Marriage Journey - Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan

Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 142 Tanggal 19/10/2020

Ada edit nama Joshua -> Luis 142 19/10/2020

Nenek tua itu memandang Luis dan bertanya dengan ragu-ragu "Kenapa? Kelihatannya, kamu seperti bukan orang Kabupaten Kansas kami ini. Apakah karena hujan lebat, kamu jadi terjebak disini?”

Nenek tua itu begitu tiba-tiba bertanya kepada Luis. Luis adalah orang yang jujur dan tidak terlalu pandai berbohong. Tapi, karena memikirkan dan mempertimbangkan mengenai keamanan dari proyek mereka ini. Dia pun terpaksa berkata bohong demi kebaikan.

“...Iya, aku terjebak disini. Apalagi, ketika melihat di sekeliling sini sepertinya banyak bangunan yang sudah dibongkar dan dirubuhkan. Hanya tersisa keluarga itu saja. Karena penasaran, aku pun berjalan datang kesini, eh ternyata tak disangka malah hujan lebat.”

Luis menggaruk kepalanya dengan tidak terbiasa. Dia tidak berani melihat tatapan tulus di mata wanita tua itu.

"Oalah ternyata seperti itu. Sebenarnya keluarga ini sudah bertahun-tahun tinggal disini. Aku juga cukup lama berjualan di sini, tapi juga tidak pernah berkomunikasi atau mengobrol dengan keluarga ini. Hanya tahu, beberapa tahun yang lalu mereka sepertinya punya seorang anak laki-laki. Tapi setelah cukup lama, anak itu tidak kelihatan sama sekali. Mungkin aku salah ingat juga.” Kata nenek tua sambil menggelengkan kepalanya. Dia menyerahkan tisu yang ada di tangannya kepada Luis "Sana usap air hujan yang ada di wajahmu. Kabupaten Kansas sering hujan, jadi segera usap sana biar tidak masuk angin.”

Luis menganggu, saat ini dia melihat ke arah keluarga itu. Di dalam sana tampak cahaya lampu yang redup. Walaupun tidak rela tapi dia tetap harus mengucapkan selamat tinggal ke nenek tua itu “Nenek, terima kasih banyak atas kebaikanmu.”

“Waktunya sudah mepet. Temanku sedang menungguku, aku harus pergi dulu.”

Nenek itu memandang Luis dengan ramah dan melambaikan tangannya "Aku harap kamu menyukai Kabupaten Kansas kami ini.”

Luis sedikit terkejut, lalu segera mengangguk, berbalik dan berlari menuju sisi yang lain.

Menurut obrolan mereka tadi, Luis benar-benar buru-buru ingin pulang ke hotel. Selanjutnya, waktu shift berjongkoknya Domi akan segera tiba.

Ketika Luis kembali, dia membawa informasi yang menguntungkan untuk mereka dan ini membuat semua orang bahagia.

Luis buru-buru kembali ke hotel. Sampai dia tidak sempat melepaskan jas hujan di tubuhnya, dia sudah langsung menggedor pintu kamar Sifa dengan panik.

Sifa pun buru-buru membuka pintu. Begitu membuka pintu, dia melihat Luis yang basah kuyup dan tampak terburu-buru.

“Asisten Sifa, aku menemukan informasi yang berguna.” Kata Luis yang tampak sangat buru-buru. Namun, ada ekspresi bahagia yang dari awal sampai saat ini selalu tampak di wajahnya.

Sifa sangat terkejut namun juga bahagia sekali. Dia pun minggir memberi jalan kepada Luis “Kamu masuklah dulu, baru ceritakan. Lihat kamu sudah basah kuyup tidak karuan.”

Sifa sedikit khawatir melihat Luis. Hujan lebat terus turun seharian ini. Walaupun seorang pria, tapi pasti ada waktunya tubuh mereka tidak kuat juga.

Luis perlahan berdiri di kamar mandi untuk melepaskan jas hujannya, Marsha duduk dengan mengenakan mantel warna putih.

Semua pakaiannya sudah basah sekali. Sifa pun mengambilkan handuk dan menaruhnya di pundak Luis.

Luis mendorong kacamatanya dengan senyum di wajahnya "Aku mendengar sebuah informasi dari seorang nenek tua yang jualan toko klontong di sana. Dia bilang beberapa tahun yang lalu, keluarga itu punya seorang anak. Kemudian, anak itu sudah tidak terlihat lagi. Tapi nenek tua itu bilang mungkin juga dia salah ingat. Tapi, menurutku, informasi ini masih berguna dan cukup berharga bagi kita.”

Begitu Luis selesai berbicara, Sifa langsung mencoba memikirkannya. Jika sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Luis. Maka keluarga itu harusnya ada enam anggota keluarga. Tapi, sekarang hanya ada lima orang. Kalau begitu anak itu, ada dimana?”

Marsha mengerutkan kening dan berkata “Kalau memang benar seperti itu, lalu kemana anak itu pergi. Apakah mereka tidak mau pindah dan tidak setuju rumahnya dirubuhkan karena ada hubungannya dengan anak ini?”

Domi duduk di sisi lain dengan mengerutkan kening dan berkata “Informasi yang kita punya terlalu sedikit. Informasi ini sangat penting untuk kita semua. Tapi, informasi ini juga hanya bisa digunakan sebagai referensi.”

Sifa mengangguk “Benar apa yang dikatakan oleh Domi, jika memang seperti ini, ini hanyalah sebuah dugaan saja. Informasi yang kita kumpulkan terlalu sedikit.”

Domi berdiri dan memandang semua orang, lalu berkata "Malam ini, aku yang pergi. Aku akan memeriksa seperti apa situasinya. Kalian sementara ini tunggu kabar dan informasi dariku saja.”

Setelah Domi selesai berbicara, dia berbalik dan berjalan keluar.

Sifa berdiri tenang di belakang Domi dan berkata “Hati-hati melakukan semuanya.”

Luis berdiri di samping dan tampak sedang memikirkan sesuatu. Sifa tersenyum lalu menepuk pundaknya dan berkata “Tidak apa-apa, kamu sudah pulang membawa sebuah informasi. Ini cukup sangat berguna bagi kita semua. Sore ini makasih banyak ya. Kamu ganti baju yang kering dulu sana. Lalu, segera istirahat dan tidur baik-baik. Kesehatan tubuhmu juga perlu diperhatikan, jangan sampai flu.”

Ucapan ini dalam sekejap membuat Luis merasa hangat. Luis mengangguk, lalu dengan wajah memerah malu dia berbalik dan pergi ke kamarnya sendiri.

Marsha duduk di kursi, menatap Sifa dan berkata “Bagaimana menurutmu mengenai hal ini?”

Sifa berdiri dan bersandar di jendela, lalu mengalihkan pandangan matanya ke Marsha dan berkata “Sebenarnya seperti apa yang dikatakan oleh Domi. Informasi yang kita miliki terlalu sedikit, sebelum yakin sepenuhnya ini hanyalah sebuah dugaan. Kalau tidak, ini akan mempengaruhi kualitas penilaian kita sebagai sebuah kelompok.”

Marsha mengangguk, lalu berdiri dan berjalan mengitari kamar "Biar kutebak, jika menurut informasi yang Luis katakan, itu berarti mereka tidak mau pindah karena ada hubungannya dengan anak itu, tapi alasannya karena apa? Hilang? Atau bagaimana, informasi ini sementara ini belum menemukan bukti yang jelas dan belum bisa dikonfirmasi.”

Marsha membahas informasi ini dengan jelas, Sifa mengangguk “Iya benar. Jika seperti ini, kita bukannya sama saja dengan menduga asal-asalan. Setidaknya kita harus memastikan dulu informasi ini benar atau tidaknya.”

Mereka sudah di sini selama tiga hari, tapi satu pun petunjuk belum mereka dapatkan. Ini cukup membuat Sifa gelisah.

Marsha berbalik dan mengambil dokumen-dokumennya, lalu membacanya “Menurutmu, apakah proyek kita ini akan berhasil Sifa?”

Marsha memandang Sifa dengan bingung. Ketika mendengar tentang proyek ini, Marsha tahu itu akan sulit dikerjakan, tapi dia tidak menyangka begitu mulai mengerjakan proyek ini, dia baru menyadari kalau ini lebih sulit daripada yang diperkirakan.

Sifa menatap tajam ke Marsha “Sebelum proyek ini benar-benar selesai ataupun berakhir, tidak ada dari kita yang boleh menyerah. Setidaknya kita masih punya satu kesempatan di petunjuk ini.”

Marsha mengangguk. Pada saat ini waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam, di luar masih saja turun hujan.

Sifa tidur tepat waktu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Hendi. Kalau tidak, tubuhnya tidak akan bisa kuat dan malah akan sakit.

Ketika Sifa hampir mau terlelap dalam tidurnya, ponselnya tiba-tiba berbunyi, Sifa duduk dengan tidak sadar sepenuhnya.

Tanpa melihat layar siapa yang menelepon, dia langsung mengangkat teleponnya “Hallo?” dengan suara yang masih terdengar rasa kantuk.

“Apakah kamu sudah tidur?” Tanya Decky dengan suara yang sangat menggoda.

Sifa dalam sekejap sadar sepenuhnya. Dia pun perlahan duduk tegak dengan senangnya, lalu bertanya “Kamu di jam segini, apa masih belum istirahat. Aku sudah tidur.” Kata Sifa malu-malu.

Decky tersenyum santai “Datanglah ke lobi hotel.”

Sifa bingung “Hah? Untuk apa pergi ke lobi hotel?”

Decky tidak bicara. Sifa mengiyakan dengan santai “Oh, aku akan segera turun.”

Sifa berjingkat-jingkat menyalakan lampu untuk memakai jaketnya. Dia berjalan keluar mengenakan piyama tipis, namun jaket di luar bajunya cukup sangat tebal.

Lobi itu agak lembab dan dingin karena hujan yang terus turun berkepanjangan. Sifa langsung menggigil sendiri.

Tapi, sesampainya di lobi, dia tidak melihat apapun. Daritadi, dia berpikir apa jangan-jangan decky datang menemui dirinya di sini. Tapi itu juga hanyalah pemikiran sesaatnya.

Bagaimana mungkin dia melewati perjalanan jauh hanya untuk kesini. Walaupun hubungannya sekarang sudah cukup baik dari sebelumnya, tapi tidak sampai mau berkorban di titik seperti itu.

Sifa merasa getir dan hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan putus asa, dia pun tidak membiarkan dirinya terlalu banyak berpikir lagi.

Sudah tidak ada siapapun di jam segini di lobi. Cahaya lampunya cukup redup, hujan badai di luar tampak sangat menakutkan.

Sifa menoleh melihat ke sekelilingnya dan dia tetap tidak melihat apapun.

Dia pun berbalik dengan tak berdaya, menarik sudut bibirnya dan pergi dari sana. Tapi, baru saja berbalik, dia sudah masuk ke dekapan hangat seseorang.

Decky membuka jaket besarnya dengan kedua tangan untuk membungkus tubuh Sifa.

Dia memeluk Sifa dengan erat, Sifa langsung terkejut "Kamu... kamu kenapa bisa di sini jam segini?"

Sifa sangat terkejut dengan kemunculan Decky yang tiba-tiba.

Decky menundukkan kepala melihat Sifa, menaikkan alisnya dan bertanya "Apakah ada yang salah dengan kemunculanku di jam segini? Atau kamu jangan-jangan tidak ingin bertemu denganku?”

Sifa panik karena langsung ditanyai seperti itu, dia pun berusaha menjelaskan “Bukan, bukan itu maksudku. Aku cukup terkejut, aku tidak menyangka kamu akan muncul di jam segini disini.”

Sifa bicara sambil menundukkan kepalanya dan merasakan panas yang tiba-tiba membungkusnya.

Decky tidak bicara lagi, dia mengulurkan tangan menggandeng tangan Sifa menariknya naik ke lantai teratas. Semua orang tahu, kalau banyak sekali hotel yang mana lantai teratas adalah kamar presidential suite dan orang biasa tidak akan mampu menyewanya.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu