Marriage Journey - Bab 223 Mengatur Secara Rahasia

Pria itu tiba-tiba saja merasa beberapa dokter ini pasti ada yang sesuatu, makanya baru muncul perasaan curiga seperti ini.

Tapi Hendi pikir, mengingat kondisi penyakit Sifa adalah yang paling penting, rumah sakit juga tidak mungkin bercanda dengan dia dan Sifa seperti ini.

“Baik, dok, kalau benar demikian aku sudah mengerti, tapi kalau kondisi penyakit Sifa masih juga tidak membaik, pasti harus segera memberitahu aku.”

Hendi dengan pandangan sepenuh hati berkata.

“Pak Shen, kamu tenang saja, semua hal mengenai pasien asal saya tahu tidak akan tidak mengatakannya.”

“Baik, dok, terima kasih sekali.”

Setelah selesai berbicara dengan dokter, lalu dokter membalikkan badan kembali ke ruang kantor, tinggal Hendi seorang yang berada di lorong jalan.

Hendi melangkahkan langkah kaki dengan pelan, berjalan pergi ke kamar Sifa.

Mencari tahu dengan jelas semua ini, dalam hati Hendi sepertinya lebih sedikit agak nyaman dibanding sebelumnya.

Pria itu berpikir dalam hati, mungkin benar dirinya yang sudah berpikir terlalu banyak.

Seharusnya keberuntungan Sifa lumayan bagus, makanya bisa bertemu dengan tim medis yang unggul seperti ini, datang untuk mengobati Sifa selanjutnya dengan gratis.

Selesai berpikir tentang semua ini lalu Hendi mempercepat langkah kaki, berjalan ke kamar pasien….

Berpikir dalam hati, kalau saja Sifa tiba-tiba bangun, di sampingnya tidak ada orang yang menjaga lagi.

Baru saja membuka pintu kamar pasien, kelihatan Sifa sudah setengah bersandar di ranjang melihat dirinya.

Hendi berjalan perlahan ke depan ranjang.

“Sifa… Kenapa tidak tidur lamaan, sekarang sudah bangun.”

Hendi melihat wajah Sifa yang pucat, bahkan bibirnya juga sudah mulai kering dan retak.

Mungkin karena melakukan seretetan pemeriksaan, membuat tenanga Sifa sudah terkuras habis.

Hendi segera berdiri lagi, menuangkan segelas air hangat untuk Sifa, perlahan meletakkan gelas air ke samping mulut Sifa, bersiap-siap menyuapinya minum.

“Hendi… tidak perlu repot seperti ini, biar aku sendiri saja.”

Dengan nada suara yang agak lemah Sifa mengeluarkan perkataan ini ke Hendi.

“Sifa, tubuhmu sekarang sungguh sudah terlalu lemah, lebih baik biar aku saja yang menyuapi kamu minum.”

Setelah mendengar perkataan Hendi ini, lalu Sifa juga tidak bersikeras lagi.

Mengingat dirinya saat ini, tubuhnya memang sungguh terlalu lemah, tadi dirinya juga memaksa diri baru bisa mengeluarkan perkataan itu.

Hendi menyuapi Sifa minum air, sambil di dalam hati merasa kasihan dengan semua yang dialami Sifa.

“Oh yah, Hendi, apa dokter ada bilang kapan aku boleh keluar dari rumah sakit?”

Sifa masih tetap dengan nada suara yang lemah mengatakan.

“Terus berada di sini, suasana hati selalu saja merasa tertekan sekali.”

Tepat ketika mendengar Sifa di samping bertanya pada dirinya mengenai kapan keluar dari rumah sakit.

Pertanyaan ini sungguh membuat Hendi kesulitan, mengingat dengan kondisi Sifa sekarang ini, bahkan Hendi juga tidak tahu kapan baru boleh meninggalkan rumah sakit yang penuh dengan bau air desinfektan ini…

Tapi Hendi tidak tahu harus bagaimana mengatakan ke Sifa, hanya perlahan tersenyum.

“Sifa, mau apa buru-buru keluar dari rumah sakit? Kamu jangan lupa, kamu sekarang ini baru saja selesai melahirkan, masih banyak sekali pemeriksaan yang belum diselesaikan, lagi pula, anak ini lahir seawal itu, pasti perlu berada di rumah sakit beberapa waktu!”

Hendi di samping menggunakan caranya sendiri, menghibur dan membohongi Sifa.

Dia ingin membuat Sifa mempercayai perkataannya, dalam hati berpikir kondisi penyakit Sifa sekarang ini, juga sangat tidak baik, mungkin keluar dari rumah sakit untuk Sifa mungkin juga tidak semudah itu bisa terwujud.

Setelah Sifa di samping mendengar perkataan Hendi, mengangguk, lalu juga tidak lanjut bertanya lagi.

Agar membuat Sifa tidak merasa bosan di dalam kamar, Hendi secara khusus meminta suster lagi, untuk menggendong kembali anak ke kamar untuk menemani Sifa sebentar.

Mengingat Sifa baru saja menjadi seorang ibu, pasti ingin melihat anaknya lebih lama.

Hendi menggunakan cara keras dan lunak untuk mendapatkan keinginannya, akhirnya suster menyetujui Hendi.

Saat dia menggendong anak Sifa masuk ke kamar, mata Sifa langsung menjadi terang.

Hendi bisa dengan jelas merasakan semangat Sifa seketika menjadi jauh lebih riang dari tadi.

Hendi berpikir dalam hati, kalau dengan cara ini bisa membuat suasana hati Sifa jadi baik, dirinya bersedia memohon ke suster lebih banyak kali lagi juga tidak masalah.

Pria itu menggendong anak perlahan jalan ke samping Sifa.

“Sifa, kebetulan sekali saat aku pergi menggendongnya, anak ini juga sudah bangun, baru saja selesai minum susu, kamu cepat lihat dia.”

Hendi perlahan meletakkan anak itu ke dalam pelukan Sifa.

Hanya kelihatan Sifa menyentuh dengan ringan, wajah munggil anak itu, sangat lembut dan kenyal tak ada tanding.

Sifa mengamati dengan seksama anaknya sendiri, kembali melihat lagi dari alis dan mata anak ini, bayangan mengenai Decky…

Tidak tahu apa karena anak ini adalah darah daging mereka berdua, makanya baru terus terpikir akan Decky orang ini.

Sifa berusaha menarik pikirannya keluar.

“Hendi, kamu lihat, baru berapa lama tidak melihatnya, bisa merasa anak ini sudah tumbuh banyak sekali.”

Setelah Hendi selesai mendengarkan perkataan Sifa, juga tersenyum ke anak yang berada dalam pelukan Sifa.

Anak ini lah yang memberi Sifa lebih banyak harapan dan keberanian, Hendi juga dari lubuh hati berharap anak ini bisa dengan sehat dan kuat tumbuh besar.

“Iya, Sifa, orang juga bilang anak-anak cepat besar, terlebih lagi anak yang baru lahir. Melihat mahkluk kecil ini, merasa dunia ini sungguh sangat indah sekali!”

Hendi di samping juga tanpa disadari tersentuh dengan semua ini.

Waktu berlalu dengan cepat, anak Sifa juga sudah lahir, teringat dengan yang dialami olehnya dan Sifa setengah tahun ini, memang sungguh tidak mudah.

Demi melawan kanker, yang dialami Sifa juga sungguh sulit untuk membuat orang menerimanya.

“Tidak tahu mengapa, melihat anak ini, tak disangka aku bisa teringat masa kecil kita…”

Sifa di samping tanpa disadari teringat dengan dirinya dan Hendi sewaktu kecil dulu.

Keduanya dari kecil lumayan akrab, Hendi dari kecil lebih jujur dari dirinya dan dia setiap kali keluar untuk memberi pelajaran ke anak yang mempersulit pria itu.

Saat teringat akan hal ini, tidak disadari ujung mulut Sifa tersenyum.

Hendi seketika tidak tahu apa yang membuat Sifa tersenyum, merasa agak sedikit heran.

“Sifa, ketawa apa kamu? Teringat hal menyenangkan apa ayo ceritakan ke aku!”

Saat Sifa mendengar Hendi bertanya pada dirinya alasan dia tertawa, seketika, tidak tahu harus mulai mengatakan dari mana, dia takut dirinya mengatakan hal memalukan mengenai Hendi dulu kecil, membuat Hendi agak tidak enak hati.

Tapi Hendi di samping tidak berhenti bertanya terus.

Sifa agak tidak tahan dengan Hendi yang terus bertanya.

“Ini kamu yang mau mendengar yah, nanti kalau aku bilang, kamu jangan menyalahkan aku, Hendi.”

Sifa di samping, lanjut tertawa gembira lagi mengatakan ini.

Dan Hendi juga karena perkataan ini merasa bertambah jadi lebih penasaran lagi, Hendi bertambah lebih tidak bisa menekan rasa heran di dalam hatinya.

“Aiya, kamu cepat katakan, Sifa. Kamu jangan mengulur terus. Aku jamin tidak akan menyalahkanmu, yang pasti di sini juga tidak ada orang lain!”

Setelah Hendi selesai mengatakan ini, lalu menegakkan telinga, seperti mau mendengar dengan seksama sebenarnya hal apa yang membuat Sifa tertawa.

Mengingat bagi Hendi, asal hal ini bisa membuat Sifa merasa senang, dia juga bersedia mendengarkan dengan baik, bahkan bersedia meletakkan dalam hati.

“Sebenarnya, aku tadi teringat aku dan kamu sewaktu kecil, apa kamu masih ingat kamu waktu itu sangat penakut sekali, selalu dipersulit oleh anak laki-laki lainnya. Dan aku waktu itu selalu membantumu memberantas ketidak-adilan!”

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu