Marriage Journey - Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
Air di tubuh Decky tidak dikeringkan sepenuhnya dan jatuh di sepanjang tubuh Decky.
Mata Sifa tanpa sadar melihat ke arah Decky, tidak dapat mengubah pandangannya untuk waktu yang cukup lama.
Decky mengangkat alisnya dan memandang Sifa, nadanya penuh dengan ejekan "Tahan air liurmu, pertama kali melihat hal seperti ini?"
Sifa langsung tersipu, melihat ke arah lain dan tergagap "Ah ... tidak ..."
Sifa menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya. Sial, kenapa terlalu jelas kali ini ...
Mulut Decky tersenyum tipis. Wanita ini tidak tahan dengan godaan pria, tersipu dan langsung merasa bahwa wanita ini menjadi semakin manis ... Mau tidak mau aku ingin menggodanya lagi.
Decky tersenyum lebih lebar lagi, perlahan berjalan ke arah Sifa, memanfaatkan Sifa yang sedang tidak memperhatikan, meraih lengan Sifa dan menariknya ke dalam pelukannya.
Sifa berseru dan terjatuh ke dada Decky tanpa pertahanan sedikit pun.
Sifa meringkukkan lehernya tanpa sadar, wajahnya memerah, Decky memiliki senyum jahat di wajahnya dan ekspresi puas di wajahnya.
Sifa berjuang untuk melepaskan pelukan Decky dan mengulurkan tangannya untuk mendorong Decky beberapa kali.
Tetapi tangan Decky turun ke arah pinggul Sifa dan tetap berada di pinggul Sifa, Sifa terkejut.
Dia mulai memutar tubuhnya, mencoba menyingkirkan kendali Decky atas dirinya.
Decky menunduk dan berbisik pelan di samping telinga Sifa "Jangan bergerak, jika kamu bergerak lagi, aku tidak akan melepaskanmu."
Setelah berbicara seperti itu, dia menyentuh pantat Sifa dan Sifa tidak bisa berbuat apa-apa .
Decky memandang Sifa dengan ekspresi terkejut, tersenyum puas, melepaskan tangan Sifa, membuka pintu kamar dan berjalan menuju kamarnya.
Sifa tidak bereaksi dari kejadian tadi, sampai dia mendengar suara Decky menutup pintu.
Sifa berbalik ke samping, perubahan mendadak Decky membuat Sifa sedikit terkejut dan hatinya penuh dengan kegembiraan.
Dia pergi bekerja pada pagi hari seperti biasanya. Decky sepertinya tidak merasakan apa pun yang berbeda, seperti tidak terjadi apapun pada hari kemarin.
Marsha baru-baru ini bernegosiasi sedikit dengan Laras dan dia sepertinya sedang dalam suasana hati yang cukup baik, kejadian sebelumnya tidak meninggalkan trauma pada Marsha.
Sifa memandang ke kantor Decky. Sepertinya dia tidak terlalu sibuk saat ini. Dengan tirai yang terbuka, dia bisa dengan jelas melihatnya duduk di kursi dan melihat komputer dengan santai.
Sifa berdiri, menyeduh secangkir teh untuk Decky dan perlahan membawanya masuk.
Pada saat ini, Decky sepertinya baru saja menerima panggilan, wajahnya menjadi gelap dan dia tiba-tiba berdiri.
Di sisi lain Sifa tidak sempat bereaksi, cangkir tehnya terbalik dan air panas mengalir dari tangan Sifa ke lengannya.
Sifa membuang cangkir itu karena kesakitan dan cangkir itu pecah ke lantai berkeping-keping dan bercak merah besar muncul di lengan dan telapak tangan Sifa.
Sifa berteriak kesakitan, wajah kecilnya mengkerut kesakitan.
Hal tersebut dilihat oleh Decky yang masih berada di telepon, dengan amarah terlihat di matanya, dia menatap Sifa.
Sifa hanya merasakan getaran di sekujur tubuhnya sesaat, tapi rasa sakit di lengannya kurang dari sepersepuluh ribu dari rasa sakit di hatinya.
Decky berbalik dan berjalan menuju toilet, mengatakan beberapa patah kata, Sifa hanya samar-samar mendengar perkataannya.
Sifa mengeluarkan senyuman pahit, melihat kulit kemerahan di lengan dan tangannya, matanya tertunduk kecewa.
Jelas-jelas tahu mencintai orang yang salah, betul kata Laras, Jika kamu mencintai orang yang salah, kamu harus tahu kapan harus melepaskannya. Jika kamu salah jalan, kamu harus berbalik. Tapi kenapa dia berbuat seperti itu, setiap kali harus menyakiti diri sendiri dan tidak merasakan penyesalan.
Rasa sakit di tangannya mulai terasa panas, tetapi Sifa sudah mati rasa.
Matanya kosong dan pecahan kaca di depannya menarik perhatian mata Sifa.
Sifa menarik bibirnya dan tersenyum, mengulurkan tangannya yang telah memerah oleh air panas dan mengambil pecahan kaca di lantai.
Pecahan kaca menembus jari-jari Sifa cukup dalam dan darah jatuh ke lantai dari sepanjang jariya, bewarna merah cerah.
Sifa tidak peduli, mengambil pecahan-pecahan gelas tersebut sepotong demi sepotong, matanya sudah kosong.
Decky mengerutkan kening saat ini dan ketika dia keluar, dia melihat Sifa berjongkok di tanah dengan darah di tangannya.
Decky sedikit terkejut, melihat tangan Sifa terbakar air mendidih melepuh cukup besar, berwarna merah tak enak dipandang.
Dan dia berjongkok di tanah, mengambil potongan gelas dari lantai satu per satu, telapak tangannya berlumuran darah dari potongan tajam itu.
Decky dengan cepat berjalan, menarik Sifa berdiri dan berteriak pada Sifa dengan keras "Sifa, apa yang kamu lakukan?"
Decky menarik Sifa, mengangkat wajahnya untuk melihat langsung mata Decky, yang merupakan sepasang mata yang dalam, tapi khawatir mata itu tidak ditujukan padanya sama sekali.
Sifa mencibir dan menarik tangannya dari tangan Decky.
Matanya dingin "Apakah Tuan Leng tidak tahu apa yang aku lakukan?"
Decky menatap tangan Sifa yang merah dan bengkak, mengingat bahwa dia terlalu emosional barusan dan ketika dia berdiri dia menabrak Sifa yang baru saja membawakannya teh, air panas tersiram ke tangannya dan wanita ini kesakitan. Dia berteriak, tapi dirinya malah...
Decky sedikit linglung untuk sesaat, mata dingin dan ekspresi dingin Sifa saat ini menusuk mata Decky.
Pada saat ini, Sifa terlihat sangat mirip dengan dirinya pada saat itu, Sifa berbalik, berjongkok dan mengulurkan tangannya untuk terus mengambil pecahan gelas di tanah.
Decky meraih lengan Sifa dan berteriak cukup keras "Cukup, kamu terluka, tahukah kamu?"
Decky terlihat sangat marah, dia sudah terlihat seperti singa gila.
Sifa tidak setakut sebelumnya, tetapi dia lebih tenang seperti air di danau.
Matanya mengejek "Bukankah ini disebabkan oleh Tuan Leng? Bukankah ini yang ingin anda lihat?"
Nada suara Sifa agresif dan penuh amarah, bukankah ini disebabkan oleh dia sendiri, sekarang mengatakan bahwa itu disebabkan oleh Decky?
Decky sedikit bingung, dia sudah terbiasa dengan Sifa, yang selalu patuh di sisinya dan lemah lembut seperti domba.
Tapi sikap agresif Sifa yang tiba-tiba membuat Decky tiba-tiba sedikit bingung.
Decky tidak berbicara, menatap Sifa dengan dekat, memegang tangan Sifa untuk waktu yang lama dan enggan untuk melepaskannya.
Lengan Sifa sangat sakit, Sifa mengerutkan kening karena tidak nyaman, melihat tangannya yang merah dan berdarah.
Decky melonggarkan pegangannya, mengeluarkan kotak medisnya, membukanya dengan kasar dan menemukan sebotol alkohol dan disinfektan, serta gulungan kain kasa.
Decky berjalan dengan cemas dan menarik telapak tangan Sifa yang berdarah untuk dibalutnya.
Sifa berusaha untuk menarik tangannya dari tangan Decky dengan sekuat tenaga.
Decky bingung dengan sikap Sifa, tapi sikap Sifa barusan membuat Decky tidak bisa berteriak keras, dia hanya bisa menarik lengannya kuat-kuat untuk membantu menghentikan pendarahan.
Sifa mencibir, nadanya penuh sindiran "Sepertinya tuan Leng selalu suka memainkan tipuan seperti memberikan tamparan lalu memberi permen, tapi aku, Sifa, tidak ingin bermain denganmu lagi."
Novel Terkait
Love Is A War Zone
Qing QingMy Cute Wife
DessyAkibat Pernikahan Dini
CintiaGet Back To You
LexyEternal Love
Regina WangMy Perfect Lady
AliciaAnak Sultan Super
Tristan XuMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka