Marriage Journey - Bab 120 Cemburu

Decky berjalan ke sisi Laras dengan wajah suram, tangannya juga mengepal erat.

Dia berkata dengan nada dingin seperti biasanya "Kapan giliranmu mengurus dan membahas urusanku di sini?"

Laras memandang Sifa, Sifa tidak berhenti menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin melihat Laras bertengkar dengan Decky karena dirinya.

Wajah Laras terlihat pucat, darah di sudut bibirnya mengalir mengenai pakaiannya.

Laras menundukkan kepalanya dan tersenyum, kalau Sifa tidak ingin dirinya melakukan ini, ya lupakan saja.

Decky berbalik dan menatap Sifa dengan acuh tak acuh dan menemukan Sifa mengenakan mantel pria berwarna hitam.

Mantel itu tidak asing baginya, itu milik Laras, Decky tiba-tiba merasa sangat kesal, dia melangkah ke sisi Sifa dan menarik mantelnya, lalu melemparkannya ke bawah.

Sifa menundukkan kepala menatap Decky, gerakannya tiba-tiba membuat Sifa sedikit terkejut.

Sifa ingin menghindar dan menatap Decky dengan tatapan cemas.

Decky melihat semua gerakan Sifa, amarah dalam hatinya meningkat, dia menatap Sifa dengan marah.

Apakah wanita ini sedang menghindari dirinya atau tidak ingin disentuh olehnya?

Decky tersenyum dingin, dia tiba-tiba melangkah maju, mengulurkan tangan dan mencubit dagu Sifa, lalu berkata dengan suara dingin.

"Kenapa? Apakah kamu takut denganku? Laras terlalu lembut padamu, jadi kamu tidak bisa menerimaku lagi? Pantas saja sebelumnya kamu menolak kebaikanku?"

Wajah Decky terlihat suram, dia tersenyum dingin nenatap Sifa.

Sifa tidak tahu apa yang harus dia katakan, dia hanya menatap Decky tanpa berkata.

Melihat Sifa tidak berkata, Decky mencubitnya lebih keras "Huh?"

Sifa kesakitan dan mengerutkan kening, Laras terhuyung-huyung berdiri.

Sifa mati-matian menatap Decky, tatapannya penuh kedamaian.

Decky terusik oleh keheningan Sifa yang tiba-tiba, melakukan kesalahan masih bisa begitu tegas?

Siapa pun yang mendengar apa yang dikatakan Laras pada Sifa tadi pasti akan sembarang berpikir, apalagi melihatnya turun dari mobil Laras dan mengenakan pakaian Laras.

Decky hanya merasa hatinya seolah-olah akan meledak, tapi sikap Sifa yang acuh tak acuh membuat Decky semakin marah.

Sifa menatap Decky dengan tenang, dia tidak berkata hanya berharap Decky bisa mengerti bahwa dirinya sangat tulus padanya.

Decky menatap mata Sifa, dia hanya merasa dirinya dipaksa untuk menatapnya dengan penuh ketertarikan.

Decky perlahan-lahan melonggarkan dagu Sifa, seluruh tubuhnya memancarkan hawa dingin dan tiba-tiba dia menemukan bahwa pakaian Sifa sangat tipis, sepertinya mantel yang dia kenakan pagi ini telah dilepaskan.

Dia hanya mengenakan pakaian rajutan tipis, Decky dapat melihat perut bagian bawahnya yang sedikit menggembung dengan jelas, entah kenapa, Decky tiba-tiba menjadi tenang, dia menundukkan kepala dan melepaskan mantelnya.

Meletakkannya di tubuh Sifa dengan lembut.

Sifa menundukkan kepala dan tersenyum, dia benar-benar banyak berubah.

Laras berdiri di sana, menatap fokus pada Sifa dan Decky, tingkah Decky juga mengejutkan Laras.

Decky membuka pintu mobil, memasukkan Sifa ke dalam, berbalik dan memelototi Laras, kemudian mengendarai mobil dan membawa Sifa pergi.

Laras menundukkan kepala dan tersenyum, bodoh, dia jelas mengetahui hasil seperti ini, tapi mengapa masih juga melakukan ini?

Laras hanya merasa wajahnya panas dan menyakitkan, dia mengulurkan tangannya menyentuh, ketika darah di sudut bibirnya mengenai pipinya, Laras juga tidak peduli.

Laras berdiri di tempat, mengeluarkan ponselnya dan berpikir, lalu menelepon Gustian.

Gustian sedikit terkejut ketika mendapat telepon dari Laras, dia mengerutkan kening ketika mendengar apa yang dikatakan Laras.

Sifa dibawa ke distrik perkotaan oleh Decky, Decky berwajah suram di sepanjang jalan dan Sifa tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Atmosfer menurun ke titik beku, begitu tiba, Decky langsung masuk ke dalam ruangan, mengeluarkan komputer dan mulai bekerja seperti biasanya.

Sifa duduk di sofa dan merasa sedikit tidak nyaman, apa yang terjadi pada Sifa pagi ini seolah-olah masih di depan mata.

Setelah berjuang lumayan lama, Sifa akhirnya berjalan ke dapur, merebus air dengan hati-hati dan membuatkan teh untuk Decky.

Mengenai apa yang terjadi pagi ini, dirinya juga tidak dapat menjelaskannya, saat itu, jelas Decky telah menunjukkan sikap yang sangat baik. Selama dirinya mundur selangkah, segalanya akan menjadi berbeda, tapi dirinya…..

Tanpa disadari, air yang dituangkan Sifa telah penuh.

Sifa kesakitan dan melepaskan ketel air, dia mengerutkan kening dan jari-jarinya yang mengenai air panas langsung menjadi merah dan bengkak.

Setelah mendengar suara, Decky segera datang, setelah melihat ketel yang jatuh, dia segera mengerti, dia bergegas menarik tangan Sifa.

Dengan ekspresi khawatir di wajahnya, segera menarik Sifa ke arah keran, menyalakan air dan mengalir pada jari-jarinya.

Sifa merasa nyeri dan panas pada jarinya telah mereda.

Dia menatap fokus pada Decky yang cemas.

Perhatian Decky semua tertuju pada jari Sifa yang bengkak. Apakah wanita ini bodoh? Menuangkan air juga dapat mengenai jarinya sendiri.

Decky memutar kepala, memandang Sifa dengan marah, lalu menemukan bahwa Sifa selalu menatapnya. Decky langsung mengangkat alisnya dan berkata "Belum cukup melihatku?"

Sifa tersipu dan langsung menundukkan kepalanya, berdeham

Decky mengeluarkan krim dari kotak medis dan mengoleskannya dengan lembut.

Sifa tiba-tiba merasa jari-jarinya tidak lagi terasa panas dan sakit dan perasaan sejuk menyelimuti dirinya.

Tatapan Sifa berkedip dan berkata dengan suara rendah "Terima kasih…..."

Decky tidak mengatakan sepatah kata pun, dia duduk di sofa dengan kedua tangan saling berpelukan di depan dada dan menatap Sifa di sampingnya.

Sifa tidak mendapatkan tanggapan Decky, dirinya tiba-tiba menjadi malu.

Dia berdiri dan ingin pergi, tetapi diseret oleh Decky ke dalam pelukannya.

"Mau pergi kemana? Pulang atau ke rumah Laras?"

Kecemburuan Decky bertumpahan dan mengatakan kata-kata yang penuh kecemburuan.

Sifa mengerutkan kening dan menatap Decky berkata "Tidak, aku dan Laras tidak terjadi apapun, jangan salah paham. Aku ingin pergi mengambil teh, aku baru saja membuatkan teh untukmu…..."

Setelah nendengar penjelasan Sifa, Decky melihat jari-jarinya yang merah dan bengkak. Ternyata tangannya terkena air panas karena ingin membuatkan teh untuknya. Apakah dia berencana menyerah untuk membujuknya?

Decky mengangkat alisnya dan tersenyum, mengangkat sudut bibirnya, berkata "Kamu semakin pintar."

Sifa mengangkat kepalanya dan ingin bangkit, tapi sekali lagi ditarik kembali ke dalam pelukannya.

“Ingin lari ke mana?” Decky tiba-tiba menjadi kesal, terjadi hal seperti ini, bukankah dia seharusnya menyenangkan dirinya? Memeluk dirinya dan bersikap manja seperti wanita lainnya?

Sifa merasakan perubahan emosi Decky, dia tiba-tiba menjadi bingung.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu