Marriage Journey - Bab 212 Kabar Mendadak
Setelah memikirkan hal tersebut, Hendi bermaksud untuk menghubungi Decky.
Oleh sebab itu dia mengeluarkan ponsel sendiri, kemudian menghubungi sebuah nomor ponsel yang selalu disimpan namun sama sekali tidak pernah menghubunginya, setelah tersambung sejenak teleponnya terangkat.
Decky masih belum sempat mengatakan apapun, Hendi sudah langsung membentak dengan kuat.
“Aku kasih tahu kamu, Decky, seandainya bukan karena perbuatanmu di hari ini, Sifa juga tidak bakal mengalami masalah seperti ini, sekarang dia dalam keadaan darurat, kamu sudah puas kan !”
Pada saat Decky mendengar suara Hendi, tubuhnya gemetar secara refleks.
Dia tidak menyangka kalau pria tersebut bahkan memiliki keberanian seperti ini untuk menghubungi dirinya, di dalam lubuk hatinya, Hendi selalu memperlihatkan kesan lemah terhadap dirinya.
Bagaimanapun pria tersebut memang cenderung lembut dan santun, dia memiliki perbedaan yang lumayan besar apabila dibandingkan dengan dirinya.
Setelah mendengar kata-kata Hendi, Decky juga tidak sempat banyak berpikir lagi.
“Terus bagaimana ? Apa hubungannya denganku ? Ini memang karma untuk Sifa sendiri, kamu jangan lupa, dia juga pernah menjadi pelaku yang membuat orang lain berbaring di atas kasur hingga beberapa tahun.”
Pada saat Hendi mendengar nada bicara Decky yang sama sekali tidak merasa bersalah, dan juga tuntutan dirinya yang malahan balik menyalahkan Sifa, api amaran Hendi semakin meledak.
Hendi tidak mengerti mengapa pria tersebut selalu menyeret kejadian beberapa tahun yang lalu dan tidak mau melepaskannya, mengapa Decky tidak mau mencoba untuk memercayai Sifa meskipun hanya sekali saja.
Intinya di dalam pandangan Hendi, Sifa tidak akan pernah berbohong, meskipun wanita yang bernama Yuli sudah berbaring di atas kasur, Hendi juga percaya bahwa bukan Sifa yang melakukan semua ini.
Bagaimanapun Sifa sudah pernah menjelaskan terhadap dirinya, dia juga ingin memercayai penjelasan Sifa, dia sama sekali tidak percaya kalau orang yang berbaik hati seperti Sifa akan melakukan perbuatan seperti itu.
“Haha ! Decky ! Aku tidak menyangka, ternyata kamu masih menganggap kalau Sifa yang melakukan hal itu, kamu jangan lupa, saat itu dia juga sebagai korban, kamu jangan merasa kalau dia menikah denganmu hanya karena tergiur oleh harta kekayaan keluargamu, saat itu dia juga dalam keadaan terpaksa !”
Pada sisi lain dari telepon, Hendi sedang membela kebenaran untuk Sifa dan terus menjelaskan kepada Decky.
Namun Decky sepertinya tidak bermaksud untuk menerima kebaikan dirinya, saat ini Decky malahan hanya terdiam dan tidak menjawab apapun lagi.
Hendi juga mengerti, Decky tidak mengatakan apapun hanya dikarenakan dia tidak mengetahui betapa daruratnya keadaan saat ini.
Hendi tidak menyangka kalau lelaki ini bahkan sanggup begitu kejam dan bahkan mengabaikan nyawa Sifa.
Lagi pula saat ini Sifa masih sedang mengandung anaknya Decky, Hendi semakin tidak mengerti isi hati lelaki tersebut dan semakin simpati terhadap Sifa.
“Kamu ini memang kejam sekali, kamu tahu tidak, demi melahirkan anakmu, betapa besarnya kesengsaraan dia ? Sebelum dia pergi ke Amerika, dia sudah mengidap kanker stadium terakhir, kamu mana mungkin tidak tahu hal ini ?”
Hendi terus berkata kepada Decky dengan menggunakan nada menyalahkan.
Menurut pemikiran Hendi, apabila dia tidak berkata jujur lagi pada saat ini, mungkin saja tidak bakal ada kesempatan lagi.
Lagi pula saat ini Sifa sedang menghadapi masa darurat yang mempengaruhi nyawa, seandainya kata-kata Hendi dapat bermanfaat terhadap kehidupan Sifa maupun anaknya, Hendi juga merasa pantas untuk melakukannya.
Bagaimanapun Decky adalah ayah kandung dari anak tersebut, dan juga sebagai orang tercinta di hati Sifa.
Meskipun Hendi tidak mengerti mengapa Sifa bahkan jatuh cinta kepada lelaki yang begitu tidak tahu diri, namun Hendi tetap saja rela melakukannya.
Setelah itu Hendi berkata lagi kepada Decky :”Jangan-jangan kamu merasa kalau semua ini hanya kebohongan dari Sifa saja ya, dia bahkan nekat untuk melahirkan anakmu meskipun sedang dalam keadaan sakit, jangan-jangan kamu masih belum mengerti mengapa dia harus melakukan ini ya ?”
Selesai selesai berkata, Decky tetap saja hanya terdiam, oleh sebab itu Hendi semakin simpati terhadap Sifa.
Hendi sama sekali tidak pernah bertemu dengan pria seperti ini, pada masa-masa penting Decky malahan mempengaruhi emosional Sifa dan menyebabkan keadaan darurat seperti ini, namun Decky malahan tidak bermaksud untuk datang menjenguk Sifa, saat ini bahkan menyalahkan Sifa dengan mengatasnamakan karma.
Namun Hendi hanya bisa berpikir di dalam hatinya saja, meskipun dia merasa tidak adil untuk Sifa dan bahkan sangat simpati terhadapnya, akan tetap selain melontarkan berbagai kalimat tersebut pada saat ini, Hendi juga tidak tahu apa yang dapat dilakukannya lagi.
Hendi merasa seandainya saat ini dia dapat membuat Decky berdiri di sisi Sifa dan menemani Sifa untuk melahirkan anaknya, mungkin saja akan menyemangati hati Sifa.
Setelah mendengar kata-kata Hendi, Decky yang berada di sisi telepon memang merasa sedikit kaget.
Decky memang sudah tahu kalau Sifa sedang mengidap kanker stadium terakhir, namun dia tidak menyangka kalau keadaan Sifa sudah begitu parah.
Awalnya dia mengira Sifa hanya sengaja menakuti dirinya saja, bagaimanapun keadaan Sifa pada saat itu kelihatannya tidak terlalu parah.
Decky sambil memikirkan hal ini dan sekalian memikirkan anak kandungan Sifa, dia membayangkan kata-kata yang dilontarkan oleh Hendi pada barusan, sehingga tidak tahu bagaimanapun menjawab Hendi yang masih menanti di sisi lain dari telepon, pada akhirnya dia hanya bisa memutuskan sambungan telepon dengan buru-buru.
Hendi mendengar suara sambungan diputuskan dan tidak ada respons apapun lagi, dia bahkan ingin melempar ponselnya sendiri ke lantai, dia sama sekali tidak pernah memiliki amarah yang begitu kuat.
Sementara pada detik ini, ruang operasi masih belum ada kabar apapun, dia juga tidak tahu bagaimana keadaan Sifa pada saat ini.
Setelah memutuskan sambungan telepon, lubuk hati Decky mulai terpenuhi oleh perasaan yang tidak dapat digambarkan.
Pada saat dia mendengar kata-kata Hendi, kedua tangannya telah mengepal dengan erat, dia bahkan dapat merasakan kesakitan ketika kuku di jari tangannya sedang menusuk kuat ke dalam telapak tangannya.
Sepertinya tindakan dirinya pada siang tadi telah memancing emosional Sifa, sehingga malah terjadi keadaan seperti ini, namun saat ini apa yang harus dia lakukan ? Pada saat itu dia pergi untuk menuntut tanggung jawab dan mencari masalah, namun saat ini malahan harus balik menghibur dan menjenguk Sifa, bukannya seperti sedang mencari masalah sendiri ?
Setelah berpikir tentang Yuli, pemikiran Decky mulai pudar kembali.
Decky mulai merasa kalau semua ini hanya kesalahan Sifa, sedangkan pada saat ini, asisten Decky menghubungi dirinya bahwa pada saat ini, keadaan Sifa yang berada di rumah sakit memang sangat krisis.
Teman Decky yang berada di Amerika memberitahukan dirinya bahwa Sifa memang sudah mengidap kanker stadium terakhir, dan hanya bisa mengendalikan penyakitnya dengan mengandalkan obat, bagaimanapun saat ini dia sedang hamil, sehingga ada berbagai obat yang tidak dapat digunakan, oleh sebab itu sebenarnya sangat tidak mudah sekali untuk bertahan hingga saat ini.
“Tetapi kabar dari rumah sakit mengatakan kalau Sifa yang berada di dalam ruang operasi masih belum berhasil diselamatkan, keadaan ibu dan anak sangat berbahaya.”
Asisten Decky yang berada di dalam sambungan telepon memberitahukan hal ini kepadanya.
Hati Decky juga semakin panik, dia tidak menyangka kalau keadaannya akan begitu parah.
Awalnya dia melihat keadaan kesehatan Sifa masih tergolong lumayan, sama sekali tidak persis seperti pasien lemah yang mengidap kanker, lagi pula dirinya juga hanya sekedar menggoyangkan tubuhnya saja, mengapa malah menimbulkan keadaan seperti ini ?
Setelah berpikir lagi tentang anak yang berada di dalam kandungan Sifa, hati Decky menjadi semakin takut dan panik, saat ini dia bahkan tidak sanggup berdiri lagi dan langsung jatuh terduduk pada sofa di hotel.
Novel Terkait
My Goddes
Riski saputroAir Mata Cinta
Bella CiaoAku bukan menantu sampah
Stiw boyPernikahan Kontrak
JennyNikah Tanpa Cinta
Laura WangHis Second Chance
Derick HoCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaDark Love
Angel VeronicaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka