Marriage Journey - Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil

Pandangannya beralih ke wanita yang berdiri di samping Sifa dengan mengandung maksud penghinaan. Wanita ini tahu bahwa dia telah lama dikenal sebagai wanita rubah di perusahaan.

Decky seolah tidak mengenal Sifa. Dia langsung melewati mereka berdua, seolah mereka berdua adalah orang asing.

Marsha merasa sedikit tidak senang. Tatapannya terkunci pada punggung Decky sebelum berbalik untuk melihat Sifa yang berwajah pucat.

Sifa tersenyum pahit. Dia sudah terbiasa dengan hal seperti ini sejak lama.

Marsha membawa Sifa sampai ke pintu kantor, menatapnya sambil tersenyum: "Kalau tidak ada urusan di sore hari, aku akan menunggumu."

Sifa mengangguk pada Marsha. Untuk pertama kalinya, dia merasa hidupnya tidak sia-sia. Setidaknya dia bisa merasakan keberadaannya sekarang.

Sifa duduk di kantor sepanjang sore. Decky sepertinya mengabaikan keberadaannya, dia menyerahkan semua pekerjaan kepada Linda tanpa menyuruhnya.

Linda memandang kantor Sifa dengan canggung sambil memeluk map berisi laporan yang belum diproses.

Bukankah ini seharusnya dikerjakan Sifa, apakah mereka sedang bertengkar?

Tapi Linda hanyalah seorang bawahan, dia tidak punya hak untuk mengatur hal yang bukan merupakan pekerjaannya. Alhasil, dia hanya bisa menyelesaikan apa yang diperintahkan Decky pada dirinya.

Sifa menatap ke luar jendela sambil melamun. Dia teringat perkataan Hendi pada dirinya, bagaimanapun juga, jangan lupa akan sosok seperti apa yang dicita-citakanmu saat masih kecil.

Tapi dirinya ini apa, dirinya hanyalah burung yang terkurung dalam sangkar emas, seorang wanita malang yang mengibaskan ekornya.

Sifa menggelengkan kepala dan menghela nafas, menopang kepala dengan kedua tangan, tidak tahu harus berbuat apa.

“Kamu tidak ada pekerjaan, bukan?” Tiba-tiba suara Decky terdengar di telinga Sifa.

Sifa menoleh dan melihat Decky yang berdiri di kantornya. Dia buru-buru berdiri, menundukkan kepala dan berkata dengan gugup "Direktur Leng..."

Decky berdiri di samping Sifa. Apa yang dipikirkan wanita ini sampai-sampai tidak tahu ada orang yang masuk.

Sifa sedikit gugup. Decky berdiri di sampingnya, aroma maskulin yang kuat menerpa wajahnya.

Dia jarang berinteraksi dengan Decky dalam jarak yang dekat. Anak hanyalah sebuah kecelakaan.

Ditambah dengan apa yang terjadi pagi ini, raut muka Sifa tiba-tiba memuram, agak panik.

Decky menyadari perubahan pada Sifa. Dia menatap Sifa dengan tajam: “Apakah kamu takut?” Tanya Decky dengan nada dingin.

Sifa mundur selangkah dan berkata dengan gemetar “Tidak, tidak… Aku hanya takut dilihat oleh orang lain. Bukankah kamu bilang kita tidak boleh terlihat orang lain?” Sifa menunduk. Dia yang tidak pandai berbohong sedikit terbata-bata karena kebohongan itu.

Decky mencibir, meremas dagu Sifa: "Pernahkah aku bilang padamu, jangan berbohong di hadapanku. Kamu yang berbohong tampak seburuk anjing yang tidak bisa menutupi pantatnya, tahu?"

Sifa seketika panik, dia berusaha menjauhkan diri dari tangan Decky. Tapi kekuatan Decky luar biasa kuat, tatapan sedingin es.

Semakin Sifa meronta, semakin kuat pegangan Decky pada dagunya. Sifa merasa sakit karena pegangan yang semakin kuat itu, dia merintih ringan.

Decky terangsang oleh rintihan Sifa yang datang secara tiba-tiba. Dia merasakan bagian tertentu dari tubuhnya mengalami perubahan.

Dia mengutuk dalam hati, sial pada saat seperti ini dirinya masih saja memeluk pemikiran seperti itu terhadap wanita ini.

Decky berusaha menahan nafsu tersebut, ekspresinya seram. Tapi Sifa yang ada di sisinya semakin meronta.

Gerakan Sifa semakin merangsang Decky, kesadaran terakhir Decky pun runtuh.

Decky tidak peduli banyak lagi. Dia langsung menekan Sifa. Seperti sebelumnya, dia mengangkat rok Sifa.

Kemudian dia menarik celana dalam Sifa, berposisi hendak masuk.

Dari tadi Sifa tidak henti meronta, sehingga rambut dan riasan wajahnya sudah berantakan, penampilannya terlihat sangat menyedihkan.

Sifa ditindih di atas meja. Dia tahu apa pun upaya yang dilakukan dirinya tidak akan bisa menghentikan apa yang ingin dilakukan Decky.

Decky tidak banyak berpikir, keinginan tubuhnya sudah mencapai batas atas.

Dia memasuki tubuh Sifa tanpa persiapan awal. Sifa menjerit kesakitan.

Dia meraih pinggang ramping Sifa dan menggoyangkannya dengan kuat. Tubuh Sifa yang bertelungkup di atas meja mulai bergerak.

Sifa menggigit erat bibirnya, tidak membiarkan dirinya bersuara. Tiada hiasan warna di matanya. Kapan momen yang memalukan ini berakhir.

Decky tiba-tiba teringat sesuatu, bukankah wanita ini sedang hamil?

Namun, Decky sama sekali tidak bisa mengontrol keinginannya pada tubuh Sifa. Dia tidak berhenti, tapi gerakannya seketika menjadi lebih lembut.

Dia menggerak-gerakkan tubuhnya dengan lembut, menyeret tubuh Sifa dengan kedua tangan supaya Sifa tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak tenaga.

Sifa merasakan perubahan pada Decky. Dalam hubungan intim, Decky tidak pernah berpikir untuknya, melainkan selalu bertindak sesuka hati.

Kelembutan yang mendadak membuat Sifa sedikit lengah. Decky menyesuaikan posisi tubuh, memeluk Sifa untuk menghadap dirinya.

Tatapan Sifa agak linglung. Wajahnya dihiasi gelombang musim semi dan sedikit rona, pakaiannya sudah terbuka sejak tadi. Penampilannya yang sekarang terlihat begitu seksi dan menawan.

Decky menatap Sifa hingga kehilangan fokus. Entah kenapa, dia selalu terpikir Yuli saat melihat Sifa.

Kesadarannya kacau. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Sifa, mendekat ke bibir Sifa, memanggil dengan lembut: "Yuli..."

Perhatian Sifa sangat fokus, Dia menatap wajah Decky yang perlahan-lahan mendekat, hatinya merasa senang. Dirinya sudah lama menantikan momen seperti ini.

Tapi nama yang tiba-tiba keluar dari mulut Decky membuatnya merasa dirinya seperti tersambar petir.

Dia langsung bereaksi dan mendorong Decky menjauh. Decky terdorong ke sofa olehnya.

Dia menatap Sifa dengan sedikit marah. Apakah wanita ini sudah gila, wanita ini bahkan berani menolak dirinya?

Sifa berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarahnya. Dia bisa tidak peduli apapun dan bisa menanggung segalanya, tapi apa yang tidak bisa diterimanya adalah.

Dirinya dijadikan sebagai tubuh pengganti wanita lain dan hidup dalam bayang-bayang orang lain. Perkataan Decky barusan bagai pedang yang menancap masuk ke dalam hati Sifa.

Dia bahkan tidak bisa bernafas. Dalam tiga tahun terakhir, apakah semua sentuhan fisik mereka berdua didasarkan pada Decky yang menganggap dirinya sebagai Yuli?

Jika memang demikian, dirinya ini apa? Harapan dan bersikeras yang dipeluk selama bertahun-tahun, pada akhirnya hanyalah sebuah ironi.

Paras Sifa mengekspresikan emosi yang jelas. Dia menatap Decky dengan tatapan dingin, suara membawa hawa dingin: "Kalau tujuanmu adalah untuk menghinaku, kamu telah berhasil. Kalau tujuanmu adalah untuk menghancurkanku, kamu juga telah berhasil."

Setelah berbicara, dia berdiri dan perlahan merapikan diri. Wajahnya pucat, tatapannya dingin.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu