Marriage Journey - Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri

Sifa tidak tau dia sudah tertidur berapa lama, hanya merasa saat terduduk, kepalanya sakit sekali sampai mau pecah, dia sampai menunggu beberapa saat baru menjawab telepon Hendi.

Nada Hendi sedikit panik: " Sifa, kamu dimana? Aku semalam meneleponmu tapi tidak ada yang menjawab."

Sifa menenangkan dirinya lalu menjelaskan kepada Hendi : "Tidak apa-apa, aku hanya sedikit tidak enak badan, aku sudah tidur semalam, sekarang sudah tidak apa-apa."

Hendi baru bisa tenang, bergumam, lalu berpikir sebentar, dia memberanikan dirinya berkata kepada Sifa : "Aku tau kamu hari ini tidak ada urusan apa-apa, mau tidak aku temani kamu pergi melihat keperluan barang anak?"

Hendi sudah lama sekali tidak berjumpa dengan Sifa, biasanya Sifa selain pergi masuk kelas, sekarang hampir selalu sendirian dirumah.

Hendi berpikir keras baru memikirkan cara ini, demi berjumpa Sifa.

Sifa mendengar perkataan Hendi, hatinya menghangat, memegang perutnya sebentar, setelah berpikir, lalu dia tersenyum dan mengiyakan.

Hendi senang sekali, dengan semangat berkata kepada Sifa : "Kalau begitu kamu beritahu padaku lokasimu, aku sekarang langsung pergi menjemputmu."

Sebenarnya Hendi sudah tau alamat Sifa, tapi agar tidak ketahuan masalah dia menyelidiki Sifa, lebih baik berkata seperti ini, tapi yang paling pentingnya, Hendi tetap ingin tau apakah Sifa akan memberitahunya atau tidak.

Sifa terdiam sangat lama, baru tersenyum dengan kaki berkata: "Tidak apa-apa, kamu sendiri kesana dulu, kamu pergi ke jalan trotoar tunggu aku dulu."

Setelah selesai berkata lalu dengan buru-buru memutuskan panggilan, Hendi dengan sedih tersenyum, Sifa masih belum bisa melepaskan topengnya di hadapannya.

Hendi melepaskan jubah putihnya, awalnya hari ini dia piket, tapi sungguh tidak bisa menahan kerinduannya ingin bertemu Sifa, langsung izin dan pergi.

Hendi lebih cepat datang ke tempat yang sudah dijanjikan, memesan kopi duduk di tepi jalan menunggu Sifa.

Bulu mata Sifa yang lentik, alisnya yang tebal dan mata yang dalam memberi banyak nilai plus untuk Hendi, Hendi duduk di tepi jalan, ada sangat banyak gadis yang melewati jalan terus melihat Hendi.

Dan juga ada beberapa yang lebih berani berjalan kemari ingin menyapa Hendi dan duduk, tapi Hendi menolak mereka semua, tatapannya hanya melihat ke arah datangnya Sifa.

Sifa jarang sekali keluar rumah, barang yang dia pakai bahkan sedikit sekali, karena dia hamil, sengaja membeli sepasang flatshoes agar lebih mudah.

Beberapa tahun ini dia sangat jarang mendandani dirinya, dirinya hanya berdandan sedikit apabila waktu ikut Decky pulang ataupun menghadiri acara yang harus dihadiri.

Sifa datang ke cafe yang sebelumnya sudah dijanjikan di waktu yang tepat, Hendi langsung melihat Sifa yang berada di kerumunan orang berlalu lalang.

Dengan cepat berdiri membayar dan dengan semangat berjalan ke arah Sifa dengan cepat, dirinya tidak pernah merindukan seseorang seperti ini, meskipun hanya berpisah beberapa hari saja.

Sifa melihat Hendi yang berlari kearahnya, wajahnya tersenyum, Hendi tidak berbeda dengan sebelumnya.

Hendi berdiri dihadapan Sifa, membuka mulutnya tersenyum dan berkata: "Aku tau hanya cara seperti ini baru bisa mengajakmu keluar, waktu kecil kalau menyuruhmu jangan ikut denganku, kamu masih akan menangis, sekarang aku mau mencarimu saja susah sekali."

Hendi terbiasa mengambil tas Sifa, sambil berbicara sambil ikut Sifa berjalan ke depan.

Sifa tersenyum tipis: "Benar, waktu dulu aku masih anak kecil yang hanya bisa mengekorimu dari belakang."

Hendi dengan manja melihat Sifa dan berkata: "Dulu karena kamu selalu mengikutiku, makanya aku kehilangan sangat banyak kesempatan dikejar wanita cantik, semua gara-garamu."

Sifa tertawa terbahak melihat Hendi yang tampaknya sangat merasa tidak adil: "Waktu itu aku masih tidak tau apa-apa, selalu mengatakan kepada semua orang kalau kakak Hendi adalah milikku."

Wajah Hendi terlintas ekspresi yang sulit ditangkap, lalu dengan tersenyum berkata: "Tidak apa-apa, sekarang kakak Sifa masih milikmu."

Setelah mengatakannya dengan serius melihat Sifa, Sifa sedikit canggung menarik senyumannya, dalam sekejap tidak tau harus mengatakan apa.

Hendi melihat keadaan yang canggung, langsung berdehem dan berkata kepada Sifa : "Aduh, sekarang ada yang baru, yang lupa sudah dilupakan, aku tau juga sangat disukai, sekarang aku sudah kehilangan Sifa."

Setelah mengatakannya juga tidak lupa memainkan alisnya kepada Sifa, Sifa melihat Hendi yang seperti ini langsung tertawa, selanjutnya meninju pelan pundak Hendi.

Hendi dengan tertawa menghindar, sepanjang jalan berbicara sambil tertawa dengan Sifa.

Sifa membawa Hendi menuju sebuah toko pakaian bayi, tatapannya penuh harapan, matanya tidak berputar hanya melihat barang kebutuhan bayi,

Tatapannya hanya penuh harapan, Hendi membawa Sifa masuk, memilih dan membeli sangat banyak barang yang perlu digunakan bayi.

Semua barang ini mereka pilih dengan hati-hati, staff karyawan melihat Hendi dan Sifa seperti sepasang suami istri. Dengan tersenyum mengangguk kepada mereka dan berkata: "Aku melihat kalian berdua membeli sangat banyak barang keperluan bayi, kalian berdua sangat membuat orang iri."

Sifa langsung menjadi canggung, dengan cepat mengayunkan tangannya dan menjelaskan kepada karyawan itu: "Bukan, kamu sudah salah paham, kami hanya teman, sama-sama keluar membeli barang."

Hendi yang berdiri di sebelah Sifa hanya diam, waktu mendengar karyawan itu, sebenarnya hatinya berbunga-bunga.

Karyawan itu sedikit terkejut, langsung dengan canggung berkata dengan senyum: "Oh ya, berarti aku sudah salah paham, maaf."

Sifa hanya tersenyum, tidak mempedulikan, lalu lanjut memilih barang yang akan dibeli dengan Hendi. Hendi ikut dibelakang Sifa, Sifa terus berceloteh, sepertinya tidak puas sekali terhadap barang-barang ini.

Hendi yang ikut dibelakang sudah membawa sangat banyak barang, mereka berdua tampaknya seperti sepasang suami istri.

Setelah selesai membeli barang, Hendi ingin mengantar Sifa pulang, tapi ditolak oleh Sifa lagi, wajah Hendi memasangan ekspresi kecewa sekali.

Tapi masih memaksa untuk tersenyum, tidak ingin menunjukkan sangat banyak ekspresi, menunggu Sifa naik taxi pergi.

Decky menggosok lehernya berjalan ke dalam kantornya, rapat hari ini berlangsung selama 5 sampai 6 jam, membuat Decky sedikit kelelahan.

Decky duduk di kursi mulai menutup mata beristirahat sebentar, tapi langsung memikirkan Sifa, awalnya dia sangat ngantuk tapi otaknya langsung sadar sekali.

Decky menghidupkan komputer, membuka video, tapi melihat saat ini villa kosong, dia dengan sbaar menunggu 10 menit, tapi masih sama heningnya seperti tadi.

Decky mengerutkan keningnya, biasanya di jam segini wanita ini harusnya tidak akan keluar, apakah ada urusan?

Decky tidak bisa menahan rasa penasarannya mulai memutarkan kembali video cctv hari ini, melihat Sifa sudah keluar lama sekali, sampai sekarang masih belum pulang.

Decky sedikit curiga, wanita ini pergi kemana sampai lama sekali pulang?

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu