Marriage Journey - Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
Sifa menatap Kak Fey dengan cemas, walaupun dia juga tidak terlalu suka dengannya namun Laras bisa berbuat seperti itu kepada Kak Fey juga karena dirinya.
Melihat wajah Kak Fey yang berlumuran darah membuat hati Sifa merasa bersalah.
Laras berjalan menatap Kak Fey dan berkata: “Mempertimbangkan suamimu adalah karyawan dan kader di perusahaan, kami selalu menutup mata terhadap kesalahanmu, tapi aku peringatkan kepadamu, aku seorang Laras bukanlah orang yang dapat mentolerir semua hal.”
Laras menatap wanita tersebut dengan penuh amarah, badannya seperti memancarkan aura membunuh.
Kak Fey menundukkan kepala dan tidak bersuara karena Laras merupakan orang memiliki kedudukan di perusahaan.
Laras menatap Kak Fey dengan lekat dan berkata: “Apakah kamu sudah mengerti?”
Perkataan Laras seperti memberikan Kak Fey tekanan sehingga membuatnya merasa tertekan dan menjawab dengan suara kecil: “Iya Direktur An.”
Setelah itu Laras berkata kepada Sifa: “Kamu pulanglah dulu, masalah ini biar aku yang tangani, tidak boleh berhati lembut saat ini, kalau berhati lembut maka kamulah yang akan terluka.”
Sifa menatap Kak Fey dan menganggukkan kepala dengan ragu, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Laras sangatlah masuk akal karena apa yang dilakukan oleh Kak Fey kepada dirinya tadi sungguh membuat dia merasa terkejut.
Kalau saat itu Laras tidak membantunya maka yang terluka adalah dirinya, akan tetapi walaupun begitu, melihat Kak Fey yang sedang terluka membuat hati Sifa merasa tidak nyaman.
Dia memutar badan dan tidak menoleh lagi, orang-orang yang berjalan lewat semuanya melihat ke arah Sifa.
Sifa menundukkan kepala dan melangkah dengan langkah besar menuju ke kantornya sendiri.
Decky yang sedang berada di kantor melihat semua kejadiannya dengan jelas, saat ia melihat Sifa yang hampir saja dilukai oleh Kak Fey dari kamera pengawas.
Dia langsung berdiri dengan cepat dan ingin berlari ke bawah, akan tetapi saat ia melihat Laras melempari Kak Fey dengan gelas dari monitor kamera pengawas membuat hati Decky menjadi lega, ini pertama kalinya dia begitu senang Laras bisa muncul dengan cepat di sisi Sifa.
Tubuh Decky dipenuhi keringat dingin, setelah melihat tidak terjadi apapun pada Sifa ia baru dapat bernapas lega.
Feyka ini mengandalkan suaminya sebagai pemimpin unggul di perusahaan makanya berani berbuat sembarangan, sebelumnya adalah masalah kecil namun kejadian kali ini hampir melukai Sifa.
Sorotan mata Decky tiba-tiba menjadi bengis, dia mengepal erat kedua tangannya dan menatap punggung Kak Fey dengan lekat.
Dalam sekejap langsung muncul gosip di perusahaan, sebelumnya Sifa dan Decky seperti memiliki hubungan yang tidak biasa, sekarang kelihatannya dengan laras juga begitu.
Dalam sekejap Sifa menjadi topik pembicaraan di perusahaan, menjadi pusat perhatian kemanapun ia pergi.
Marsha merasa cemas dan mencari Sifa: “ Masalah Kak Fey kamu tidak perlu terlalu cemas, sebenarnya aku juga sangat mendukung perbuatan Laras.”
Selama ini Marsha memang tidak terlalu suka dengan Kak Fey, dulu dia sering menargetkan Sifa dan dirinya.
Sifa mengerutkan alis dan berkata dengan cemas: “Sebenarnya aku tidak begitu masalah, aku malah mengkhawatirkan gosip di perusahaan akan memberikan dampak buruk terhadap Laras.”
Marsha menggeleng-gelengkan kepalanya: “Tidak apa-apa, aku sudah cukup lama bekerja dengannya sehingga aku cukup memahami dia adalah orang yang seperti apa, dia adalah orang yang tidak terlalu mempedulikan pandangan orang lain terhadapnya.”
Sifa hanya menganggukkan kepala dengan pelan dan tidak berkata apa-apa.
Akhir-akhir ini Ariana terus mencari kesempatan untuk mendekati Decky, setelah apa yang pernah terjadi antara dia dan Decky sebelumnya membuat dia tidak percaya kalau semua itu hanya main-main saja.
Saras kenal dengan Decky dan malah sejak kecil telah memiliki perasaan terpendam terhadapnya, orang bodohpun dapat melihatnya.
Ariana berpura-pura tidak mengetahuinya dan sedang mengobrol dengan Saras di ruang rias.
“Eh Saras, ternyata kamu sudah mengenal direktur Leng sejak kecil ya, teman masa kecil nih.”
Ariana berkata kepada Saras dengan tatapan iri.
Saras mengangkat kepala dan tersenyum dengan senang: “Iya, aku dan Decky tumbuh besar bersama, kelak kami pasti akan menikah.”
Saras berkata dengan polos, sehingga membuat Ariana terkejut dengan mengetahui bahwa Saras belum mengetahui kalau Decky telah menikah.
Ariana tiba-tiba memainkan triknya, dia memasang tampang terkejut dan berkata kepada Saras: “Saras, tidak mungkinkan, masa kamu tidak tahu kalau…direktur Leng telah…”
Ariana membuat ekspresi ragu-ragu dan berbicara dengan gagap.
Saras menatap Ariana dengan terkejut kemudian bertanya kepadanya.
“Apa, aku tidak tahu apa? Katakan!” Saras terlihat cemas dan berteriak kepada Ariana.
Seketika juru rias di sana saling memandang, Saras menatap mereka dan berkata dengan keras: “Kalian keluar dulu!”
Setelah itu di dalam ruang rias hanya tersisa Saras dan Ariana.
Ariana memasang tampang ragu-ragu dan berkata kepada Saras: “Apakah kamu sungguh tidak tahu kalau direktur Leng telah menikah?”
Perkataan Ariana membuat Saras tercengang dengan mata terbelalak memandangi Ariana dengan rasa tidak percaya.
“Kamu..apa yang kamu katakan?... kamu mengatakan kalau Decky telah menikah, kenapa aku tidak mengetahuinya, siapa orangnya?”
Seketika Saras seperti menggila, dia berdiri dan terus bertanya kepada Ariana dengan ekspresi tidak percaya.
Ariana memulai dramanya dengan ekpresi sedih berkata: “Sebenarnya aku mengira kamu tahu, tetapi ternyata kamu tidak mengetahuinya, maaf Saras aku juga tidak ingin memberitahumu masalah yang kejam ini…”
Ariana bermaksud mengulurkan tangan untuk memegang tangan Saras namun ditepis oleh Saras yang sedang memiliki suasana hati tidak stabil.
“Awas, siapa, kamu beritahu aku siapa orangnya!” Saras bertanya kepada Ariana dengan suara keras.
Seketika Ariana terkejut dan menarik kembali tangannya lalu berkata kepada Saras: “Asistennya yang bernama Sifa Shen.”
Saras seperti singa yang kehilangan kendali, ia menjambak rambut sendiri dan bertanya kepada Ariana dengan suara keras: “Apakah sungguhan, katakan padaku kalau ini bukan sungguhan!”
Tingkah gila Saras membuat Ariana sedikit tercengang, dengan sedikit panik ia menghindari Saras dan berkata: “Sungguh, kalau tidak percaya kamu dapat pergi membuktikannya sendiri.”
Ariana terkejut melihat Saras, ia tidak berpikir kalau Saras akan bertingkah seperti itu saat mengetahui Decky telah menikah.
Saras seperti orang gila, ia mengenakan gaun putih panjang, ia mengambil tas dan pakaian di satu sisi dan berlari keluar dari ruang rias.
Melihat Saras yang berlari keluar, Ariana penuh dengan rasa puas, selanjutnya akan ada tontonan yang menarik.
Sifa Shen, seperti apa yang pernah aku katakan, sekarang adalah saat dimana kamu akan mendapatkan balasan.
Saras berlari keluar dari perusahaan dan tidak mempedulikan orang agensinya yang terus mengejar dan meneriakinya dari belakang.
Dia langsung menelepon ayahnya: “Ayah, kamu beritahu aku, apakah Decky telah menikah secara diam-diam?”
Andri merasa terkejut dan berkata dengan terbata-bata: “Saras, yang sudah berlalu biarlah berlalu, Decky tidak akan menyukaimu…”
Setelah mendapatkan sebuah kepastian dari Andri, seketika Saras menangis histeris, tangannya dengan erat menggenggam stir mobil.
Ia menyetir mobil menuju ke perusahaan, memakai baju kasual dan melihat riasan elok wajahnya di cermin membuat Saras berlinang air mata.
Mengapa dia yang sudah berjuang begitu lama namun Decky tetap tidak melihatnya sekalipun.
Sekarang ia baru mengetahui kalau pria yang sudah lama disukainya telah menikah, selama ini Decky selalu menjadi tujuannya.
Setelah menata kembali riasannya, Sarah berjalan menuju ke kantor Decky yang langsung menarik perhatian sejumlah besar karyawan.
“Ini bukankah sahabat Ariana yang sedang populer itu si Saras An? Mengapa bisa datang ke perusahaan kita?”
“Apakah kalian tidak tahu, Saras dan direktur Leng sudah saling kenal sejak kecil, mungkin mereka adalah teman masa kecil.”
Sekelompok orang sedang bergosip, menatap Saras dengan tatapan iri.
Saras memakai sepatu hak tinggi dan berusaha untuk menata kembali suasana hatinya, ia berjalan menuju arah kantor Decky.
Saras tidak mengetuk pintu dan dirinya memang sejak kecil tidak memiliki kebiasaan seperti itu.
Decky sedang mengerutkan kening menundukkan kepala sambil melihat dokumen, Saras langsung berjalan masuk.
Dia berdiri di samping Decky dan memberikan senyuman: “Decky, apakah kamu masih sedang bekerja?”
Decky mendengar suara Saras lalu mengangkat kepala, dengan ekspresi jijik berkata: “Kamu kenapa datang dan tidak mengetuk pintu saat masuk, apakah kamu kira ini adalah rumahmu?”
Decky tidak memperlihatkan raut wajah yang bagus kepada Saras namun ia tetap berkata sambil tersenyum: “Maaf Decky, aku ingin datang melihatmu.”
Decky sama sekali tidak menatap Saras, ia menundukkan kepala meneruskan melihat dokumen di tangannya, dengan dingin berkata: “Sini bukan tempat yang dapat didatangi oleh sembarang orang, keluar!”
Kata-kata Decky yang dingin seperti serpihan es tajam langsung menusuk hati Saras.
Air mata Saras terus bergulir di dalam bingkai matanya, ia menundukkan kepala lalu bertanya dengan sedih: “Decky, apakah kamu dapat memberitahuku tentang pernikahanmu? Aku tidak percaya, kalau kamu sudah menikah kenapa aku tidak mengetahuinya? Bisakah kamu memberitahuku kalau itu bukan sungguhan?”
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaAir Mata Cinta
Bella CiaoCinta Tapi Diam-Diam
RossiePria Misteriusku
LylyMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka