Marriage Journey - Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
Pria itu tiba-tiba saja merasa beberapa dokter ini pasti ada yang sesuatu, makanya baru muncul perasaan curiga seperti ini.
Tapi Hendi pikir, mengingat kondisi penyakit Sifa adalah yang paling penting, rumah sakit juga tidak mungkin bercanda dengan dia dan Sifa seperti ini.
“Baik, dok, kalau benar demikian aku sudah mengerti, tapi kalau kondisi penyakit Sifa masih juga tidak membaik, pasti harus segera memberitahu aku.”
Hendi dengan pandangan sepenuh hati berkata.
“Pak Shen, kamu tenang saja, semua hal mengenai pasien asal saya tahu tidak akan tidak mengatakannya.”
“Baik, dok, terima kasih sekali.”
Setelah selesai berbicara dengan dokter, lalu dokter membalikkan badan kembali ke ruang kantor, tinggal Hendi seorang yang berada di lorong jalan.
Hendi melangkahkan langkah kaki dengan pelan, berjalan pergi ke kamar Sifa.
Mencari tahu dengan jelas semua ini, dalam hati Hendi sepertinya lebih sedikit agak nyaman dibanding sebelumnya.
Pria itu berpikir dalam hati, mungkin benar dirinya yang sudah berpikir terlalu banyak.
Seharusnya keberuntungan Sifa lumayan bagus, makanya bisa bertemu dengan tim medis yang unggul seperti ini, datang untuk mengobati Sifa selanjutnya dengan gratis.
Selesai berpikir tentang semua ini lalu Hendi mempercepat langkah kaki, berjalan ke kamar pasien….
Berpikir dalam hati, kalau saja Sifa tiba-tiba bangun, di sampingnya tidak ada orang yang menjaga lagi.
Baru saja membuka pintu kamar pasien, kelihatan Sifa sudah setengah bersandar di ranjang melihat dirinya.
Hendi berjalan perlahan ke depan ranjang.
“Sifa… Kenapa tidak tidur lamaan, sekarang sudah bangun.”
Hendi melihat wajah Sifa yang pucat, bahkan bibirnya juga sudah mulai kering dan retak.
Mungkin karena melakukan seretetan pemeriksaan, membuat tenanga Sifa sudah terkuras habis.
Hendi segera berdiri lagi, menuangkan segelas air hangat untuk Sifa, perlahan meletakkan gelas air ke samping mulut Sifa, bersiap-siap menyuapinya minum.
“Hendi… tidak perlu repot seperti ini, biar aku sendiri saja.”
Dengan nada suara yang agak lemah Sifa mengeluarkan perkataan ini ke Hendi.
“Sifa, tubuhmu sekarang sungguh sudah terlalu lemah, lebih baik biar aku saja yang menyuapi kamu minum.”
Setelah mendengar perkataan Hendi ini, lalu Sifa juga tidak bersikeras lagi.
Mengingat dirinya saat ini, tubuhnya memang sungguh terlalu lemah, tadi dirinya juga memaksa diri baru bisa mengeluarkan perkataan itu.
Hendi menyuapi Sifa minum air, sambil di dalam hati merasa kasihan dengan semua yang dialami Sifa.
“Oh yah, Hendi, apa dokter ada bilang kapan aku boleh keluar dari rumah sakit?”
Sifa masih tetap dengan nada suara yang lemah mengatakan.
“Terus berada di sini, suasana hati selalu saja merasa tertekan sekali.”
Tepat ketika mendengar Sifa di samping bertanya pada dirinya mengenai kapan keluar dari rumah sakit.
Pertanyaan ini sungguh membuat Hendi kesulitan, mengingat dengan kondisi Sifa sekarang ini, bahkan Hendi juga tidak tahu kapan baru boleh meninggalkan rumah sakit yang penuh dengan bau air desinfektan ini…
Tapi Hendi tidak tahu harus bagaimana mengatakan ke Sifa, hanya perlahan tersenyum.
“Sifa, mau apa buru-buru keluar dari rumah sakit? Kamu jangan lupa, kamu sekarang ini baru saja selesai melahirkan, masih banyak sekali pemeriksaan yang belum diselesaikan, lagi pula, anak ini lahir seawal itu, pasti perlu berada di rumah sakit beberapa waktu!”
Hendi di samping menggunakan caranya sendiri, menghibur dan membohongi Sifa.
Dia ingin membuat Sifa mempercayai perkataannya, dalam hati berpikir kondisi penyakit Sifa sekarang ini, juga sangat tidak baik, mungkin keluar dari rumah sakit untuk Sifa mungkin juga tidak semudah itu bisa terwujud.
Setelah Sifa di samping mendengar perkataan Hendi, mengangguk, lalu juga tidak lanjut bertanya lagi.
Agar membuat Sifa tidak merasa bosan di dalam kamar, Hendi secara khusus meminta suster lagi, untuk menggendong kembali anak ke kamar untuk menemani Sifa sebentar.
Mengingat Sifa baru saja menjadi seorang ibu, pasti ingin melihat anaknya lebih lama.
Hendi menggunakan cara keras dan lunak untuk mendapatkan keinginannya, akhirnya suster menyetujui Hendi.
Saat dia menggendong anak Sifa masuk ke kamar, mata Sifa langsung menjadi terang.
Hendi bisa dengan jelas merasakan semangat Sifa seketika menjadi jauh lebih riang dari tadi.
Hendi berpikir dalam hati, kalau dengan cara ini bisa membuat suasana hati Sifa jadi baik, dirinya bersedia memohon ke suster lebih banyak kali lagi juga tidak masalah.
Pria itu menggendong anak perlahan jalan ke samping Sifa.
“Sifa, kebetulan sekali saat aku pergi menggendongnya, anak ini juga sudah bangun, baru saja selesai minum susu, kamu cepat lihat dia.”
Hendi perlahan meletakkan anak itu ke dalam pelukan Sifa.
Hanya kelihatan Sifa menyentuh dengan ringan, wajah munggil anak itu, sangat lembut dan kenyal tak ada tanding.
Sifa mengamati dengan seksama anaknya sendiri, kembali melihat lagi dari alis dan mata anak ini, bayangan mengenai Decky…
Tidak tahu apa karena anak ini adalah darah daging mereka berdua, makanya baru terus terpikir akan Decky orang ini.
Sifa berusaha menarik pikirannya keluar.
“Hendi, kamu lihat, baru berapa lama tidak melihatnya, bisa merasa anak ini sudah tumbuh banyak sekali.”
Setelah Hendi selesai mendengarkan perkataan Sifa, juga tersenyum ke anak yang berada dalam pelukan Sifa.
Anak ini lah yang memberi Sifa lebih banyak harapan dan keberanian, Hendi juga dari lubuh hati berharap anak ini bisa dengan sehat dan kuat tumbuh besar.
“Iya, Sifa, orang juga bilang anak-anak cepat besar, terlebih lagi anak yang baru lahir. Melihat mahkluk kecil ini, merasa dunia ini sungguh sangat indah sekali!”
Hendi di samping juga tanpa disadari tersentuh dengan semua ini.
Waktu berlalu dengan cepat, anak Sifa juga sudah lahir, teringat dengan yang dialami olehnya dan Sifa setengah tahun ini, memang sungguh tidak mudah.
Demi melawan kanker, yang dialami Sifa juga sungguh sulit untuk membuat orang menerimanya.
“Tidak tahu mengapa, melihat anak ini, tak disangka aku bisa teringat masa kecil kita…”
Sifa di samping tanpa disadari teringat dengan dirinya dan Hendi sewaktu kecil dulu.
Keduanya dari kecil lumayan akrab, Hendi dari kecil lebih jujur dari dirinya dan dia setiap kali keluar untuk memberi pelajaran ke anak yang mempersulit pria itu.
Saat teringat akan hal ini, tidak disadari ujung mulut Sifa tersenyum.
Hendi seketika tidak tahu apa yang membuat Sifa tersenyum, merasa agak sedikit heran.
“Sifa, ketawa apa kamu? Teringat hal menyenangkan apa ayo ceritakan ke aku!”
Saat Sifa mendengar Hendi bertanya pada dirinya alasan dia tertawa, seketika, tidak tahu harus mulai mengatakan dari mana, dia takut dirinya mengatakan hal memalukan mengenai Hendi dulu kecil, membuat Hendi agak tidak enak hati.
Tapi Hendi di samping tidak berhenti bertanya terus.
Sifa agak tidak tahan dengan Hendi yang terus bertanya.
“Ini kamu yang mau mendengar yah, nanti kalau aku bilang, kamu jangan menyalahkan aku, Hendi.”
Sifa di samping, lanjut tertawa gembira lagi mengatakan ini.
Dan Hendi juga karena perkataan ini merasa bertambah jadi lebih penasaran lagi, Hendi bertambah lebih tidak bisa menekan rasa heran di dalam hatinya.
“Aiya, kamu cepat katakan, Sifa. Kamu jangan mengulur terus. Aku jamin tidak akan menyalahkanmu, yang pasti di sini juga tidak ada orang lain!”
Setelah Hendi selesai mengatakan ini, lalu menegakkan telinga, seperti mau mendengar dengan seksama sebenarnya hal apa yang membuat Sifa tertawa.
Mengingat bagi Hendi, asal hal ini bisa membuat Sifa merasa senang, dia juga bersedia mendengarkan dengan baik, bahkan bersedia meletakkan dalam hati.
“Sebenarnya, aku tadi teringat aku dan kamu sewaktu kecil, apa kamu masih ingat kamu waktu itu sangat penakut sekali, selalu dipersulit oleh anak laki-laki lainnya. Dan aku waktu itu selalu membantumu memberantas ketidak-adilan!”
Novel Terkait
Predestined
CarlyHabis Cerai Nikah Lagi
GibranHarmless Lie
BaigeMi Amor
TakashiAwesome Husband
EdisonSomeday Unexpected Love
AlexanderYou're My Savior
Shella NaviMy Lady Boss
GeorgeMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka