Marriage Journey - Bab 47 Rumor
Linda melirik Sifa sekilas, tampaknya wanita ini memiliki hubungan spesial dengan Decky.
Linda tersenyum sinis membawa Sifa ke ruangan di sebelah kantor Decky.
Lalu secara singkat memberitahu Sifa pekerjaan yang harus dikerjakan, jam masuk dan pulang kerja.
Sifa memandang Linda dengan serius dan mengikutinya dari belakang, mengangguk mengiyakan.
Linda menatap Sifa dan berkata: “Ini hari pertamamu menjadi asisten, kalau ada yang tidak dimengerti langsung saja tanyakan kepadaku.”
Linda sangat profesional dalam bekerja, Sifa terlihat sangat baik, selain itu dia juga bersikap sangat sopan pada Linda .
Tidak disangka wanita yang dibawa Direktur Decky begitu berpendidikan, Linda memiliki kesan yang baik kepada Sifa.
Sifa tersenyum, berkata: “Terima kasih.”
Linda tersenyum menganggukkan kepala, lalu berjalan keluar sambil memegang file.
Sifa melihat sekeliling kantor yang tidak terlihat terlalu besar, tapi kantor ini hanya dipisahkan oleh sebuah dinding dengan kantor Decky.
Lingkungan dan fasilitas sekitar terlihat bagus, Sifa mengetuk jarinya ke meja kantor, ke depannya dia akan bekerja di sini.
Sifa tidak bisa menahan kebahagiaannya ketika mengingat dirinya tidak perlu setiap hari di rumah tidak melakukan apa-apa.
Decky kembali ke kantor setelah rapat, ketika berjalan melewati kantor Sifa, dia sengaja meliriknya sekilas.
Melihat Sifa berdiri di samping meja tertawa bodoh, dia merasa otak wanita ini pasti sudah rusak.
Decky berpikir sejenak, lalu mengangkat telepon di kantornya dan menelepon nomor kantor asisten.
Sifa segera mengangkatnya: “Deck…”
Sebelum Sifa bertanya, Decky sudah langsung berkata: “Sudah aku katakan jangan bilang kita saling kenal dan jangan publikasikan hubungan kita, panggil aku Direktur Decky!”
Sifa dengan tenang berkata: “Direktur Decky, ada hal apa?”
Decky berkata dengan puas: “Aku haus, datang tuangkan air.”selesai mengatakannya Decky langsung menutup telepon.
Sifa segera bangkit, berjalan menuju kantor Decky.
Dia tahu Decky suka meminum teh, lalu dengan hati-hati menyeduhkan teh dan menuangkannya untuk Decky.
Decky menatap wanita di sebelahnya sambil melihat dokumen.
Setelah selesai menyeduh teh, Sifa ingin keluar tapi dihentikan oleh Decky.
“Apakah kamu tahu apa itu asisten pribadi?”
Decky berkata dengan dingin sambil menatap Sifa.
Sifa sedikit tidak mengerti, dia menatap Decky dengan gugup dan berkata: “Aku tidak tahu…”
Decky meletakkan dokumen yang ada di tangannya lalu melipat kedua tangannya: “Artinya kamu hanya bisa pergi saat aku tidak membutuhkanmu.”
Setelah berbicara, dia mengeluarkan sebuah dokumen dan berkata kepada Sifa: “Menurutmu apakah begitu mudah mendapatkan gaji dari perusahaan ini?”
Sifa berjalan menghampir, mengambil file dan bertanya: “Lalu, apa yang harus aku lakukan Direktur Decky?”
Tidak ada ekspresi di wajah Decky: “Aku ingin mengirim semua dokumen ini ke seluruh pimpinan divisi, kamu antarkan ini.”
Setelah mengatakan itu, Decky menundukkan kepala mengerjakan pekerjaannya, seolah Sifa tidak pernah ada.
Sifa menganggukkan kepala, memeluk setumpuk dokumen itu berjalan ke lift.
Laras lewat dan melihat Sifa memegang setumpuk dokumen di tangannya, lalu menggelengkan kepala tidak tahu apa yang ingin dilakukan Decky.
Sifa memeluk dokumen ini, mencari mesin fotokopi lalu mulai mengkopinya.
Semua orang menatap Sifa membicarakan kejadian tadi pagi sambil mengoceh.
Tentu saja Sifa tahu, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Orang-orang ini membicarakan Sifa: “Wanita ini begitu datang langsung bertemu Laras lalu Direktur Decky, tampaknya dia bukan orang gampangan.”
“Iya, begitu datang langsung menjadi asisten, apakah dia wanita yang mencapai kesuksesan dengan menjual diri?”
“Aku sudah melihat terlalu banyak wanita seperti ini, selang tidak lama mereka akan jatuh.”
Wanita di bawah berbisik, membentuk lingkaran, menatap tajam ke Sifa.
Sifa menggelengkan kepala, sekalipun dia mempedulikan hal ini, dia juga tidak dapat melakukan apa-apa.
Sifa dengan cepat memegang dokumen tersebut sesuai dengan instruksi Decky mengantarkan dokumen ini ke setiap pimpinan divisi.
Banyak pimpinan divisi yang tidak dikenal Sifa di hari pertamanya bekerja dan dia hanya bisa menanyakan satu per satu. Pekerjaan ini sangat sulit.
Laras melihat ini, lalu diam-diam menelepon setiap pimpinan divisi mengatakan akan ada asisten baru yang mengantarkan pemberitahuan.
Ini membuat pekerjaan sulit Sifa berkurang setengahnya, Sifa memijat betisnya yang sakit dan lemas di dalam kantor.
Ketika melihat jam, sudah pukul jam 12 lebih, orang-orang yang berlalu lalang di kantor sudah pergi makan ke kantin
Perut Sifa mulai menjerit lapar.
Sifa mengikuti sekumpulan orang pergi ke kantin yang sudah penuh sesak.
Linda yang berdiri di samping melihat wajah kebingungan Sifa, lalu menghampiri dan tersenyum: “Mungkin tadi kamu masih belum tahu, sini ikut aku.”
Sifa tersenyum, mengikuti Linda dari belakang.
Linda membawa Sifa mengantre untuk makan di kantin.
“Lain kali ingat setelah jam istirahat datang kemari pasti akan ramai, lebih baik kamu berteman dengan lebih banyak orang.”
Linda dengan ramah mengingatkan Sifa, hari ini Sifa baru saja datang bekerja dan sudah digossipkan, Linda bisa memaklumi gosip seperti ini.
Jadi itu sebabnya dia dengan ramah mengingatkan Sifa, jangan biarkan dia mengalami hal sebelumnya pernah terjadi padanya.
Sifa sedikit terkejut, tapi dengan cepat dia sadar dan berkata kepada Linda : “Terima kasih.”
Linda menganggukkan kepala, dan berjalan ke sisi lain.
Setelah selesai makan Sifa kembali ke kantor dan kebetulan masih belum jam kerja, Sifa telungkup di mejanya dan mulai mengantuk.
Decky menatap Sifa di dalam kantornya, wanita ini telungkup di mejanya tidak bergerak, seperti sudah tertidur.
Decky tersenyum sinis, menelepon telepon yang ada di meja Sifa, tapi tidak tidak ada yang menjawab telepon.
Decky mengerutkan kening, wanita ini tidur seperti orang mati saja, Decky menatap Sifa yang tidak bergerak di layar dengan curiga.
Setelah Decky menelepon untuk kedua kalinya dan masih tidak ada yang menjawab, akhirnya Decky tidak tahan dan menghampiri kantor Sifa dengan marah.
Menendang pintu dan berjalan ke samping Sifa: “Kamu datang untuk bekerja atau untuk tidur, kalau kamu masih seperti ini, keluar saja….”
Decky meraih Sifa, melihat wajahnya penuh dengan darah dan masih ada darah segar mengalir keluar dari hidungnya.
Sifa terlihat seperti tertidur, memejamkan kedua matanya telungkup di meja tidak bergerak.
Decky ketakutan melihat pemandangan seperti ini, dan dengan cepat berteriak keras: “Hei, kamu baik-baik saja, kan? Sifa….”
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyMarriage Journey
Hyon SongIstri Yang Sombong
JessicaAdieu
Shi QiThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensAfter Met You
AmardaMy Lifetime
DevinaMenaklukkan Suami CEO
Red MapleMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka