Marriage Journey - Bab 137 Kebuntuan Investigasi
Ada revisi bab 133-137 19/10/2020
Sifa meletakkan teleponnya, dia menyadari bahwa wajahnya memerah, lalu dia menyentuh dan merasakan panasnya. Setelah mendengar orang yang dia suka, Sifa langsung merasa lega dan seketika dia mengantuk. Setelah menemukan posisi yang nyaman, dia tertidur lelap.
Jelas tidak mungkin untuk mengatakan tidak lelah setelah hari yang melelahkan karena Sifa selalu memperhatikan banyak hal yang membuat dia tidak bisa tidur.
Sinar matahari di luar jendela sudah masuk saat dia bangun di pagi hari. Sifa menggeliat dan bangkit lalu menemukan bahwa Marsha tidak lagi di tempat tidur. Ada catatan di atas meja, Sifa berjalan dengan mata mengantuk dan mengambilnya: aku akan membeli sarapan dulu, kalian semua pemalas.
Sifa tersenyum tipis dan berjalan menuju toilet dan setelah mandi sebentar, Marsha segera kembali.
Dia membawa gorengan, susu kedelai dan di tangannya ada juga sup ayam panas dengan nasi.
Marsha sangat glamour, rambutnya panjang tegak lurus, jaket putih dan jeans biru muda dengan kemeja Martin. Seluruh orang tampak memancarkan aroma yang menyegarkan.
“Ini milikmu Sifa.” Marsha memberikan Sifa sup ayam yang dia beli di jalan. Marsha mengatakan sambil tersenyum.
Sifa bersikap santai dan Sifa menyaksikan keringat pekat di dahi Marsha, lalu Sifa menarik beberapa tisu lalu diberikan ke Marsha, "Terima kasih, kenapa kamu kelihatan begitu bingung ?."
Marsha mengangkat alisnya dan mengambil gorengan di atas meja untuk dimakan: "Jadi karena kamu tidak bisa makan terlalu banyak gorengan sekarang. Aku jadi lari-lari belikan yang lain. " Marsha dengan bercanda berkata pada Sifa.
Sifa tersenyum dan menyeka keringat di kening Marsha. Sifa menikmati kembali sup ayam yang dibawa Marsha, tetapi Sifa mungkin tidak menyukai rasanya, tapi untuk anak, apa boleh buat.
Luis dan Domi berjalan menuju kamar Sifa dan Marsha dengan wajah mengantuk, dan Marsha menyuruh mereka pergi berbelanja lebih awal untuk meminta mereka memperhatikan waktu kehadiran dan makan. Setelah makan, Sifa mengeluarkan ransel yang telah dia persiapkan sebelumnya dan Sifa membawa semua berkas yang diperlukan.
Sifa mengecek rute sebelum datang ke lokasi, kebetulan ada halte bus di sebelah hotel ini. Mereka naik bus dari satu halte menuju halte yang lain. Lokasi keluarga itu tidak jauh dari halte bus, kemudian Sifa menyiapkan uang receh dan mengajak beberapa orang di perjalanan. Ini adalah waktu puncak untuk bekerja. Bus itu penuh sesak, Sifa dan Marsha hanya bisa berdiri berjauhan dari Luis dan Domi.
Ada banyak bau tidak enak di dalam bus selama perjalanan, Sifa merasa mual dan muntah-muntah. Marsha melihat reaksi Sifa yang membuka jendela dengan susah payah sembari melewati kerumunan. Seketika udara segar mengalir ke dalam bus, keadaan itu membuat Sifa semakin nyaman. Marsha berjalan melewati kerumunan dan berjalan kembali dia menatap Sifa sambil tersenyum: "Sekarang lebih baik kan? "
Sifa mengangguk lalu meraih dan memegang tangan Marsha. Tangan Marsha tidak gemuk, tapi selalu terasa hangat. Marsha membuka tangannya dan memegang erat tangan Sifa. Tidak lama kemudian bus melaju dan meninggalkan halte, perjalanan selama setengah jam.
Daerah Ini sepertinya pinggiran kota, tidak banyak orang yang keluar masuk. Hanya bus yang datang dan pergi yang berhenti di halte. Sifa mengikuti rute yang direncanakan sebelumnya berjalan sekitar seratus meter ke depan Sifa melihat lapangan kosong dengan beberapa bahan bangunan berada di tengah di tengah lapangan kosong tinggalah sebuah keluarga.
Dari perspektif arsitektur rumah tampaknya situasi rumah itu tidak terlalu baik. Sifa menoleh untuk melihat Marsha. Luis dan Domi berkata, "Ini dia. Kita masih ingat rencana yang kita ucapkan saat itu dan sekarang kita berkerja secara terpisah. Semuanya bertindak secara hati-hati, lakukan panggilan telepon darurat kapan pun kalian mengalami sesuatu. "
Semua orang mengangguk, seluruh tindakan menjadi tanggung jawab masing-masing. Agar merasa aman, Sifa dan Luis bekerja bersama dan Marsha bersama Domi. Marsha dan Domi sudah pernah bekerja bersama untuk sementara waktu, seharusnya tidak sulit bagi mereka untuk bekerja sama.
Sifa memimpin Luis ke jalur kiri. Luis tidak banyak bicara di sepanjang jalan, Sifa memandang Luis dengan ekspresi yang tidak biasa, suasananya sangat kaku. Sifa tiba-tiba berpikir lalu mengingat pernah melihat berkas Luis yang memperlihatkan bahwa mereka pernah berada di sekolah yang sama. Sifa langsung menemukan topik obrolan dia melihat Luis dengan senyum tipis: "Luis, kupikir kita pernah berada di sekolah yang sama seperti yang tertulis di profilmu? "
Luis mengangkat kepalanya dan mendorong kacamatanya, menggaruk kepalanya dengan malu dan berkata, "Ya. Asisten Shen, kamu adalah orang yang sangat terkenal di sekolah. "
Sifa sedikit terkejut, dia selalu sangat low-profile di sekolah. Mengapa mengatakan dirinya terkenal?
Sifa tersenyum dan melanjutkan: "Tidak mungkin, tampaknya kamu seusia denganku. "
Senyuman segera muncul di wajah Luis , lesung pipi yang tampak dari pipi kirinya terlihat sangat bagus.
"Asisten Shen tidak tahu ya kalau kamu terkenal cantik di angkatanku saat itu, banyak anak laki-laki naksir dengan perasaan kagum. "
Setelah Luis selesai berbicara, wajah Sifa langsung memerah. Sifa sedikit terkejut dengan tawa garing: "Tidak mungkin, aku cuma gini ini dan kamu terlalu berlebihan. Kita kita tidak mengenal satu sama lain, sepertinya kita tidak pernah menyapa, kalau tidak, seharusnya tidak canggung seperti sekarang. "
Kata-kata Sifa langsung merangsang Luis , lalu Luis langsung menaikkan desibel suaranya: "Tidak, aku tahu kamu, tapi kamu tidak mengenalku. "
Setelah Luis selesai berbicara, ekspresi kecewa muncul di wajahnya. Sifa tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya terus melangkah, berjalan mengendap-endap dan mengawasi sekitar. Ada beberapa rumah tidak jauh dari sini dengan beberapa orang berdiri bersama dan sepertinya sedang membicarakan sesuatu.
Sifa langsung tersenyum: "Luis, lihatlah ada orang disana. "
Sifa memimpin dan berjalan ke arah seorang wanita sambil tersenyum. Wanita itu berpakaian sederhana dan menggendong bayi berusia kurang dari empat bulan di tangannya, berbicara dan tertawa dengan beberapa orang.
"kak, apakah kamu penduduk di sini? "
Wanita itu menoleh dan menatap Sifa lalu seketika mengerutkan kening dan mengamati Sifa dari atas dan ke bawah, tapi tetap menjawab; "Ya, apa ada masalah? "
Sifa tersenyum dan mengangguk: "Ya, aku hanya ingin datang dan bertanya padamu tentang situasi rumah yang menolak untuk pindah. "
Wanita itu penasaran, lalu pria dan wanita yang berdiri di sampingnya langsung berkumpul dan mengobrol. "Kamu di sini untuk menanyakan tentang orang aneh itu kamu menanyakan orang yang tepat. "
Sifa mulai bersemangat sepertinya orang-orang ini tahu sesuatu.
"Rupanya kamu benar-benar tidak tahu betapa anehnya keluarga yang tidak pernah berkomunikasi dan bergaul bersama kami selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah berbicara sedikitpun terkadang aku bertanya kepadanya tentang urusan keluarganya dan dia langsung mengusir kamu. Benar-benar gila! "
Wanita yang menggendong anak itu penuh dengan kebencian di matanya dan berbicara dengan Sifa.
Wanita lain juga berdiri dan berkata pada Sifa, "Ya, kami semua mengira mereka aneh, mereka benar-benar diberkahi, perusahaan besar telah mengambil alih tanahnya, semua orang sangat gembira saat itu karena akan ada kompensasi banyak uang. Uang yang sangat banyak dan cocok untuk hidup, semua orang setuju, hanya saja pria di rumah sederhana itu tidak setuju, aneh kan. "
Sifa mengernyitkan dahi dan memandang wanita itu dan bertanya, "Apa kau tahu sebabnya?"
"Siapa yang tahu alasannya? Tidak ada yang mengenalnya. Aku hanya tahu bahwa keluarganya sedang kesulitan, tapi menolak menerima kompensasi. Mereka lebih suka pergi ke lokasi konstruksi setiap hari untuk melakukan pekerjaan kecil daripada menerima kompensasi, itu sungguh aneh. Jika itu aku, aku akan menerimanya. "
Luis mendorong kacamatanya dan bertanya, "Adakah sesuatu yang sulit mereka jelaskan?"
Wanita yang menggendong bayi itu langsung mencibir: "Siapa yang tahu apa masalahnya? Mereka orang yang tidak pernah berhubungan dengan semua orang, tak satu pun dari kita mengenalnya. "
Sifa mengernyit dalam-dalam, Sifa mengira akan mengetahui sesuatu dari tetangganya sebelum Sifa datang ke sini, tapi petunjuk itu sudah rusak. Bagaimana orang itu bergaul dengan semua orang selama bertahun-tahun, para tetangga hampir tidak mengetahui situasi di rumahnya, sehingga investigasi itu menemui jalan buntu dalam sekejap.
Sifa, melihat tidak ada yang perlu ditanyakan. Sifa hanya bisa menganggukkan kepala dan berterima kasih: "Terima kasih teman-teman."
Sifa tersenyum, berbalik dan melangkah pergi. Wanita yang menggendong bayi itu menghentikan Sifa, "Kakak, sebisa mungkin jangan memprovokasi dia. Dia kalau sudah tidak suka bisa kalap. "
Setelah berbicara, dia memeluk anaknya yang menangis dan berjalan. Sifa mengucapkan terima kasih, lalu berbalik dan pergi.
Novel Terkait
My Cute Wife
DessyDiamond Lover
LenaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaThick Wallet
TessaHanya Kamu Hidupku
RenataMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka