Marriage Journey - Bab 137 Kebuntuan Investigasi

Ada revisi bab 133-137 19/10/2020

Sifa meletakkan teleponnya, dia menyadari bahwa wajahnya memerah, lalu dia menyentuh dan merasakan panasnya. Setelah mendengar orang yang dia suka, Sifa langsung merasa lega dan seketika dia mengantuk. Setelah menemukan posisi yang nyaman, dia tertidur lelap.

Jelas tidak mungkin untuk mengatakan tidak lelah setelah hari yang melelahkan karena Sifa selalu memperhatikan banyak hal yang membuat dia tidak bisa tidur.

Sinar matahari di luar jendela sudah masuk saat dia bangun di pagi hari. Sifa menggeliat dan bangkit lalu menemukan bahwa Marsha tidak lagi di tempat tidur. Ada catatan di atas meja, Sifa berjalan dengan mata mengantuk dan mengambilnya: aku akan membeli sarapan dulu, kalian semua pemalas.

Sifa tersenyum tipis dan berjalan menuju toilet dan setelah mandi sebentar, Marsha segera kembali.

Dia membawa gorengan, susu kedelai dan di tangannya ada juga sup ayam panas dengan nasi.

Marsha sangat glamour, rambutnya panjang tegak lurus, jaket putih dan jeans biru muda dengan kemeja Martin. Seluruh orang tampak memancarkan aroma yang menyegarkan.

“Ini milikmu Sifa.” Marsha memberikan Sifa sup ayam yang dia beli di jalan. Marsha mengatakan sambil tersenyum.

Sifa bersikap santai dan Sifa menyaksikan keringat pekat di dahi Marsha, lalu Sifa menarik beberapa tisu lalu diberikan ke Marsha, "Terima kasih, kenapa kamu kelihatan begitu bingung ?."

Marsha mengangkat alisnya dan mengambil gorengan di atas meja untuk dimakan: "Jadi karena kamu tidak bisa makan terlalu banyak gorengan sekarang. Aku jadi lari-lari belikan yang lain. " Marsha dengan bercanda berkata pada Sifa.

Sifa tersenyum dan menyeka keringat di kening Marsha. Sifa menikmati kembali sup ayam yang dibawa Marsha, tetapi Sifa mungkin tidak menyukai rasanya, tapi untuk anak, apa boleh buat.

Luis dan Domi berjalan menuju kamar Sifa dan Marsha dengan wajah mengantuk, dan Marsha menyuruh mereka pergi berbelanja lebih awal untuk meminta mereka memperhatikan waktu kehadiran dan makan. Setelah makan, Sifa mengeluarkan ransel yang telah dia persiapkan sebelumnya dan Sifa membawa semua berkas yang diperlukan.

Sifa mengecek rute sebelum datang ke lokasi, kebetulan ada halte bus di sebelah hotel ini. Mereka naik bus dari satu halte menuju halte yang lain. Lokasi keluarga itu tidak jauh dari halte bus, kemudian Sifa menyiapkan uang receh dan mengajak beberapa orang di perjalanan. Ini adalah waktu puncak untuk bekerja. Bus itu penuh sesak, Sifa dan Marsha hanya bisa berdiri berjauhan dari Luis dan Domi.

Ada banyak bau tidak enak di dalam bus selama perjalanan, Sifa merasa mual dan muntah-muntah. Marsha melihat reaksi Sifa yang membuka jendela dengan susah payah sembari melewati kerumunan. Seketika udara segar mengalir ke dalam bus, keadaan itu membuat Sifa semakin nyaman. Marsha berjalan melewati kerumunan dan berjalan kembali dia menatap Sifa sambil tersenyum: "Sekarang lebih baik kan? "

Sifa mengangguk lalu meraih dan memegang tangan Marsha. Tangan Marsha tidak gemuk, tapi selalu terasa hangat. Marsha membuka tangannya dan memegang erat tangan Sifa. Tidak lama kemudian bus melaju dan meninggalkan halte, perjalanan selama setengah jam.

Daerah Ini sepertinya pinggiran kota, tidak banyak orang yang keluar masuk. Hanya bus yang datang dan pergi yang berhenti di halte. Sifa mengikuti rute yang direncanakan sebelumnya berjalan sekitar seratus meter ke depan Sifa melihat lapangan kosong dengan beberapa bahan bangunan berada di tengah di tengah lapangan kosong tinggalah sebuah keluarga.

Dari perspektif arsitektur rumah tampaknya situasi rumah itu tidak terlalu baik. Sifa menoleh untuk melihat Marsha. Luis dan Domi berkata, "Ini dia. Kita masih ingat rencana yang kita ucapkan saat itu dan sekarang kita berkerja secara terpisah. Semuanya bertindak secara hati-hati, lakukan panggilan telepon darurat kapan pun kalian mengalami sesuatu. "

Semua orang mengangguk, seluruh tindakan menjadi tanggung jawab masing-masing. Agar merasa aman, Sifa dan Luis bekerja bersama dan Marsha bersama Domi. Marsha dan Domi sudah pernah bekerja bersama untuk sementara waktu, seharusnya tidak sulit bagi mereka untuk bekerja sama.

Sifa memimpin Luis ke jalur kiri. Luis tidak banyak bicara di sepanjang jalan, Sifa memandang Luis dengan ekspresi yang tidak biasa, suasananya sangat kaku. Sifa tiba-tiba berpikir lalu mengingat pernah melihat berkas Luis yang memperlihatkan bahwa mereka pernah berada di sekolah yang sama. Sifa langsung menemukan topik obrolan dia melihat Luis dengan senyum tipis: "Luis, kupikir kita pernah berada di sekolah yang sama seperti yang tertulis di profilmu? "

Luis mengangkat kepalanya dan mendorong kacamatanya, menggaruk kepalanya dengan malu dan berkata, "Ya. Asisten Shen, kamu adalah orang yang sangat terkenal di sekolah. "

Sifa sedikit terkejut, dia selalu sangat low-profile di sekolah. Mengapa mengatakan dirinya terkenal?

Sifa tersenyum dan melanjutkan: "Tidak mungkin, tampaknya kamu seusia denganku. "

Senyuman segera muncul di wajah Luis , lesung pipi yang tampak dari pipi kirinya terlihat sangat bagus.

"Asisten Shen tidak tahu ya kalau kamu terkenal cantik di angkatanku saat itu, banyak anak laki-laki naksir dengan perasaan kagum. "

Setelah Luis selesai berbicara, wajah Sifa langsung memerah. Sifa sedikit terkejut dengan tawa garing: "Tidak mungkin, aku cuma gini ini dan kamu terlalu berlebihan. Kita kita tidak mengenal satu sama lain, sepertinya kita tidak pernah menyapa, kalau tidak, seharusnya tidak canggung seperti sekarang. "

Kata-kata Sifa langsung merangsang Luis , lalu Luis langsung menaikkan desibel suaranya: "Tidak, aku tahu kamu, tapi kamu tidak mengenalku. "

Setelah Luis selesai berbicara, ekspresi kecewa muncul di wajahnya. Sifa tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya terus melangkah, berjalan mengendap-endap dan mengawasi sekitar. Ada beberapa rumah tidak jauh dari sini dengan beberapa orang berdiri bersama dan sepertinya sedang membicarakan sesuatu.

Sifa langsung tersenyum: "Luis, lihatlah ada orang disana. "

Sifa memimpin dan berjalan ke arah seorang wanita sambil tersenyum. Wanita itu berpakaian sederhana dan menggendong bayi berusia kurang dari empat bulan di tangannya, berbicara dan tertawa dengan beberapa orang.

"kak, apakah kamu penduduk di sini? "

Wanita itu menoleh dan menatap Sifa lalu seketika mengerutkan kening dan mengamati Sifa dari atas dan ke bawah, tapi tetap menjawab; "Ya, apa ada masalah? "

Sifa tersenyum dan mengangguk: "Ya, aku hanya ingin datang dan bertanya padamu tentang situasi rumah yang menolak untuk pindah. "

Wanita itu penasaran, lalu pria dan wanita yang berdiri di sampingnya langsung berkumpul dan mengobrol. "Kamu di sini untuk menanyakan tentang orang aneh itu kamu menanyakan orang yang tepat. "

Sifa mulai bersemangat sepertinya orang-orang ini tahu sesuatu.

"Rupanya kamu benar-benar tidak tahu betapa anehnya keluarga yang tidak pernah berkomunikasi dan bergaul bersama kami selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah berbicara sedikitpun terkadang aku bertanya kepadanya tentang urusan keluarganya dan dia langsung mengusir kamu. Benar-benar gila! "

Wanita yang menggendong anak itu penuh dengan kebencian di matanya dan berbicara dengan Sifa.

Wanita lain juga berdiri dan berkata pada Sifa, "Ya, kami semua mengira mereka aneh, mereka benar-benar diberkahi, perusahaan besar telah mengambil alih tanahnya, semua orang sangat gembira saat itu karena akan ada kompensasi banyak uang. Uang yang sangat banyak dan cocok untuk hidup, semua orang setuju, hanya saja pria di rumah sederhana itu tidak setuju, aneh kan. "

Sifa mengernyitkan dahi dan memandang wanita itu dan bertanya, "Apa kau tahu sebabnya?"

"Siapa yang tahu alasannya? Tidak ada yang mengenalnya. Aku hanya tahu bahwa keluarganya sedang kesulitan, tapi menolak menerima kompensasi. Mereka lebih suka pergi ke lokasi konstruksi setiap hari untuk melakukan pekerjaan kecil daripada menerima kompensasi, itu sungguh aneh. Jika itu aku, aku akan menerimanya. "

Luis mendorong kacamatanya dan bertanya, "Adakah sesuatu yang sulit mereka jelaskan?"

Wanita yang menggendong bayi itu langsung mencibir: "Siapa yang tahu apa masalahnya? Mereka orang yang tidak pernah berhubungan dengan semua orang, tak satu pun dari kita mengenalnya. "

Sifa mengernyit dalam-dalam, Sifa mengira akan mengetahui sesuatu dari tetangganya sebelum Sifa datang ke sini, tapi petunjuk itu sudah rusak. Bagaimana orang itu bergaul dengan semua orang selama bertahun-tahun, para tetangga hampir tidak mengetahui situasi di rumahnya, sehingga investigasi itu menemui jalan buntu dalam sekejap.

Sifa, melihat tidak ada yang perlu ditanyakan. Sifa hanya bisa menganggukkan kepala dan berterima kasih: "Terima kasih teman-teman."

Sifa tersenyum, berbalik dan melangkah pergi. Wanita yang menggendong bayi itu menghentikan Sifa, "Kakak, sebisa mungkin jangan memprovokasi dia. Dia kalau sudah tidak suka bisa kalap. "

Setelah berbicara, dia memeluk anaknya yang menangis dan berjalan. Sifa mengucapkan terima kasih, lalu berbalik dan pergi.

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu