Marriage Journey - Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
Ada edit nama Joshua = Luis Bab 133-138, 144-146 19/10/2020
Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 133-138, 144-146 Tanggal 19/10/2020
Sifa mengikuti perkataan Decky, di ruang rapat, dia terus berdiri di sebelah menunggu Decky.
Setelah Decky sedang menjelaskan semua detail proyek, dia mengusap matanya dengan lelah dan melihat Sifa yang berdiri di sebelahnya.
Dia melambai ke Sifa untuk mendekat dan berkata kepada semua staf yang terlibat dalam proyek pembongkaran dan pembangunan perumahan.
Di sini aku mau memberi tahu suatu hal kepada kalian, seseorang yang selama ini selalu menolak untuk pembongkaran mengajukan satu syarat pada pembongkaran ini.
Semua orang memandang Decky dengan penuh kebingungan.
Decky berucap sambil menatap ke Sifa “Asisten Shen sudah setuju dengan hal ini, aku pikir kita harus melakukannya.”
Decky mengeluarkan foto putra Juna yang dulu dia suruh bawahannya selidiki secara diam-diam.
Dia menaruh di atas meja, itu foto Juna ketika dia muda dan sedang menggendong anak berusia sekitar empat tahun.
Sifa menatap kaget pada Decky, Decky menghadap semua orang dan berujar “Aku yakin kalian semua tahu bagaimana cara membuat iklan, asalkan itu perumahan kita dan pabrik atau toko bawahan, semuanya pasang spanduk besar, kerahkan kemampuan terbesar kita.”
“Ngomong-ngomong, Linda, temui Komisioner Wang di kantor polisi, katakan padanya bahwa aku butuh bantuannya dalam masalah ini. Selama anak ini masih ada di dunia, aku harus menemukannya.” Decky berbalik dan berujar pada Linda.
Linda segera mengangguk “Aku akan segera mengaturnya, Direktur Leng.” Selesai berkata, dia berbalik dan menelepon.
Penanggung jawab proyek lainnya mengangguk serius, Decky menatap Sifa, matanya penuh dengan ketegasan.
Sifa merasa Decky yang di hadapannya ini sangat berbeda dengan biasanya, sangat mempesona.
Setelah menyelesaikan semua serah terima, orang-orang di ruang rapat hampir semuanya sudah bubar.
Decky berbalik dan mengangguk ringan ke arah Sifa “Ikuti aku ke kantorku.”
Sifa mengikuti di belakang dengan patuh, dalam hatinya dia sangat terharu.
Begitu masuk, Decky langsung menuju meja, Sifa tiba-tiba berjalan dan memeluknya dari belakang.
Dia hanya mencapai tulang belikat Decky yang tinggi badannya 1,7 meter. Seketika, hidung Sifa kesakitan, dia membenamkan wajahnya pada pakaian Decky.
Tubuhnya sedikit gemetar, Decky berbalik dengan terkejut dan bertanya datar “Ada apa?”
Setelah beberapa saat, Sifa baru menjawab dengan suara serak “Decky, terima kasih, ya!”
Decky sedikit terkejut, dia berbalik perlahan dan memeluk tubuh Sifa yang lebih pendek darinya “Tidak perlu berterima kasih, anggap saja sebagai hadiah dariku.”
Sifa memeluk erat Decky, dia tidak mau melepaskannya.
Marsha berjalan menuju kantor Laras sambil memegang dokumen yang sudah diselesaikannya.
Laras mendongak menatap Marsha dan berujar “Sudah lama tidak melihatmu, kelihatannya kamu makin kurus.”
Marsha tersenyum tipis sambil menyerahkan dokumen untuk Laras “Aku rasa kamu ingin menanyakan kabar Sifa.”
Marsha itu wanita yang cerdas, perasaan Laras terhadap Sifa terlihat sangat jelas.
Sesaat, ekspresi Laras menjadi canggung, dia menundukkan kepala tidak tahu harus berkata apa.
Marsha tersenyum simpul “Dia baik-baik saja, aku percaya semuanya akan berlalu.”
Marsha mengedipkan mata pada Laras sambil tersenyum menyeringai.
Laras diam, hatinya luluh, baguslah jika dia baik-baik saja.
Akhir-akhir ini Hendi dan Gustian terus bersama, Gustian mengajak Hendi ke perjamuan penyambutan di hotelnya.
Hendi tidak terbiasa dengan situasi seperti ini, dia sedikit bingung.
Gustian menggeleng kepala, dia mendekatinya dan menghiburnya “Aku tahu apa yang kamu pikirkan, dengan perlindungan Decky, dia akan baik-baik saja.”
Hendi mengangguk dan terdiam.
Gustian selalu memberi tahu Hendi bahwa dia berharap bisa melakukan sesuatu dengannya.
Namun, Hendi tidak terlalu suka, dia tidak seperti Gustian yang licik, tapi di bawah dorongan Gustian, Hendi masih terus berusaha.
Tetapi masalah Sifa selalu membuat Hendi khawatir.
Begitu melihat tumpukan dokumen, Sifa langsung gelisah.
Ketika mengambil dokumen dan berencana menyelesaikannya, tiba-tiba Sifa merasa pusing, kedua tangannya bertumpu di meja, dia berusaha untuk tetap sadar.
Setelah beberapa saat, pandangannya dengan perlahan kembali terang.
Tapi dengan segera disusul dengan rasa mual, Sifa berlari ke kamar mandi.
Dia merasakan kejang di pantatnya, seketika, dia memuntahkan seteguk darah, Sifa menumpu pada dinding dan perlahan berjongkok dengan wajah pucat.
Ada apa ini? Sifa mengeluarkan hpnya dan menelepon Hendi dengan panik.
Setelah menceritakan semua situasinya, Hendi dengan cemas menyuruh Sifa segera pergi ke rumah sakit.
Sifa melihat meja yang penuh dengan dokumen, sesaat, dia merasa ragu “Aku akan menemuimu malam ini.”
Kemudian mengakhiri panggilan.
Ketika Hendi menelepon Sifa lagi, Sifa sudah mematikan hpnya.
Hendi menunggu dengan cemas hingga jam 7 malam, akhirnya, Sifa datang di saat kecemasan dan penantian.
Sifa tampak pucat, dia tetap kurus meskipun sudah hamil hampir lima bulan.
Setelah Hendi membawa Sifa melakukan pemeriksan kesehatan dan mendapatkan laporannya, tidak ada kerutan dalam sekejap.
Sifa bertanya lemah pada Hendi “Bagaimana keadaanku?”
Hendi menatap Sifa seperti hendak berbicara tapi tertahan, namun, tidak berkata sepatah kata pun.
Sifa tersenyum pahit “Katakanlah, aku bisa menerimanya.”
Hendi menunduk, terdapat kesedihan di matanya “Kamu harus ikut aku ke Amerika Serikat, kalau tidak, kamu tidak bisa mempertahankan anakmu, bahkan bisa merengut nyawamu...”
Perkataan Hendi seperti pukulan di kepalanya, Sifa yang harus mempersiapkan diri masih terkejut.
Sifa mengelus perutnya dengan gemetar, berusaha mengendalikan emosinya.
Sifa mendongak melihat ke Hendi, dia bertanya “Jika aku pergi ke Amerika, berapa besar kemungkinan bisa mempertahankannya dan menyembuhkanku?”
Mata Hendi memberat, dia menatap Sifa dan mengatakan yang sebenarnya “Lima puluh persen, tetapi jika menjalani kemoterapi, bayi itu mungkin tidak bisa dipertahankan.”
Hendi tidak berani menyembunyikan fakta bahwa Sifa harus menjalani kemoterapi, jadi, dia hanya menunduk dan berbisik.
Sifa tersenyum tipis “Kalau begitu, aku bersedia bertahan sampai akhir. Jika demikian, setidaknya salah satu dari kami dapat bertahan.”
Sifa tersenyum simpul, dia berkata sambil menatap Hendi.
Hendi sangat menderita, dia berbalik badan tidak berani menatap mata Sifa.
Fakta kejam seperti itu sungguh tidak bisa diterima. Sel kanker dalam tubuh Sifa telah menyebar luas. Walaupun sebelumnya dia telah mengembangkan obat untuk gurunya yang dapat menghambat penyebaran sel kanker dan juga tidak memiliki efek samping pada anak dan tubuh.
Namun, sel kanker akan terus menyebar dalam waktu yang lama, hanya bisa memperlambat penyebarannya.
Hendi mengernyit, dia tidak tahu bagaimana menerima perkataan Sifa.
Sifa berjalan perlahan ke sisi Hendi, dia mengulurkan tangannya dengan lembut dan meraih telapak tangan Hendi “Aku mohon satu hal padamu, tidak peduli apa yang terjadi padaku kelak, tolong kamu harus selamatkan anakku dulu.”
Hendi menatap Sifa dengan prihatin. Tangan yang dipegang Sifa terasa hangat, tetapi dia merasa hati Sifa saat ini seperti es hitam.
Hendi menarik tangannya, dia berbalik dan membelakangi Sifa “ Sifa, aku tidak bisa melakukannya...”
Suasana hati Hendi agak buruk, setiap kali Sifa meminta bantuannya, dia tidak pernah menolaknya, tetapi kali ini, dia tidak bisa melakukannya...
Wajah Sifa yang pucat dan tak bertenaga menampilkan senyuman “Tidak apa-apa Hendi, kamu akan membantuku dan pasti akan melakukannya...”
Selesai berucap, Sifa berjalan ke hadapan Hendi, dia mengambil laporan dari tangan Hendi, meskipun Sifa tidak paham apa yang ditunjukkan pada kurva dan gambar. Namun, di atas kertas putih dan tulisan hitam itu tertulis dengan jelas; penyebaran sel kanker, beberapa kata itu sangat menusuk mata Sifa.
Sifa menutup mata, dia meremas laporan itu dengan erat hingga menjadi bola kertas.
Sifa berbalik perlahan dan berucap pada Hendi “Tidak apa-apa Hendi, jangan khawatir, ketika pulang nanti, aku akan mengikuti sesuai dengan cara yang kamu katakan dan minum obat yang kamu berikan tepat waktu, tenanglah, aku akan bertahan...”
Selesai berucap, Sifa kembali ke perumahan sendirian. Dia terus salah jalan di persimpangan dan kemudian berjalan kembali dengan perlahan.
Sifa mengendalikan emosinya, dia mengeluarkan cermin di tasnya, berkaca seolah-olah tidak ada yang terjadi, mengeluarkan senyuman dan berlatih di cermin.
Novel Terkait
Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaCintaku Pada Presdir
NingsiWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiCinta Yang Dalam
Kim YongyiMr. Ceo's Woman
Rebecca WangPerjalanan Selingkuh
LindaPengantin Baruku
FebiMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka