Marriage Journey - Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu

Terkadang bercampur dengan darah, hal ini membuat Sifa sangat khawatir, apakah dirinya bisa melahirkan anak ini dengan lancar atau tidak.

Sifa mencari ponselnya dan ingin menelepon Hendi, tetapi tiba-tiba teringat dengan waktu itu, Sifa segera menekan tombol batal di ponselnya.

Kemudian melihat begitu banyak panggilan tak terjawab diponselnya, Sifa mengerutkan kening kemudian menghelan napas dengan pelan, maaf Hendi, aku terpaksa harus melakukan ini.

Ponsel yang tadinya sunyi, saat ini mulai bergetar. Sifa segera sadar dan melihat layar ponsel, ternyata panggilan masuk dari ibunya.

Setelah menikah dengan Decky, Sifa jarang kembali, Decky tidak pernah ingin Sifa berhubungan dengan orang lain, termasuk orang tuanya sendiri.

Setelah mendapatkan surat nikah, Decky pernah berkata kepada Sifa : "Kedepannya jika tidak mendapatkan persetujuan dariku,

kamu tidak boleh berhubungan dengan siapapun, termasuk orang tuamu sendiri. Mereka semua sama sepertimu, tidak ada niat pikiran yang baik. "

Orang tua yang membesarkannya hingga dewasa, seketika menjadi orang yang memiliki niat jahat dan direndahkan oleh Decky.

Sifa menghentikan gerakan jarinya. Dirinya benar-benar sudah lama tidak kembali dan melihat orang tuanya. Bahkan Sifa tidak ingat kapan terakhir kali dirinya pergi melihat orang tuanya.

Sifa batuk dan menjernihkan suara tenggorokannya : "Bu, aku Sifa, ada apa?"

Sifa tersenyum lembut sambil berkata di ujung telepon. Setelah hening beberapa saat, barulah berkata : "Sifa, apakah kamu punya waktu? Kamu sudah lama tidak pulang ke rumah!"

Setelah mendengar suara ibunya, Sifa merasa sangat sedih, air matanya mengalir. Sifa berusaha keras menahan emosinya agar ibunya tidak curiga.

Sifa pura-pura tersenyum: "Bu, aku baru saja kembali, selama beberapa waktu ini, Decky membawaku keluar dan bersenang-senang."

Sifa jarang berbohong, tetapi di hadapan ibu yang menganggap anak sebagai harta sejak kecil, Sifa tidak ingin ibunya terlalu khawatir tentang kondisinya.

Ibu Sifa mengangguk dan tersenyum senang, berkata: " Sifa, ayahmu dan aku sangat merindukanmu, kamu bilang kamu menikah dengan Decky juga sudah beberapa waktu dan jarang pulang."

Sifa merasa bersalah kepada orang tuanya selama tiga tahun terakhir, dia benar-benar jarang kembali ke rumah, karena Sifa takut setelah Decky mengetahuinya, Decky akan marah.

Tetapi kondisi Sifa saat ini, bisa bertahan hidup berapa lama lagi pun menjadi sebuah masalah. Sifa tidak tahu bagaimana cara memberitahu kepada orangtuanya mengenai hal ini.

Karena kenyataan bahwa hidupnya tidak lama lagi, Sifa segera menyetujuinya: "Bu, aku akan pulang hari ini. Aku sudah membeli tiket pesawat. Aku tidak mengira kamu akan segera meneleponku. Cepatlah masak masakan yang enak untukku dan tunggu aku pulang!"

Sifa berlinang air mata, dan karena memegang ponsel terlalu erat, jari-jari tangan Sifa mulai memutih.

Seketika suara ibu Sifa bersemangat: "Sifa, kamu akan kembali, aku akan segera memberitahu ayahmu, aku akan segera menyiapkan makanan kesukaanmu."

Sifa dapat merasakan kegembiraan ibunya, setelah menutup telepon, Sifa menutupi wajahnya dan menangis dengan keras.

Ternyata dirinya telah berutang begitu banyak kepada orang tuanya selama bertahun-tahun. Selagi masih hidup di dunia ini, dirinya akan mencoba yang terbaik untuk menebusnya.

Sifa menyeka air matanya, mulai mengemas pakaian pribadinya dan segera menelepon dan memesan tiket kembali.

Karena Sifa sedang hamil, begitu turun dari pesawat, dia tidak tahan dan pergi ke toilet, kemudian mulai muntah dan muntahannya masih bercampur dengan darah.

Sifa mengeluarkan tisu dan membersihkannya, kemudian bergegas naik mobil menuju ke rumahnya.

Saat ini, sudah malam, kota itu penuhi oleh lalu lintas dan pemandangan di sini masih sama seperti dulu saat Sifa pergi, tetapi semua orang telah berubah seiring berjalannya waktu.

Pada saat ini, ibu Sifa, Farah Fang, telah selesai memasak dan duduk di sofa dengan gugup dan bahagia menunggu putrinya kembali.

Ayah Sifa duduk di sofa sambil memegang koran dan merokok, sesekali melihat ke arah pintu utama.

Sifa mengeluarkan kunci dan membuka pintu rumahnya, kemudian melihat dua orang tua yang sedang duduk di sofa menunggu dirinya.

Air matanya mengalir, Sifa berkata sambil menangis, "Ibu, Ayah, aku sudah kembali!"

Farah segera berjalan ke arah putrinya, air matanya mengalir sambil melangkah maju untuk mengambil barang bawaan di tangan Sifa.

"Baik, yang penting sudah kembali. Cepat kemari dan makanlah. Kamu pasti sudah sangat lapar. Ibu telah menyiapkan makanan kesukaanmu."

Farah berbalik dan dengan cepat menyeka air matanya, kemudian berkata sambil tersenyum.

Ayah Sifa duduk dan tersenyum pada Sifa, kemudian mengangguk, "Sifa, akhirnya kamu kembali, kamu terlihat kurus, pergilah makan dulu."

Sifa mengangguk, satu keluarga akhirnya berkumpul dan makan malam bersama setelah sekian lama, Sifa tumbuh besar dalam kasih sayang orang tua.

Meskipun bukan keluarga yang kaya dan hanya biasa-biasa saja, tetapi mereka keluarga yang bahagia. Farah melihat pipi Sifa yang kurus,

mengerutkan keningnya dan merasa sedih: "Mengapa begitu kurus, apakah Decky tidak baik padamu, lihat betapa kurusnya kamu."

Sifa makan dengan lahap, dan berkata sambil makan, "Tidak apa-apa, aku yang tidak menyerap, Decky sangat baik padaku."

Sifa menundukkan kepalanya dan tidak melihat Farah, Sifa takut matanya akan mengkhianati dirinya sendiri. Ayah Sifa batuk dua kali.

Sambil melihat Sifa : "Sifa, jika tidak ada urusan lain, tetaplah bersama kami di rumah. Setelah kamu menikah, kamu jarang sekali kembali. Gadis yang selalu ada di rumah tiba-tiba menghilang. Kami benar-benar tidak terbiasa dengan itu."

Sifa tiba-tiba merasa sedih, melihat orang tuanya yang sudah berusia enam puluhan, kemudian berpikir bahwa dirinya tidak punya waktu yang banyak lagi.

Sifa mengangguk dan menahan air matanya: "Aku tahu, ayah, aku pasti akan menemani kalian saat aku kembali."

Farah memandangi putrinya dan bertanya, "Oh ya, apakah Decky baik-baik saja selama ini, bagaimana dengan hubungan kalian?"

Sumpit di tangan Sifa berhenti, dia segera tersenyum pada Farah dan berkata, "Tidak ada masalah, kami baik-baik saja, hanya saja dia agak sibuk."

Setelah selesai berbicara, Sifa masih merasa sedih dan hanya bisa berpura-pura bahagia di depan ibunya dan berpura-pura memiliki hubungan yang baik.

Farah mengangguk: "Oh, begitu, wanita di rumah Paman Wang di sebelah menikah lebih lambat darimu, beberapa waktu yang lalu, dia melahirkan seorang cucu gemuk untuk paman Wang."

"Lihat, kamu dan Decky sudah menikah selama tiga tahun, apakah kalian masih belum punya rencana untuk memiliki anak?"

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu