Marriage Journey - Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
Ada edit nama Joshua = Luis 19/10/2020 Bab 130
Ketika hampir putus napas, entah dari mana asal keberanian Sifa, dia berjalan menuju Juna "Kamu tidak boleh bertindak seperti ini. Jika tidak, kamu benar-benar tidak bisa bertemu anakmu lagi."
Sifa menegakkan punggung, mengangkat kepala dan berkata pada pria itu.
Pria itu seketika menatap tajam ke arah Sifa. Sifa sedikit gemetar, tapi itu hanya berlangsung sesaat. Dia tidak boleh takut, proyek ini harus diselesaikan.
Sifa mengerahkan seluruh keberaniannya untuk menatap mata Juna secara langsung "Aku mengenalmu, aku juga tahu mengapa kamu tidak menginginkan begitu banyak uang dan bersikeras untuk berjaga di sini. Kamu melakukan ini demi anakmu. Kamu adalah ayah yang hebat. Ketika bertemu dengan anakmu, kamu tidak ingin memberi tahu anakmu bahwa kamu membunuh orang, bukan!"
Sifa mengucapkan sekata demi sekata pada Juna. Tangan Juna gemetar. Meskipun dia tidak melepaskan tangan, tapi dia telah melonggarkan genggamannya.
"Kamu siapa, untuk apa kamu berbual di sini?"
Tatapan Juna tajam, menatap Sifa dengan erat. Sepasang mata mirip burung nasar itu membuat Sifa panik.
Sifa memberanikan diri untuk bertatapan dengan Juna "Kalau aku bilang aku bisa membantu kamu menemukan anakmu, apakah kamu bersedia membicarakan masalah ini denganku?"
Wajah Sifa dipenuhi dengan tekad, sangat percaya diri.
Tiba-tiba, mata Juna memuram, dia sedikit tergerak.
Melihat situasi ini, Sifa segera meluncurkan serangan babak baru "Tadi aku mendengar kata-kata mereka yang percaya bahwa kamu bukan sengaja, aku dapat memberitahu kamu bahwa aku dapat membantu kamu."
Sifa perlahan mendekati Juna, melontarkan setiap kata dengan tegas.
Entah kenapa, Juna tiba-tiba merasakan semacam kepercayaan yang tidak bisa dijelaskan saat melihat wanita di depannya ini. Jelas sekali bahwa dirinya adalah tipe orang yang tidak ingin didekati siapapun, tapi wanita ini sepertinya tidak takut pada dirinya sama sekali.
Entah karena kepercayaan di hati atau karena tidak memiliki harapan lain, Juna ingin mencoba walau hanya ada harapan kecil.
Juna datang dan mencengkeram tangan pria botak itu. Pria botak langsung terbatuk-batuk keras, jatuh ke lantai sambil memegangi leher.
Juna menatap Sifa untuk waktu yang lama, lalu memandangi pria botak yang tergeletak di lantai, berbalik dan berjalan keluar.
Sifa tidak mengerti apa maksud Juna. Setelah berpikir sejenak, dia mengikutinya dengan penuh keberanian.
Juna melangkah ke samping rumah. Itu merupakan rumah beton model lama yang memiliki dua lantai, terlihat sangat sederhana karena tidak ditata.
Sifa perlahan mengikuti Juna di belakang. Dia melihat sekeliling. Nyaris tidak ada furnitur di dalam rumah, bahkan ranjang pun terbuat dari papan kayu.
Begitu masuk, tercium bau obat tradisional yang menyengat dan terdengar suara samar orang tua yang sedang batuk.
Rumah Juna sama dengan yang dibicarakan di luar. Dia memang sangat miskin, rumahnya sangat sederhana.
Dalam kondisi yang sedemikian sulit, dia juga harus menjaga orang tua yang sekarat seperti itu, tapi dia bersikeras mempertahankan rumah dan tidak mau menerima uang hanya untuk anak.
Meski Sifa tidak tahu secara spesifik, tapi dari percakapan antara Juna dan pria botak itu, dia samar-samar bisa menebak bahwa semua ini adalah karena anak.
Sifa mengikuti Juna, berjalan masuk dengan hati-hati. Juna berjalan menuju dapur. Setelah beberapa saat, dia kembali ke kamar dengan semangkuk obat tradisional panas di tangannya.
Sifa tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikutinya. Juna yang dari tadi berparas dingin seketika mengendurkan kerutan di antara alisnya, serta melembutkan nada suaranya. Setelah memastikan obat di tangannya tidak panas, dia memberikannya kepada orang tua kurus yang terbaring di tempat tidur.
Orang tua itu sangat kurus, pipinya membentuk cekungan yang dalam sekali. Dia terlihat tidak berbeda dari kerangka yang hanya dibungkus kulit.
Sifa sedikit takut saat memandangi orang tua di ranjang itu. Dirinya sendiri juga menderita stadium terminal kanker, sekarang dia memaksa diri untuk bertahan sehingga dirinya tidak menjadi seperti pemandangan yang sedang dilihat ini.
Tapi bagaimana dengan ke depannya, apakah dirinya juga akan menjadi seperti ini, segitu kurus seperti kerangka yang hanya dibungkus kulit, terbaring di ranjang dan membutuhkan perawatan dari orang lain?
Sesaat Sifa menjadi pucat, dia mengangkat sudut bibir dengan lesu, melamun.
Setelah mengantarkan obat kepada orang tua, Juna berjalan ke aula, menarik kursi dan duduk, menatap Sifa dengan pandangan yang agak mengelak.
Sifa buru-buru menyingkirkan emosinya, meletakkan kedua tangan di belakang punggung secara tidak natural.
"Orang tuamu terlihat tidak dalam kondisi yang baik."
Sifa berkata ringan ke arah Juna.
Juna mengangguk, tidak berbicara.
Sifa berdiri di sisi Juna. Setelah sekian lama, dia akhirnya memecah keheningan "Sebenarnya aku diutus oleh perusahaan untuk membujukmu. Selama ini, kami terus mengamatimu. Kami mengunjungi banyak orang dan mencoba untuk mencari tahu keadaanmu, tapi orang-orang itu sepertinya tidak tahu, semua orang tidak mengerti mengapa kamu begitu keras kepala, mempertahankan rumah ini dan tidak mau menerima uang."
Sifa tiba-tiba berhenti bicara, Juna terus menatapnya tanpa memberi respons.
"Sebenarnya ketika aku datang, aku juga tidak habis pikir kenapa kamu bertindak seperti ini. Aku tidak menyadarinya sampai aku mendengar pembicaraan kalian barusan. Meskipun aku tidak tahu permasalahanmu, tapi aku mengerti satu hal, yaitu kamu bukan orang jahat, kamu juga bukan orang aneh yang disebut orang lain. Kamu adalah orang baik dan ayah yang baik."
Mata Sifa menunjukkan ketegasan, dia menatap Juna sambil tersenyum.
Juna sedikit menoleh ke samping, menundukkan kepala, memangku kedua tangan di atas kaki, menunjukkan kapalan yang tebal.
Setelah lama terdiam, Juna akhirnya berbicara. Suaranya serak, tapi mengandung kestabilan "Aku sudah lama tidak berbicara dengan orang lain. Aku tahu tujuanmu, tapi entah kenapa aku ingin mengobrol denganmu."
Sifa perlahan berjongkok, menatap Juna dengan tatapan yang tulus "Aku akan mendengarkan kamu. Aku pasti akan memegang kata-kataku bahwa aku akan membantu kamu."
Juna menunduk, perlahan berkata "Sebenarnya aku yang dulu sama seperti mereka, hanya seorang gangster. Ibuku adalah pasien sakit jiwa, terkadang kesadaran dan akal sehatku juga tidak bisa dikendali. Inilah mengapa aku tidak berani berinteraksi dengan orang lain. Alasannya adalah karena aku takut menyakiti orang lain. Ketika penyakitku kambuh dalam suatu hari, anakku yang berusia enam tahun menyaksikan aku melakukan kekerasan terhadap ibunya. Dia masih sangat kecil sehingga dia tidak bisa menerima semua itu.
Setelah hari itu, anakku menghilang. Aku dan ibunya mencarinya ke mana-mana, tetapi bagaimanapun kami tidak dapat menemukan anak kami. Untungnya kami pernah memberi tahu anak kami di mana tempat tinggal kami sejak dia masih kecil. Bahkan setelah bertahun-tahun, aku percaya bahwa anakku akan pulang untuk mencariku pada suatu hari nanti.
Aku juga akan berlutut dan memberi tahu dia bahwa tidak akan terjadi hal seperti itu lagi pada ayahnya, aku berharap dia dapat memaafkan aku dan berharap dia dapat kembali ke sisiku.
Tetapi setelah bertahun-tahun berlalu, aku dan ibunya telah melakukan banyak kerja keras. Tapi kami masih belum dapat menemukan anak kami, tidak mendapatkan kepulangan anak kami.
Tahun demi tahun berlalu, suatu hari sebuah perusahaan besar tiba-tiba mendatangi kami dan memberi tahu kami bahwa tempat ini akan dibongkar dan kami akan diberi kompensasi miliaran.
Novel Terkait
Love In Sunset
ElinaAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanDoctor Stranger
Kevin WongMy Goddes
Riski saputroI'm Rich Man
HartantoUnplanned Marriage
MargeryHis Second Chance
Derick HoMr Huo’s Sweetpie
EllyaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka