Marriage Journey - Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
Laras yang berdiri di luar pintu dapat dengan jelas mendengar suara dua orang berbicara di dalam ruangan itu...
Dia mendengarkan kata-kata menyalahkan Decky kepada Sifa, entah kenapa hatinya jadi bergetar.
“Decky, jika kamu tetap mau berpikir seperti ini, aku juga tak bisa apa-apa. Jika kamu tidak ingin melihatku, kamu bisa secepat mungkin menyuruhku pergi. Lagipula, aku juga tidak ingin tinggal lebih lama di rumah keluarga Leng ini!”
Begitu ucapan ini keluar, sebuah tamparan tangan terulur menuju ke wajah Sifa....
Hanya beberapa milimeter saja jaraknya, maka tamparan itu sudah akan jatuh tepat di wajah Sifa!
Pada saat ini, dia mencoba menahan air matanya, menatap Decky yang ada di depannya ini. Walaupun dia juga sangat kesal dan mengeluh di dalam hati kepada pria ini. Tapi begitu ucapan itu sudah di bibir, tiba-tiba dia tidak mengatakannya.
Melihat Sifa yang berlinang air mata di hadapannya seperti ini. Dan meskipun Decky di dalam hati selalu sangat membenci wanita ini. Tapi entah kenapa pada saat ini tangannya tidak bisa diteruskan lagi untuk menamparnya.
Dengan tangisan seorang anak, mereka berdua dalam sekejap langsung keluar dari suasana yang canggung ini.
Hanya terlihat Sifa yang berjalan ke samping ranjang, lalu menggendong anak itu ke dekapannya dan pelan-pelan menepuknya.
Decky memperhatikan semua ini, pemandangan yang belum pernah dilihatnya sebelumnya ...
Dia ingat kalau anak di gendongan Sifa itu adalah darah dagingnya sendiri. Di dalam hatinya ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Perasaan semacam terbebani tapi juga begitu manis.
Bahkan rasanya dia ingin melangkah maju melihat rupa anak itu. Tapi hatinya ada dorongan yang menghentikan Decky.
Ponselnya berdering lagi....
Dia mengambil ponselnya dan sekali lagi melihat nama Yuli di layarnya. Dia pun segera mematikan teleponnya dan memasukkannya lagi ke sakunya.
Lalu dengan cepat keluar dari kamar Sifa.
Laras melihat Decky yang pergi buru-buru, dia pun segera mengikutinya.
“Laras, aku harus pergi ke rumah sakit sekarang juga. Tolong bantu aku mengawasi wanita ini di sini, jangan biarkan dia melakukan hal-hal buruk. Aku akan kembali setelah menyelesaikan urusan di rumah sakit."
Begitu mendengarkan perintah Decky kepadanya, Laras pun menghentikan langkah kakinya ...
"Baiklah, aku mengerti."
Setelah mengatakan ini, Decky pun pergi dengan terburu-buru.
Laras pun kembali ke pintu kamar Sifa tadi, melangkahkan kakinya dengan pelan tapi langkah kakinya terasa begitu berat berjalan menuju ke dalam kamar itu.
Saat ini tangisan anak itu perlahan menghilang.
Sifa melihat Laras masuk, melihat teman lama yang sudah tidak pernah melihatnya dalam setahun ini. Ternyata dia mengikuti Decky ke rumah besar Keluarga Leng.
Sifa perlahan-lahan mengembalikan anak itu ke tempat tidur. Setelah memastikan anak itu sudah benar-benar tidur lagi, dia pun berjalan dengan lembut di depan Laras.
Menginstruksikan Laras untuk bicara di luar saja. Lalu, dia perlahan menutup pintu kamar. Mereka berdua saling memandang lalu tersenyum di koridor.
"Sifa, lama sudah tidak bertemu, semuanya baik-baik saja kan denganmu!"
Meskipun Laras ingin mengatakan sesuatu yang banyak sekali kepada Sifa. Tapi, saat dia berdiri di depan Sifa, dia hanya bisa mengucapkan sapaan yang begitu sederhana ini.
"Em, semuanya baik-baik saja untukku, Kamu juga baik-baik saja kan."
Dengan jawaban Sifa ini, Laras kembali tersenyum.
"Em, semuanya baik-baik saja. Bagaimana pemulihan kesehatan tubuhmu? Selama setahun ini, aku cukup khawatir kepadamu. Aku tidak menyangka begitu bertemu lagi denganmu, kamu tampak lebih baik daripada yang aku bayangkan.”
Sambil mendengarkan pertanyaan Laras padanya, tiba-tiba di pikiran Sifa teringat tatapan mata Decky tadi kepadanya.
Walaupun dia mencoba untuk mengontrol dirinya ini untuk tidak membiarkan dirinya mengingatnya lagi. Dan juga tidak mau ekspresi wajah pria itu muncul lagi di dalam pikirannya. Tapi Sifa masih saja tidak bisa mengendalikan pikirannya sendiri...
Tidak tahu kenapa, setelah dia pulang. Sifa merasa pikirannya ini sangat kacau dan berantakan. Dia melihat Laras yang ada di depannya, lalu berusaha untuk mengembalikan dan menarik dirinya dari suasana dan emosi ini.
“Em, penyakitku bisa dibilang sudah dapat dikontrol dengan baik. Atau mungkin karena kedatangan anakku ini sehingga membuat tubuhku juga jadi semakin membaik. Pokoknya semuanya baik-baik saja. Oh iya? Apa Yuli masih di rumah sakit seperti dulu? Apakah ada tanda-tanda membaik dari dirinya?”
Seiring dengan pertanyaan Sifa ini, detak jantung Laras yang awalnya berdetak biasa, sekarang jadi semakin cepat.
Dia benar-benar tidak menyangka kalau Sifa pada saat ini akan masih mengingat Yuli. Dia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan Sifa ini.
Karena bagaimana pun saat ini Yuli sudah siuman. Dan bahkan sudah kembali normal lagi seperti dulu. Mungkin Sifa sama sekali tidak tahu mengenai ini. Dia tidak tahu apakah setelah dia menjawab semua ini, Sifa akan memberikan reaksi yang seperti apa.
Laras terus berpikir di samping mengenai semua konsekuensi setelah kejadian ini, meskipun dia tahu kalau semua ini akan diketahui Sifa cepat atau lambat. Tapi dia tidak tahu bagaimana untuk mengatakannya.
"Laras, apa sih yang kamu pikirkan? Kenapa kamu tiba-tiba melamun.”
Seiring dengan Sifa yang bertanya lagi.
Laras pun berpikir dalam hati, lagipula hal ini juga tidak akan bisa lama disembunyikannya. Walaupun diriku tidak mengatakannya, nanti jika Decky benar-benar akan menikahi Yuli, maka semua orang juga akan mengetahui ini.
“Oh Yuli, kamu masih belum tahu ya? dia sudah siuman...”
Sifa tiba-tiba sangat terkejut dengan ucapan Laras ini. Walaupun dia di dalam hatinya dulu berharap sekali Yuli akan segera pulih. Tapi kabar Yuli siuman ini, cukup sangat mengejutkan baginya.
Sahabat baik yang sangat diinginkannya dulu akhirnya sudah siuman.
Tapi yang dipikirkan Sifa saat ini masihlah kejadian waktu itu. Sifa merasa dengan siumannya Yuli, mungkin kejadian waktu itu akan bisa diklarifikasi dan dijelaskan secepatnya. Dan dirinya yang disalahpahami oleh Decky ini juga akan bisa dibersihkan namanya dengan sejelas-jelasnya.
Begitu berpikir sampai sini, muncul senyum di wajah Sifa. Laras memandangi di sampingnya. Dia beripikir berita ini memang berita yang baik bagi Sifa.
“Yuli akhirnya sudah siuman. Aku memang tidak tahu hal ini. Begitu kamu bilang begini, aku juga benar-benar senang mendengarnya. Oh iya, apa dia masih di rumah sakit yang dulu? Aku ingin menjenguknya.”
Begitu mendengar Sifa yang ingin menjenguk Yuli. Laras segera menggelengkan kepalanya. Karena Decky sudah pergi ke rumah sakit. Jika pada saat ini Sifa muncul di rumah sakit, pasti akan membuat Decky tidak senang lagi.
“Sifa, kamu lebih baik jangan pergi. Karena Decky sudah di rumah sakit sekarang. Yuli sekarang sedang membutuhkannya.”
Begitu mendengar ucapan Laras padanya ini, hati Sifa walaupun sedikit tidak nyaman, tapi masih saja merasa kalau berita ini adalah berita yang wajar untuknya.
Lagipula, selama bertahun-tahun ini Decky selalu menginginkan Yuli siuman. Yuli, bukankah wanita yang sangat ingin dinikahi oleh Decky selama ini.
Sifa mengangguk, dan tak mengatakan apapun.
Setelah Decky tiba di rumah sakit, dia melangkahkan kakinya dengan cepat berjalan menuju bangsal Yuli...
Dia berpikir dia sudah menunda kesini cukup lama karena untuk melihat Sifa di rumah besar Keluarga Leng, jadi mungkin Yuli sudah terlalu lama menunggunya.
Begitu masuk ke bangsal Yuli, Decky melihat orang tua Yuli juga ada di dalam bangsal.
"Decky, akhirnya kamu datang ke sini. Dokter baru saja datang untuk mendiagnosis dan mengatakan kalau aku sudah bisa keluar dari rumah sakit hari ini ..."
Decky mendengarkan Yuli mengatakan ini pada dirinya sendiri. Dia tidak menyangka kalau Yuli telah memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit secepat ini.
Dia mengangguk dan menatap orang tua Yuli yang tersenyum di sampingnya.
Dan berpikir, kabar ini memang kabar baik bagi orang tua Yuli.
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiMr. Ceo's Woman
Rebecca WangPerjalanan Selingkuh
LindaIstri kontrakku
RasudinBretta’s Diary
DaniellePrecious Moment
Louise LeeMy Lady Boss
GeorgeCutie Mom
AlexiaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka