Marriage Journey - Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 142 Tanggal 19/10/2020
Ada edit nama Joshua -> Luis 142 19/10/2020
Nenek tua itu memandang Luis dan bertanya dengan ragu-ragu "Kenapa? Kelihatannya, kamu seperti bukan orang Kabupaten Kansas kami ini. Apakah karena hujan lebat, kamu jadi terjebak disini?”
Nenek tua itu begitu tiba-tiba bertanya kepada Luis. Luis adalah orang yang jujur dan tidak terlalu pandai berbohong. Tapi, karena memikirkan dan mempertimbangkan mengenai keamanan dari proyek mereka ini. Dia pun terpaksa berkata bohong demi kebaikan.
“...Iya, aku terjebak disini. Apalagi, ketika melihat di sekeliling sini sepertinya banyak bangunan yang sudah dibongkar dan dirubuhkan. Hanya tersisa keluarga itu saja. Karena penasaran, aku pun berjalan datang kesini, eh ternyata tak disangka malah hujan lebat.”
Luis menggaruk kepalanya dengan tidak terbiasa. Dia tidak berani melihat tatapan tulus di mata wanita tua itu.
"Oalah ternyata seperti itu. Sebenarnya keluarga ini sudah bertahun-tahun tinggal disini. Aku juga cukup lama berjualan di sini, tapi juga tidak pernah berkomunikasi atau mengobrol dengan keluarga ini. Hanya tahu, beberapa tahun yang lalu mereka sepertinya punya seorang anak laki-laki. Tapi setelah cukup lama, anak itu tidak kelihatan sama sekali. Mungkin aku salah ingat juga.” Kata nenek tua sambil menggelengkan kepalanya. Dia menyerahkan tisu yang ada di tangannya kepada Luis "Sana usap air hujan yang ada di wajahmu. Kabupaten Kansas sering hujan, jadi segera usap sana biar tidak masuk angin.”
Luis menganggu, saat ini dia melihat ke arah keluarga itu. Di dalam sana tampak cahaya lampu yang redup. Walaupun tidak rela tapi dia tetap harus mengucapkan selamat tinggal ke nenek tua itu “Nenek, terima kasih banyak atas kebaikanmu.”
“Waktunya sudah mepet. Temanku sedang menungguku, aku harus pergi dulu.”
Nenek itu memandang Luis dengan ramah dan melambaikan tangannya "Aku harap kamu menyukai Kabupaten Kansas kami ini.”
Luis sedikit terkejut, lalu segera mengangguk, berbalik dan berlari menuju sisi yang lain.
Menurut obrolan mereka tadi, Luis benar-benar buru-buru ingin pulang ke hotel. Selanjutnya, waktu shift berjongkoknya Domi akan segera tiba.
Ketika Luis kembali, dia membawa informasi yang menguntungkan untuk mereka dan ini membuat semua orang bahagia.
Luis buru-buru kembali ke hotel. Sampai dia tidak sempat melepaskan jas hujan di tubuhnya, dia sudah langsung menggedor pintu kamar Sifa dengan panik.
Sifa pun buru-buru membuka pintu. Begitu membuka pintu, dia melihat Luis yang basah kuyup dan tampak terburu-buru.
“Asisten Sifa, aku menemukan informasi yang berguna.” Kata Luis yang tampak sangat buru-buru. Namun, ada ekspresi bahagia yang dari awal sampai saat ini selalu tampak di wajahnya.
Sifa sangat terkejut namun juga bahagia sekali. Dia pun minggir memberi jalan kepada Luis “Kamu masuklah dulu, baru ceritakan. Lihat kamu sudah basah kuyup tidak karuan.”
Sifa sedikit khawatir melihat Luis. Hujan lebat terus turun seharian ini. Walaupun seorang pria, tapi pasti ada waktunya tubuh mereka tidak kuat juga.
Luis perlahan berdiri di kamar mandi untuk melepaskan jas hujannya, Marsha duduk dengan mengenakan mantel warna putih.
Semua pakaiannya sudah basah sekali. Sifa pun mengambilkan handuk dan menaruhnya di pundak Luis.
Luis mendorong kacamatanya dengan senyum di wajahnya "Aku mendengar sebuah informasi dari seorang nenek tua yang jualan toko klontong di sana. Dia bilang beberapa tahun yang lalu, keluarga itu punya seorang anak. Kemudian, anak itu sudah tidak terlihat lagi. Tapi nenek tua itu bilang mungkin juga dia salah ingat. Tapi, menurutku, informasi ini masih berguna dan cukup berharga bagi kita.”
Begitu Luis selesai berbicara, Sifa langsung mencoba memikirkannya. Jika sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Luis. Maka keluarga itu harusnya ada enam anggota keluarga. Tapi, sekarang hanya ada lima orang. Kalau begitu anak itu, ada dimana?”
Marsha mengerutkan kening dan berkata “Kalau memang benar seperti itu, lalu kemana anak itu pergi. Apakah mereka tidak mau pindah dan tidak setuju rumahnya dirubuhkan karena ada hubungannya dengan anak ini?”
Domi duduk di sisi lain dengan mengerutkan kening dan berkata “Informasi yang kita punya terlalu sedikit. Informasi ini sangat penting untuk kita semua. Tapi, informasi ini juga hanya bisa digunakan sebagai referensi.”
Sifa mengangguk “Benar apa yang dikatakan oleh Domi, jika memang seperti ini, ini hanyalah sebuah dugaan saja. Informasi yang kita kumpulkan terlalu sedikit.”
Domi berdiri dan memandang semua orang, lalu berkata "Malam ini, aku yang pergi. Aku akan memeriksa seperti apa situasinya. Kalian sementara ini tunggu kabar dan informasi dariku saja.”
Setelah Domi selesai berbicara, dia berbalik dan berjalan keluar.
Sifa berdiri tenang di belakang Domi dan berkata “Hati-hati melakukan semuanya.”
Luis berdiri di samping dan tampak sedang memikirkan sesuatu. Sifa tersenyum lalu menepuk pundaknya dan berkata “Tidak apa-apa, kamu sudah pulang membawa sebuah informasi. Ini cukup sangat berguna bagi kita semua. Sore ini makasih banyak ya. Kamu ganti baju yang kering dulu sana. Lalu, segera istirahat dan tidur baik-baik. Kesehatan tubuhmu juga perlu diperhatikan, jangan sampai flu.”
Ucapan ini dalam sekejap membuat Luis merasa hangat. Luis mengangguk, lalu dengan wajah memerah malu dia berbalik dan pergi ke kamarnya sendiri.
Marsha duduk di kursi, menatap Sifa dan berkata “Bagaimana menurutmu mengenai hal ini?”
Sifa berdiri dan bersandar di jendela, lalu mengalihkan pandangan matanya ke Marsha dan berkata “Sebenarnya seperti apa yang dikatakan oleh Domi. Informasi yang kita miliki terlalu sedikit, sebelum yakin sepenuhnya ini hanyalah sebuah dugaan. Kalau tidak, ini akan mempengaruhi kualitas penilaian kita sebagai sebuah kelompok.”
Marsha mengangguk, lalu berdiri dan berjalan mengitari kamar "Biar kutebak, jika menurut informasi yang Luis katakan, itu berarti mereka tidak mau pindah karena ada hubungannya dengan anak itu, tapi alasannya karena apa? Hilang? Atau bagaimana, informasi ini sementara ini belum menemukan bukti yang jelas dan belum bisa dikonfirmasi.”
Marsha membahas informasi ini dengan jelas, Sifa mengangguk “Iya benar. Jika seperti ini, kita bukannya sama saja dengan menduga asal-asalan. Setidaknya kita harus memastikan dulu informasi ini benar atau tidaknya.”
Mereka sudah di sini selama tiga hari, tapi satu pun petunjuk belum mereka dapatkan. Ini cukup membuat Sifa gelisah.
Marsha berbalik dan mengambil dokumen-dokumennya, lalu membacanya “Menurutmu, apakah proyek kita ini akan berhasil Sifa?”
Marsha memandang Sifa dengan bingung. Ketika mendengar tentang proyek ini, Marsha tahu itu akan sulit dikerjakan, tapi dia tidak menyangka begitu mulai mengerjakan proyek ini, dia baru menyadari kalau ini lebih sulit daripada yang diperkirakan.
Sifa menatap tajam ke Marsha “Sebelum proyek ini benar-benar selesai ataupun berakhir, tidak ada dari kita yang boleh menyerah. Setidaknya kita masih punya satu kesempatan di petunjuk ini.”
Marsha mengangguk. Pada saat ini waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam, di luar masih saja turun hujan.
Sifa tidur tepat waktu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Hendi. Kalau tidak, tubuhnya tidak akan bisa kuat dan malah akan sakit.
Ketika Sifa hampir mau terlelap dalam tidurnya, ponselnya tiba-tiba berbunyi, Sifa duduk dengan tidak sadar sepenuhnya.
Tanpa melihat layar siapa yang menelepon, dia langsung mengangkat teleponnya “Hallo?” dengan suara yang masih terdengar rasa kantuk.
“Apakah kamu sudah tidur?” Tanya Decky dengan suara yang sangat menggoda.
Sifa dalam sekejap sadar sepenuhnya. Dia pun perlahan duduk tegak dengan senangnya, lalu bertanya “Kamu di jam segini, apa masih belum istirahat. Aku sudah tidur.” Kata Sifa malu-malu.
Decky tersenyum santai “Datanglah ke lobi hotel.”
Sifa bingung “Hah? Untuk apa pergi ke lobi hotel?”
Decky tidak bicara. Sifa mengiyakan dengan santai “Oh, aku akan segera turun.”
Sifa berjingkat-jingkat menyalakan lampu untuk memakai jaketnya. Dia berjalan keluar mengenakan piyama tipis, namun jaket di luar bajunya cukup sangat tebal.
Lobi itu agak lembab dan dingin karena hujan yang terus turun berkepanjangan. Sifa langsung menggigil sendiri.
Tapi, sesampainya di lobi, dia tidak melihat apapun. Daritadi, dia berpikir apa jangan-jangan decky datang menemui dirinya di sini. Tapi itu juga hanyalah pemikiran sesaatnya.
Bagaimana mungkin dia melewati perjalanan jauh hanya untuk kesini. Walaupun hubungannya sekarang sudah cukup baik dari sebelumnya, tapi tidak sampai mau berkorban di titik seperti itu.
Sifa merasa getir dan hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan putus asa, dia pun tidak membiarkan dirinya terlalu banyak berpikir lagi.
Sudah tidak ada siapapun di jam segini di lobi. Cahaya lampunya cukup redup, hujan badai di luar tampak sangat menakutkan.
Sifa menoleh melihat ke sekelilingnya dan dia tetap tidak melihat apapun.
Dia pun berbalik dengan tak berdaya, menarik sudut bibirnya dan pergi dari sana. Tapi, baru saja berbalik, dia sudah masuk ke dekapan hangat seseorang.
Decky membuka jaket besarnya dengan kedua tangan untuk membungkus tubuh Sifa.
Dia memeluk Sifa dengan erat, Sifa langsung terkejut "Kamu... kamu kenapa bisa di sini jam segini?"
Sifa sangat terkejut dengan kemunculan Decky yang tiba-tiba.
Decky menundukkan kepala melihat Sifa, menaikkan alisnya dan bertanya "Apakah ada yang salah dengan kemunculanku di jam segini? Atau kamu jangan-jangan tidak ingin bertemu denganku?”
Sifa panik karena langsung ditanyai seperti itu, dia pun berusaha menjelaskan “Bukan, bukan itu maksudku. Aku cukup terkejut, aku tidak menyangka kamu akan muncul di jam segini disini.”
Sifa bicara sambil menundukkan kepalanya dan merasakan panas yang tiba-tiba membungkusnya.
Decky tidak bicara lagi, dia mengulurkan tangan menggandeng tangan Sifa menariknya naik ke lantai teratas. Semua orang tahu, kalau banyak sekali hotel yang mana lantai teratas adalah kamar presidential suite dan orang biasa tidak akan mampu menyewanya.
Novel Terkait
Marriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka