Marriage Journey - Bab 34 Bawa Masuk

Decky mengangguk-angguk lalu berjalan keluar, Sifa langsung menunduk kepalanya, dasar, dirinya kapan mengorok sampai bisa terdengar dari luar.

Pada malam ini, Sifa tidak terlalu berani tidur, dia takut saat dirinya tertidur akan mengorok lagi dan mengganggu Decky .

Decky beranjak masuk ke kamarnya sendiri, barusan Sifa tiba-tiba terbangun, juga membuat dirinya kekagetan, dia menghela nafas yang panjang.

Decky berbaring di atas kasur, membuka laptop untuk melihat gerak-gerik Sifa di dalam kamarnya, saat ini Sifa sedang menyandar di atas kasur.

Dia memaksa dirinya sadar dengan menopang kepalanya, tingkahnya yang sudah ngantuk tetapi tidak berani tidur kesannya sangat lucu, wajah Decky tanpa sadarnya menarik sebuah senyuman.

Decky menatap layar dengan waktu lama, wanita bodoh ini benaran mengira dirinya sendiri mengorok ya ?

Decky menutupi laptopnya dan menggeleng kepala, lalu berbaring di kasur dan mulai tidur.

Pada keesokan paginya, ketika Sifa terbangun, baru menyadari dirinya sedang menyandar di atas kasur, lalu dia melihat waktunya yang sudah jam delapan pagi.

Sifa menjadi panik, semalam Decky sudah pulang, jam sembilan dia sudah akan berangkat kerja, Sifa buru-buru memakai bajunya.

Setelah itu dia berlari cepat ke dapur, meskipun Decky tidak menyukai dirinya, biarpun selama ini dia sendiri yang selalu mencari siksaan, namun seandainya dia sudah menikah dengannya, seharusnya harus menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang istri, akhirnya dia tetap memasak mie yang sederhana untuk Decky .

Akan tetapi sekarang sudah tidak pagi lagi, dan kamar Decky masih tidak ada pergerakan apapun.

Sifa membawa sarapan dan beranjak naik ke lantai dua, berdiri dan ragu di depan pintu dalam waktu yang lama, tidak tahu bagaimana membuka mulutnya, apakah dia boleh mengganggu istirahatnya, tetapi kalau tidak makan sekarang, mie ini akan menjadi tidak enak dimakan.

Pada saat Sifa masih kebingungan sendiri, langsung terdengar suara Decky yang dingin :”Buat apa kamu berdiri di depan pintuku ?”

Sifa kekagetan karena kata-kata Decky yang secara tiba-tiba, lalu berkata dengan nada gugup :”Aku, aku sudah siapkan sarapan untukmu….kamu mau makan ?”

Decky sebenarnya sudah terbangun pada saat Sifa sedang memasak mie, dia sendiri juga sudah lapar, pada saat bangun dia terus menatap layar laptop untuk memperhatikan Sifa .

Pada saat Sifa bangun langsung sibuk di dapur, lalu mondar mandir di depan pintunya, aroma wangi dari mie membuat perut Decky semakin lapar.

Decky akhirnya tidak bisa bertahan untuk berbicara kepada Sifa .

Nada Decky sangat datar :”Bawa masuk.”

Tubuh Sifa setelah mendengar jawabannya menjadi kaku sejenak, Decky menyuruh dirinya masuk, namun tempat ini pernah menjadi tempat larangan bagi dirinya.

Saat dirinya masuk pada sebelumnya, rasanya Decky sudah ingin mencekik mati dirinya, Sifa ragu dalam waktu yang lama, akhirnya membuka mulut.

“Aku sudah letak di depan pintu kamarmu, aku tidak masuk lagi, kalau tidak nanti kamu pasti merasa aku kotor atau tidak pantas masuk.”

Setelah mengatakan semua ini, hati Sifa juga sedikit pahit, hidungnya langsung menjadi kemerahan, tidak tahu sejak kapan, dirinya sudah menjadi begitu lemah dan tidak berdaya.

Sifa meletakkan mie di tangannya, lalu memindahkan kursi ke sini dan meletakkan di atasnya, akhirnya beranjak masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Decky mendengar kata-kata Sifa , dia mengerutkan alisnya, wanita ini sedang melampiaskan rasa tidak senang sebelumnya kepada dirinya ya ?

Dia ada hak apa, suasana hati yang baru saja mereda sudah menjadi buruk kembali karena penolakan Sifa .

Decky dengan wajah yang suram, menahan rasa lapar di perut dan langsung berangkat kerja, Sifa baru keluar kamar dengan perut yang sudah kelaparan setelah mengetahui kalau Decky sudah berangkat kerja.

Setelah keluar langsung melihat mie yang masih utuh di piring, Decky tidak makan, membuat Sifa tiba-tiba merasa kecewa.

Awalnya Sifa masih mengira bahwa sikap kebencian Decky terhadap dirinya sudah mulai mereda, tetapi kelihatannya dirinya yang berpikir berlebihan, untung saja dia tidak masuk, tidak tahu juga siksaan apa yang menantinya.

Sifa menggeleng kepala dengan senyuman pahit, dia membawa mie ke dapur dan mulai membereskan semua, hari ini seharusnya melakukan sudah waktu pengecekan kehamilannya, Sifa selesai beres dan langsung berangkat keluar.

Tempat ini mendekati laut, saat ini kebetulan sedang di musim yang beralih dingin, sehingga jarang ada taksi yang masuk ke tempat ini, hanya bisa berjalan ke halte bus sekitar dua kilometer ke depan untuk naik bus,

Pada saat Sifa sampai di rumah sakit, waktunya sudah menginjak siang, dokter yang melakukan pemeriksaan pada sebelumnya juga sudah pulang kerja.

Sifa sedikit kecewa, dia duduk di samping lift dan terus menatap pada kertas hasil pemeriksaan sebelumnya, meskipun anaknya masih belum terbentuk, namun kertas kecil ini membuat Sifa semakin yakin dengan kehadiran anaknya.

Sifa mulai tersenyum tipis, kebetulan saat ini Hendi baru keluar dari ruangan operasi, dan melewati ruang pemeriksaan.

Suster kecil di sampingnya terus memberikan air dan tisu kepada Hendi , tatapannya juga terus melekat padanya.

Hendi tersenyum sambil menolak niat baik suster, dia berjalan keluar dan langsung melihat Sifa yang duduk di samping pintu.

Hendi sedikit kaget karena bisa bertemu Sifa pada waktu dan tempat seperti ini, sehingga dia buru-buru beranjak menghampirinya.

Hendi menghampiri tubuh Sifa dan berjongkok di samping, tersenyum menatap Sifa dan berkata :”Kenapa, kamu kenapa bisa di sini ?"

Pemikiran Sifa terputus karena suara Hendi , dia mengangkat kepala dan menatap Hendi , lalu tersenyum dan menjawab:” Hendi , aku sebenarnya hari ini mau jalankan pengecekan, tetapi aku terlewati waktunya, datangnya sudah telat, orang sudah pulang kerja.”

Hendi menatap Sifa dan tersenyum :”Kamu memang ceroboh, dari kecil suka begini, kalau begitu tunggu mulai kerja saja, waktu sekarang masih di sini, apa sudah makan ?”

Hendi bertanya pada Sifa dengan penuh perhatian, Sifa menggeleng kepalanya :”Belum lagi, aku juga barusan sampai.”

Hendi berdiri dan menarik lengan Sifa :”Aku juga belum makan, kita sama-sama saja, kebetulan beberapa hari ini aku tidak terlalu tahu dengan kondisi tubuhmu, sekalian saja.”

Selesai bicara dia langsung menarik Sifa dan berjalan ke arah restoran di luar.

Sifa tidak menolaknya, dia mengikuti di belakang Hendi dan berjalan ke arah restoran, dia memang juga sudah kelaparan.

Hendi dengan perhatiannya memesan sup yang bermanfaat bagi kesehatan Sifa , lalu tersenyum dan menanya kondisi kesehatan Sifa pada beberapa hari ini.

Sifa menjelaskan secara detail mengenai kondisinya kepada Hendi , Hendi juga mendengar dengan serius, sambil makan sambil menjelaskan gejala dan akibat kepada Sifa .

Hendi mengetahui bahwa seiring dengan pertumbuhan anak, gizi yang diperlukan akan semakin besar, kanker lambung Sifa sudah menginjak stadium terakhir, tenaga dan gizi yang diperlukan sebenarnya sudah sangat besar, apalagi sekarang ditambah lagi anaknya, penyediaan untuk tubuhnya sendiri sudah tidak mencukupi, sehingga Hendi perlu memperhatikan keadaan Sifa pada setiap saat.

Setiap kalinya Hendi bertemu dengan Sifa , selalu merasa bahwa Sifa menjadi kurus lagi, Hendi sangat tidak tega dan tidak berdaya.

Namun dirinya tidak dapat mengambil keputusan apapun untuk Sifa , dia hanya bisa memikirkan segala solusinya untuk membantu Sifa .

Hendi merenung sejenak lalu menatap Sifa dan berkata :” Sifa, kamu orang pintar, kamu juga tahu kondisi tubuhmu sendiri, jadi bagusnya kamu sendiri lebih memperhatikan lagi, kalau terjadi apa-apa langsung menelepon aku saja.”

Sifa sambil makan sambil mengangguk, dalam hatinya sangat jelas sekali, namun dia tetap ingin memberikan kesempatan kepada anak ini dan dirinya sendiri, meskipun seberapa susahnya dirinya.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu