Marriage Journey - Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
Ada edit nama Joshua = Luis Bab 133-138, 144-146 19/10/2020
Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 133-138, 144-146 Tanggal 19/10/2020
Orang – orang yang sebelumnya mengabaikan Sifa dan proyek itu, hanya bisa menundukkan kepala mereka dengan wajah tak berekspresi.
Sifa lantas menengadahkan kepalanya dan berujar lagi dengan suara yang lebih lantang :
“Kami tidaklah bergantung pada orang lain, kami berhasil mendapatkan semua ini karena kemampuan yang kami miliki. Seharusnya, tidak akan ada lagi orang yang mengatakan proyek yang ditangani tim kami tidak sebanding dengan tim lainnya. Tolong perhatikan dengan seksama kemampuan kami sesungguhnya, terima kasih!”
Sifa kemudian beranjak dari tempat itu setelah mengutarakan semua yang hendak disampaikannya.
Dilain sisi, setelah rapat berakhir, Decky segera beranjak dari ruang rapat. Tetapi, pria itu mengirimkan pesan pada Sifa, mengatakan bahwa dirinya menunggu di lapangan parkir.
Tepat disaat itu pula, Kak Fey, sosok yang selalu menjelek – jelekkan Sifa sebelum proyeknya dimulai, datang menemui Sifa untuk kesekian kalinya bersama dengan wanita itu.
Kebanyakan orang yang berkumpul di aula belum kunjung beranjak, bersiap untuk menonton pertunjukkan yang akan segera terjadi.
Kak Fey mengukir senyuman mengejek diwajah bulatnya dan berujar dengan angkuhnya :
“Aiyo, sangatlah mudah bagi seorang jalang untuk mendapatkan sesuatu. Kamu berhasil mendapatkan semua ini, tentunya karena jasa PT Leng Tbk. Coba katakan, layanan apa yang kamu berikan sehingga berhasil mendapatkan proyek ini?”
Ucapan yang dikatakan Kak Fey sangatlah tidak enak didengar dan hal tersebut membuat ekspresi Sifa berubah seketika. Dia menatap telak wanita itu, dengan tatapan sarat akan permusuhan.
Dia lantas berjalan mendekati Kak Fey, sembari berujar dengan nada yang terdengar begitu dingin, layaknya bongkahan es.
“Aku peringatkan padamu, jangan asal bicara disini. Jika aku mendengar lagi ucapan seperti ini, akan ku robek bibirmu itu. Jika kamu tidak percaya, kamu boleh mencobanya!”
Ini adalah pertama kalinya Sifa berujar dan bersikap seperti ini didepan khalayak umum dan seketika itu pula orang – orang disana terkejut dibuatnya. Bagaimana bisa sosok wanita yang terlihat sangat lemah lembut itu memiliki sikap seperti ini? Hal tersebut tentunya membuat semua orang disana merasa ketakutan.
Kak Fey kehilangan kata – katanya, wanita itu juga menghindari tatapan mata Sifa, sembari berujar dengan tergagap beberapa waktu setelahnya :
“Kamu.... jangan bersikap sombong didepanku, waktu menyedihkanmu masih menunggumu dibelakang sana......”
Kak Fey berujar sembari menggerakkan tubuhnya kebelakang, seolah sedang menghindari sesuatu.
Sedangkan Sifa, dirinya berdecih kecil ketika mendengar ucapan tersebut dan berujar setelahnya :
“Aku beritahu padamu, aku tidak pernah takut dengan siapapun. Kamu ingin mencari masalah denganku, bukan? Aku siap sedia menunggumu kapanpun itu!”
Seusai melontarkan ucapannya, Sifa lantas membalikkan tubuhnya, hendak beranjak karena tidak berkeinginan untuk berkata – kata lebih banyak lagi dengan orang – orang disana. Tepat setelah dia membalikkan tubuhnya dan hendak beranjak, tiba – tiba saja dia menaikkan alis matanya, teringat akan sesuatu hal.
Dia lantas membalikkan lagi tubuhnya, berujar dengan ekspresi mengejeknya :
“Oh ya, aku lupa memberitahumu, lebih baik kamu berhati – hati mulai dari sekarang, aku adalah orang yang sangat pendendam, bukanlah hal sulit bagiku untuk melakukan hal sadis.”
Sifa tersenyum manis pada Kak Fey dan juga wanita itu dan kemudian membalikkan tubuhnya, membawa anggota tim proyeknya pergi meninggalkan tempat itu.
Disaat yang sama pula, beberapa petinggi perusahaan telah menunggu Sifa dan anggota timnya didepan pintu perusahaan sedari tadi.
“Asisten Sifa, saya adalah wakil penanggung jawab proyek ini dan tugas saya adalah mengawasi perkembangan proyek ini. Proyek kali ini sungguh ditangani dengan sangat bagus, saya harap kita memiliki kesempatan untuk bekerja sama dikemudian hari.”
Sesosok pria berusia 40an tahun, yang berkepala botak dengan kaca mata hitam yang bertengger dibatang hidungnya, menjulurkan tangannya pada Sifa dengan senyuman yang sarat akan niatan untuk mengambil hati Sifa.
Disaat Sifa menatap pria itu jijik, Domi segera mendekati pria itu sembari menjulurkan tangannya, berujar :
“Salam kenal, kelak kita pasti memiliki kesempatan. Saat ini, kami memiliki masalah untuk ditangani, permisi!”
Sifa menganggukkan kepalanya guna menyampaikan rasa hormatnya, kemudian melangkah keluar dari perusahaan.
Hampir semalaman penuh, anggota tim terus bekerja tanpa beristirahat. Lelahnya perjalanan bisnis yang mereka lakukan membuat raut wajah mereka tampak tidak baik – baik saja.
Sifa memandangi raut – raut kelelahan itu dan berujar :
“Baiklah, besok saja kita bahas masalah yang masih belum terselesaikan. Kalian semua pasti sudah kelelahan, pulanglah dan beristirahatlah.”
Marsha menganggukkan kepalanya dengan tangan yang masih menjinjing koper miliknya. Sedangkan Luis dan Domi, keduanya pun terlihat begitu kelelahan. Setelah mereka berpisah, barulah Sifa teringat bahwa Decky masih menungguinya di lapangan parkir.
Sifa lantas berjalan menuju lapangan parkir dengan tubuh lelahnya. Dan sesuai dugaannya, Maybach milik Decky masih senantiasa terparkir rapi disana.
Tanpa basa basi, Sifa membuka pintu mobil dan masuk kedalam sana. Dia lantas berujar sembari memandangi Decky dengan tatapan canggungnya :
“Terjadi sedikit masalah tadi, kamu pasti sudah menunggu lama.”
Decky memalingkan wajahnya, menatap Sifa. Begitu mendapati wajah wanita itu terlihat begitu pucat, seketika itu juga dia merasa khawatir :
“Ayo pergi makan.”
Decky lantas mengendarai mobilnya menuju pusat kota, meskipun Sifa tidak kunjung menjawabnya. Tidak lama kemudian, pria itu mulai berbicara lagi dengan santainya :
“Karena kamu sudah membantuku menyelesaikan masalah yang sangat rumit itu, katakanlah apa yang ingin kamu makan, aku akan mentraktirmu.”
Sifa mengukir senyuman berseri diwajah lelahnya, berujar :
“Apapun yang kukatakan?”
Decky menganggukkan kepalanya dan menjawab :
“Iya, apapun itu.”
Seketika itu juga Sifa menjadi bersemangat kembali. Wanita itu menengakkan kembali tubuhnya, berujar pada Decky :
“Kalau begitu, beloklah kekiri dipersimpangan depan sana, aku akan mengajakmu ke tempat yang sangat suka aku kunjungi.”
Decky mengukir senyuman kecil diwajahnya, kemudian mengendarai mobilnya menuju jalanan kecil yang tampak sepi dibawah arahan Sifa.
Setelah Decky memarkirkan mobilnya, Sifa langsung beranjak dari dalam sana dengan girangnya. Wanita itu menarik tangan Decky untuk menelusuri jalanan kecil tersebut.
Ditengah jalanan kecil tersebut, terdapat sebuah rumah ubin yang ukurannya tidaklah begitu besar. Dilihat dari penampilannya, rumah tersebut tampak begitu sederhana, tetapi lampu kerlap kelip yang tergantung disana, membuat rumah tersebut terlihat begitu hangat ditengah musim dingin seperti ini.
Meskipun rumah kecil itu dipenuhi dengan orang – orang, tetapi sang pemilik dapat langsung mengenali Sifa ketika wanita itu menginjakkan kakinya didalam sana.
“Aiyo, sudah lama sekali nona tidak berkunjung kemari!”
Sifa lantas tersenyum dan berujar :
“Benar, aku sudah rindu sekali.”
Dengan secepat kilat Sifa memasuki rumah tersebut dan begitu mendapati kursi kosong, dia pun melambaikan tangannya pada Decky.
Decky memasuki bangunan tersebut dengan rasa tidak ikhlasnya. Sedangkan tatapannya terus saja melayang kesana kemari guna menelusuri rumah ubin tersebut.
Orang – orang yang berada disana mulai mericuh begitu mendapati kehadiran Sifa dan juga Decky.
“Wah, lihatlah wanita itu, cantik sekali. Pria itu pasti kekasihnya, sungguh sangat tampan. Hanya dari penampilannya saja sudah dapat dipastikan dia bukanlah orang biasa.”
Seketika pula, pengunjung disana mulai bercicit – cicit ria. Dengan segara Decky menduduki kursinya dengan kening yang mengkerut. Dia lantas memandangi Sifa dan berujar :
“Ini adalah tempat yang ingin kamu kunjungi?”
Sifa tersenyum kecil dan berujar :
“Benar sekali. Aku tahu kamu terlahir kaya raya, pasti kamu belum pernah makan ditempat seperti ini. Tapi aku jamin, setiap orang yang sudah pernah makan ditempat ini, pasti akan datang lagi untuk kedua kalinya.”
Decky mengatup erat bibirnya, kemudian menatap lagi sekelilingnya dan berujar :
“Sepertinya, kamu sering datang kemari?”
Sifa menganggukkan kepalanya, menjawab :
“Em, aku suka makan disini. Kurasa, orang – orang sepertiku memang seharusnya makan ditempat seperti ini. Aku tidak suka kamu membawaku pergi ke Restoran Michelin dan tidak suka juga pergi ke hotel kelas atas. Lebih baik ke tempat yang lebih dapat bersosialisasi seperti ini.”
Sifa lantas mengambil sumpit dan mengelapnya dengan tisu, kemudian mengelap lagi meja dimana tangan Decky berada dengan tisu tersebut.
Decky terus memandangi Sifa, merasa bahwa wanita tersebut sungguh berbeda dengan Sifa yang dikenalinya dulu. Dipandangannya, wanita itu adalah sosok yang gila akan harta dan kekayaan.
Dan karena sikap itu jugalah, wanita itu sengaja menjebaknya tiga tahun yang lalu, mencari kesempatan agar dirinya dapat menikah dengannya. Tetapi kenapa saat ini......
Untuk pertama kalinya, Decky mulai meragukan alasan yang telah dipercayainya selama beberapa tahun belakangan ini. Apakah wanita yang sedang duduk dihadapannya ini adalah sosok wanita yang dianggapnya picik waktu itu?
Decky mengerutkan keningnya dengan ekspresi wajah yang tampak menyuram.
Mendapati perubahan ekspresi tersebut, Sifa lantas menatap dan bertanya pada Decky penuh akan kewaspadaaan.
“Apa kamu tidak suka tempat ini? Atau kita ke tempat lain saja....?”
Decky menengadahkan kepalanya dan menjawab wanita itu pelan :
“Tidak apa – apa, aku yang menyetujuimu untuk kemari. Lagian, aku juga ingin melihat, seperti apa rasa makanan disini sehingga setiap orang yang pernah menyantap makanan di tempat ini pasti akan kembali lagi untuk kedua kalinya.”
Sifa tersenyum lebar, ini adalah pertama kalinya dia berinteraksi dengan Decky dengan jarak yang begitu dekat. Duduk bersama disebuah meja dan melihat langsung pria itu berlelucon meski sarat akan paksaan.
Decky terpana dengan senyuman lebar diwajah wanita itu. Dia lantas menatap wanita itu dengan senyuman kebingungan yang terpatri diwajahnya dan bertanya :
“Kenapa?”
Sifa menggelengkan kepalanya sembari terus tersenyum dan berujar :
“Tidak apa – apa, aku tersenyum karena senang.”
Decky terus memandangi sosok Sifa yang sedang tersenyum layaknya seorang anak kecil dan disaat itu pula, Decky mulai merasakan benih – benih cinta yang hinggap dihatinya.
Sifa pergi mengambil sendiri sayur dan lauk yang hendak disantapnya dan setelah itu dia menyerahkan pilihan sayur tersebut kepada sang pemilik toko.
Tanpa membutuhkan waktu yang lama, sang pemilik mengantarkan semangkok besar Mala Tang dan meletakannya diatas meja. Seketika itu pula, aroma pedas membara memasuki indra penciuman mereka.
Sifa menelan ludahnya ketika melihat Mala Tang yang terletak diatas mejanya. Sedangkan Decky, pria itu mengerutkan keningnya, menatap semangkok besar makanan yang mirip seperti rebusan bermacam – macam sayur yang dimasak asal secara bersama.
“Makanan kacau apa ini?” Tanya Decky pada Sifa.
Sifa menelan ludahnya, berujar :
“Mala Tang, kurasa kamu pasti belum pernah mendengar makanan ini sebelumnya. Tapi, dapat kupastikan, meskipun penampilannya tidak tampak begitu bagus, tetapi rasanya pasti sangat enak.”
Setelah melontarkan ucapannya, Sifa segera mengangkat sumpitnya dan mulai mengambil beberapa jenis sayuran kedalam mangkoknya.
Wanita itu lantas meniup dan menyantap makanan tersebut tanpa menunggu Decky memberikan reaksinya.
Novel Terkait
Untouchable Love
Devil BuddyBaby, You are so cute
Callie WangLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyHanya Kamu Hidupku
RenataCintaku Pada Presdir
NingsiHis Soft Side
RiseMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka