Marriage Journey - Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas

Decky berekspresi cemberut, tidak berbicara, gerakan tangan tidak berhenti. Dia mengabaikan kata-kata Sifa, tetap melajukan mobil ke depan.

Sifa agak cemas, dia terus menatap Decky.

Dia memandangi aliran mobil di luar jendela yang bergerak mundur dengan kecepatan tinggi. Melihat Decky diam saja, dia hanya bisa menyerah. Dia memalingkan muka dengan marah, tidak memperhatikan Decky lagi.

Decky tidak membawa Sifa pulang ke vila di tepi pantai, melainkan pergi ke kompleks kelas atas yang pernah dikunjungi Sifa sebelumnya.

Sifa masuk ke kamar dengan muka masam, duduk di ranjang tanpa bicara.

Decky mengangkat alis sambil memandang Sifa. Untuk berjaga-jaga, dia mengeluarkan kunci dan mengunci pintu dari dalam.

Kemudian Decky mengeluarkan piyama dari lemari dan berjalan menuju kamar mandi dengan tampang santai.

Sifa merasakan amarah yang tak bisa dijelaskan di dalam hatinya. Decky seharusnya memberi penjelasan padanya mengapa dia membawa dirinya ke sini. Tapi dia malah melakukan hal sendiri tanpa mengatakan apapun.

Sifa sangat marah hingga tidak bisa duduk tenang. Entah urat mana yang bermasalah, dia langsung masuk ke kamar mandi.

“Apa maksudmu?” Sebelum Decky sempat berbicara, Sifa menjerit sambil menutupi mata, berbalik: “Kenapa kamu tidak menutup pintu?”

Decky tersenyum tak berdaya, "Kenapa aku harus menutup pintu. Ini rumahku. Lagian, kamu bukannya tidak pernah lihat."

Decky melanjutkan gerakan tangannya secara membabi buta, Sifa mengentakkan kaki dengan emosi.

Kapan pria ini menjadi begitu tidak tahu malu dan tidak takut mati?

Sifa kembali ke kamar. Apa yang ada di pikirannya adalah gambaran yang baru saja dilihatnya.

Sifa tidak hanya tersipu. Dia keluar dan mengambil dokumen untuk mengalihkan perhatian.

Tapi bagaimanapun dia tidak bisa fokus pada pekerjaannya itu. Jadi, dia pun meletakkan barang-barang di tangan dan berjalan menuju ruangan lain.

Dia sudah tidak mandi selama beberapa hari. Dia membuka lemari pakaian untuk mencari handuk mandi, tetapi dia terkejut saat menemukan lemari penuh dengan pakaian wanita yang masih berlabel.

Dia agak kaget. Dia yang suka curiga tidak dapat menghindari pikiran yang mulai beraksi, mungkinkah ...

Sebelum pikiran Sifa melayang lebih jauh, Decky melihatnya sambil menyeka rambut dengan handuk, "Aku minta orang membelikannya untukmu supaya kamu bisa memakainya di sini."

Decky menjelaskan dengan nada tawar, lalu berjalan masuk untuk mengambil piyama biru tua dari lemari dan memakainya.

Decky berdiri di samping Sifa, Sifa bahkan bisa mencium bau samar sabun mandi di tubuhnya.

Sifa agak canggung. Dia mencari-cari pakaian yang lebih longgar yang bisa dijadikan baju tidur.

Tapi setelah membongkar semuanya, dia tidak menemukan satu pun pakaian yang ingin dicarinya. Decky mengulurkan tangan dan mengeluarkan satu set pakaian dari bawah dan memberikannya pada Sifa.

Sifa mendongak untuk melihat Decky: "Terima kasih."

Selesai bicara, Sifa menunduk dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah Sifa selesai mandi, Decky sudah duduk di depan meja dan melihat dokumen dengan serius.

Sifa menunduk, memoncongkan mulut, berjalan ke ruang tamu dan bersandar di sofa, mencermati dokumen tentang proyek.

Sedetik demi sedetik berlalu, dua orang mengerjakan aktivitas masing-masing, seluruh ruangan diliputi keheningan.

Sifa menggosok mata yang lelah, meregangkan pinggang.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. Sifa memandang Decky yang masih duduk di depan meja dan mengetik sesuatu dengan serius.

Dia berjingkat ke kamar, mengeluarkan bantal dan selimut yang ada di dalam.

Penghangat di kamar dinyalakan, jadi tidak terlalu dingin. Sifa mau tidur di sofa untuk melewati malam ini.

Baru saja keluar dari kemar dengan bantal dan selimut, dia kebetulan bertemu Decky yang memegang beberapa dokumen di tangan.

Decky kesal saat melihat Sifa membawa bantal dan selimut dari kamar. Dia bersusah payah menyusun informasi-informasi yang diperlukan proyek yang ditangani Sifa, tapi apa yang dilakukan Sifa, mau tidur di sofa? Tidak mau tidur di ranjang yang sama dengannya?

Raut muka Decky sontak memuram. Dia menyerahkan dokumen di tangan kepada Sifa, berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi, berbalik dan berjalan menuju kamar, membanting pintu dengan kuat.

Sifa agak terkejut. Dia meletakkan bantal di tangan, mengambil dokumen yang dimasukkan Decky ke tangannya.

Ternyata apa yang dikerjakan Decky dengan serius sepanjang malam bukanlah pekerjaan perusahaan, melainkan informasi tentang proyek yang disiapkan untuk dirinya.

Sifa membeku di tempat, berbalik dan memandangi selimut dan bantal di sofa. Dia bisa menebak mengapa Decky marah.

Melihat pintu kamar yang tertutup rapat, Sifa ingin membukanya. Tapi setelah berdiri di depan pintu dan ragu-ragu untuk waktu yang lama, dia tetap tidak memiliki keberanian untuk melangkah maju. Dia takut Decky akan menolak.

Tapi aksi Decky begadang semalaman demi menyusun informasi proyek untuk dirinya bukanlah aksi palsu. Sifa seketika merasa hangat.

Pada akhirnya, dia memberanikan diri mengambil langkah maju, membuka pintu dengan hati-hati, perlahan berjalan ke sisi Decky, membuka selimut dan berbaring.

Decky yang berbaring miring menampilkan senyuman di sudut mulut. Otak wanita ini akhirnya terbuka. Dia bukan lagi wanita yang hanya tahu membuat dirinya marah sepanjang waktu, dia sudah berubah lebih cerdas.

Sifa berbaring dengan hati-hati. Setelah berpikir beberapa saat, dia mengulurkan tangan untuk memeluk pinggang Decky.

Sebelum tangan Sifa diletakkan di pinggang Decky, Decky sudah berbalik dan memeluknya. Suara rendah terdengar di telinga Sifa: "Kura-Kura tua akhirnya berubah cerdas."

Sifa dipeluk erat-erat di pelukan Decky. Dia seketika merasa senang, tampaknya Decky sudah menduga dirinya bakal melakukan ini.

Tapi apakah kata-kata Decky bermaksud memuji dirinya atau menghina dirinya.

Sifa berbisik: "Apakah kamu tidak bisa memujiku, kenapa harus berbicara seperti ini..."

Decky tersenyum tipis, mencetak ciuman di dahi Sifa, "Aku berkata demikian untuk memberimu muka, si gendut."

Decky memeluk Sifa. Dia tersentuh perut bagian bawah Sifa, dia pun mengulurkan tangan dan mengelus perut bagian bawahnya yang membuncit.

Sifa langsung mengernyit dan berteriak: "Jangan sentuh aku, mana ada aku gendut ..."

Sifa tidak tahu kapan dirinya tertidur. Mereka berdua bercanda sepanjang malam, seperti pasangan suami istri biasanya.

Pagi harinya, Sifa samar-samar mendengar seseorang memanggilnya. Tapi kelopak matanya terasa berat dan tidak bisa diangkat. Dia tertidur lagi.

Decky berdiri di samping ranjang dengan tangan menyaku. Memandangi wanita yang tertidur pulas, dia menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Apakah wanita ini adalah babi?

Sifa meringkuk dan memeluk selimut, tampak seperti kurcaci. Decky mengangkat alis dan tersenyum.

Sifa merasakan ada sepasang mata membara yang menatapnya, dia bahkan bisa merasakannya saat sedang tidur nyenyak.

Dia berbalik, membuka mata, kebetulan bertemu dengan tatapan Decky.

Sifa tersenyum sambil mendudukkan diri, rambut berantakan, wajah terdapat bekas kelelahan akibat belum sepenuhnya bangun.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu