itu juga Sifa menjadi bersemangat kembali. Wanita itu menengakkan kembali tubuhnya, berujar pada Decky :

“Kalau begitu, beloklah kekiri dipersimpangan depan sana, aku akan mengajakmu ke tempat yang sangat suka aku kunjungi.”

Decky mengukir senyuman kecil diwajahnya, kemudian mengendarai mobilnya menuju jalanan kecil yang tampak sepi dibawah arahan Sifa.

Setelah Decky memarkirkan mobilnya, Sifa langsung beranjak dari dalam sana dengan girangnya. Wanita itu menarik tangan Decky untuk menelusuri jalanan kecil tersebut.

Ditengah jalanan kecil tersebut, terdapat sebuah rumah ubin yang ukurannya tidaklah begitu besar. Dilihat dari penampilannya, rumah tersebut tampak begitu sederhana, tetapi lampu kerlap kelip yang tergantung disana, membuat rumah tersebut terlihat begitu hangat ditengah musim dingin seperti ini.

Meskipun rumah kecil itu dipenuhi dengan orang – orang, tetapi sang pemilik dapat langsung mengenali Sifa ketika wanita itu menginjakkan kakinya didalam sana.

“Aiyo, sudah lama sekali nona tidak berkunjung kemari!”

Sifa lantas tersenyum dan berujar :

“Benar, aku sudah rindu sekali.”

Dengan secepat kilat Sifa memasuki rumah tersebut dan begitu mendapati kursi kosong, dia pun melambaikan tangannya pada Decky.

Decky memasuki bangunan tersebut dengan rasa tidak ikhlasnya. Sedangkan tatapannya terus saja melayang kesana kemari guna menelusuri rumah ubin tersebut.

Orang – orang yang berada disana mulai mericuh begitu mendapati kehadiran Sifa dan juga Decky.

“Wah, lihatlah wanita itu, cantik sekali. Pria itu pasti kekasihnya, sungguh sangat tampan. Hanya dari penampilannya saja sudah dapat dipastikan dia bukanlah orang biasa.”

Seketika pula, pengunjung disana mulai bercicit – cicit ria. Dengan segara Decky menduduki kursinya dengan kening yang mengkerut. Dia lantas memandangi Sifa dan berujar :

“Ini adalah tempat yang ingin kamu kunjungi?”

Sifa tersenyum kecil dan berujar :

“Benar sekali. Aku tahu kamu terlahir kaya raya, pasti kamu belum pernah makan ditempat seperti ini. Tapi aku jamin, setiap orang yang sudah pernah makan ditempat ini, pasti akan datang lagi untuk kedua kalinya.”

Decky mengatup erat bibirnya, kemudian menatap lagi sekelilingnya dan berujar :

“Sepertinya, kamu sering datang kemari?”

Sifa menganggukkan kepalanya, menjawab :

“Em, aku suka makan disini. Kurasa, orang – orang sepertiku memang seharusnya makan ditempat seperti ini. Aku tidak suka kamu membawaku pergi ke Restoran Michelin dan tidak suka juga pergi ke hotel kelas atas. Lebih baik ke tempat yang lebih dapat bersosialisasi seperti ini.”

Sifa lantas mengambil sumpit dan mengelapnya dengan tisu, kemudian mengelap lagi meja dimana tangan Decky berada dengan tisu tersebut.

Decky terus memandangi Sifa, merasa bahwa wanita tersebut sungguh berbeda dengan Sifa yang dikenalinya dulu. Dipandangannya, wanita itu adalah sosok yang gila akan harta dan kekayaan.

Dan karena sikap itu jugalah, wanita itu sengaja menjebaknya tiga tahun yang lalu, mencari kesempatan agar dirinya dapat menikah dengannya. Tetapi kenapa saat ini......

Untuk pertama kalinya, Decky mulai meragukan alasan yang telah dipercayainya selama beberapa tahun belakangan ini. Apakah wanita yang sedang duduk dihadapannya ini adalah sosok wanita yang dianggapnya picik waktu itu?

Decky mengerutkan keningnya dengan ekspresi wajah yang tampak menyuram.

Mendapati perubahan ekspresi tersebut, Sifa lantas menatap dan bertanya pada Decky penuh akan kewaspadaaan.

“Apa kamu tidak suka tempat ini? Atau kita ke tempat lain saja....?”

Decky menengadahkan kepalanya dan menjawab wanita itu pelan :

“Tidak apa – apa, aku yang menyetujuimu untuk kemari. Lagian, aku juga ingin melihat, seperti apa rasa makanan disini sehingga setiap orang yang pernah menyantap makanan di tempat ini pasti akan kembali lagi untuk kedua kalinya.”

Sifa tersenyum lebar, ini adalah pertama kalinya dia berinteraksi dengan Decky dengan jarak yang begitu dekat. Duduk bersama disebuah meja dan melihat langsung pria itu berlelucon meski sarat akan paksaan.

Decky terpana dengan senyuman lebar diwajah wanita itu. Dia lantas menatap wanita itu dengan senyuman kebingungan yang terpatri diwajahnya dan bertanya :

“Kenapa?”

Sifa menggelengkan kepalanya sembari terus tersenyum dan berujar :

“Tidak apa – apa, aku tersenyum karena senang.”

Decky terus memandangi sosok Sifa yang sedang tersenyum layaknya seorang anak kecil dan disaat itu pula, Decky mulai merasakan benih – benih cinta yang hinggap dihatinya.

Sifa pergi mengambil sendiri sayur dan lauk yang hendak disantapnya dan setelah itu dia menyerahkan pilihan sayur tersebut kepada sang pemilik toko.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama, sang pemilik mengantarkan semangkok besar Mala Tang dan meletakannya diatas meja. Seketika itu pula, aroma pedas membara memasuki indra penciuman mereka.

Sifa menelan ludahnya ketika melihat Mala Tang yang terletak diatas mejanya. Sedangkan Decky, pria itu mengerutkan keningnya, menatap semangkok besar makanan yang mirip seperti rebusan bermacam – macam sayur yang dimasak asal secara bersama.

“Makanan kacau apa ini?” Tanya Decky pada Sifa.

Sifa menelan ludahnya, berujar :

“Mala Tang, kurasa kamu pasti belum pernah mendengar makanan ini sebelumnya. Tapi, dapat kupastikan, meskipun penampilannya tidak tampak begitu bagus, tetapi rasanya pasti sangat enak.”

Setelah melontarkan ucapannya, Sifa segera mengangkat sumpitnya dan mulai mengambil beberapa jenis sayuran kedalam mangkoknya.

Wanita itu lantas meniup dan menyantap makanan tersebut tanpa menunggu Decky memberikan reaksinya.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu