Marriage Journey - Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
Decky menunduk dan tidak berbicara dan dengan hati-hati membalut tangan Sifa, gerakannya sangat lembut, takut melukai Sifa.
Sifa bahkan lebih jengkel dengan tindakan Decky. Apa artinya ini, menyakitinya tadi dan sekarang dia merasa bersalah?
Mata menghina Sifa semakin intens dan dia tidak berhenti menatap Decky.
Decky dengan lembut menarik lengan Sifa dengan tangannya, menundukkan kepalanya dan tetap diam untuk waktu yang lama.
Sifa berdiri, menarik lengannya dan menyipitkan mata pada Decky "Tuan Leng, jika tidak ada urusan, saya akan pergi dulu dan terima kasih atas perawatan anda, saya sangat terhormat."
dari kata-kata Sifa tadi, Decky akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi lalu berdiri dan berjalan ke sisi Sifa, matanya mengelak "Sifa, aku tidak sengaja tadi ..."
Tindakan Decky barusan menghancurkan garis pertahanan Sifa yang sudah dibangun sedikit demi sedikit.
Sifa berbalik, lalu menangis, apa yang barusan dia bilang? Tidak sengaja?
Sifa menggeram dan menyela kata-kata Decky "Cukup, jangan katakan ..."
"Kamu selalu memberiku harapan setelah itu menyakitiku lagi dan lagi, aku sangat lelah disakiti lagi dan lagi."
Tadi, Sifa mendengar Decky samar-samar berbicara di telepon dan dengan jelas teringat dengan tatapan mata Decky yang sama seperti saat ini. Apakah ini semua tindakan yang tidak disengaja?
Decky mengulurkan tangannya untuk menangkap Sifa, tapi tidak berhasil.
Sifa menghindari Decky dan memunggungi dia.
Wajah Decky sedikit menunjukkan kehilangan dan dia dengan canggung menarik tangannya yang terulur, tahu bahwa dia sudah terlalu menyakitinya.
Sifa terisak pelan, meskipun dia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya, dia tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis dan bahunya mulai bergetar karena tangisannya.
Decky menundukkan kepalanya dengan suara serak dan berkata pelan "Sifa, apapun yang terjadi, biarkan aku membawamu ke rumah sakit dulu."
Sifa berhenti menangis, masih memunggungi Decky, suaranya parau "Tidak, kamu lebih baik menjaga Yuli, orang yang kamu anggap sudah kuaniaya."
Setelah selesai berbicara, dia pergi keluar ruangan, meninggalkan Decky sendirian di kantor.
Decky menundukkan kepalanya dan pikirannya dipenuhi dengan tatapan dan kata-kata dingin Sifa. Mengapa menyakitinya membuatku sangat sedih?
Sifa dengan cepat keluar dari perusahaan dengan tasnya dan keluar dengan membawa dokumen lalu mencari Marsha untuk memberikan dokumen yang sudah ditandatangani oleh Decky .
Sekilas, Marsha melihat lengan Sifa yang merah dan bengkak serta kain kasa merah di tangannya.
Menerima dokumen yang dibawanya, dia segera menghampiri Sifa dan bertanya dengan segera "Ada apa denganmu, Sifa, tanganmu ..."
Mata Sifa sedikit merah dan dia menundukkan kepalanya untuk mencoba menahan emosinya.
Marsha melihat ke kantor Decky dan segera mengerti.
Marsha mengesampingkan pekerjaannya dan membawa Sifa ke rumah sakit.
Ketika Hendi melihat lepuh di lengan Sifa, dia langsung marah "Siapa yang melakukannya?"
Sifa menundukkan kepalanya dan tidak berbicara, Marsha menggelengkan kepalanya ke arah Hendi, memintanya untuk tidak bertanya lebih banyak.
Hendi hanya bisa menekan emosinya, sedikit gemetar saat mengobati luka Sifa.
Pecahan kaca telah masuk jauh ke dalam daging dan Hendi hanya bisa dengan hati-hati memeriksa telapak tangan Sifa dengan tang bedah dan harus ditarik keluar sedikit demi sedikit.
Beberapa lukanya sangat dalam, darah mengalir dari telapak tangannya, tetapi Sifa seperti tidak merasakan apa-apa.
Tatapannya kosong dan terlihat seperti jiwanya sudah meninggalkan raganya.
Hendi membutuhkan banyak usaha untuk mengobatinya dan dia mengoleskan krim melepuh pada Sifa lalu membalut lukanya.
Marsha menarik Sifa dan Hendi berbalik memandang Sifa dengan tatapan cemas "Jika kamu tidak mengatakan apapun, aku tahu siapa yang melakukannya. Kamu tahu, kamu telah melakukan perbuatan yang merugikan dirimu sendiri jika tidak mau meninggalkannya ... "
Setelah selesai berbicara, Hendi menatap Sifa dengan seksama, ingin sekali mendengar apa yang ingin dikatakan Sifa.
Sifa mengangkat kepalanya dengan mata dingin "Ini sepertinya bukan urusanmu, aku sudah memberitahumu Hendi, ini urusanku sendiri, jangan ikut campur ..."
Sifa berbicara dengan sangat jelas, setelah selesai berbicara, dia berbalik dan berjalan keluar, tanpa ada niatan untuk berbalik.
Hendi sedikit terkejut dan hanya bisa berdiri di sana, tidak dapat mencerna kata-kata Sifa untuk sementara waktu.
Marsha mengangguk ke arah Hendi dengan canggung "Jangan khawatir, jangan dimasukan dalam hati, dia juga pasti sedang hancur, kalau tidak, tidak mungkin dia mengatakan hal seperti itu..."
Marsha mengangguk ke Hendi meminta maaf dan kemudian berlari mengejar ke arah dimana Sifa pergi.
Sifa tidak pergi ke tempat lain, dia hanya melangkah ke luar rumah sakit.
Tapi kebetulan bertemu Decky yang dengan cemas berjalan menuju bangsal VIP Yuli.
Melihat Sifa, Decky langsung membeku di tempat, dengan sedikit emosi yang tidak terlihat jelas di wajahnya.
Senyuman penuh makna muncul di wajah pucat Sifa, mengangkat alisnya dan menatap Decky dengan penuh cibiran, lalu pergi.
Decky mengulurkan tangannya untuk mengejar ke arah yang telah ditinggalkan Sifa, tetapi pada akhirnya dia berhenti di tempatnya dan tidak bisa bergerak maju ...
Begitu Sifa keluar dari rumah sakit, matanya berkaca-kaca. Dia terpukul dibagian paling lembut hatinya ketika namanya dipanggil oleh Decky. Dia tidak bermaksud untuk menyakiti dirinya.
Tapi apa yang terjadi sekarang sudah jelas merupakan akhir yang sudah dia duga sejak lama, tetapi mengapa itu sangat menyakitkan di hatinya, sampai membuatnya susah bernafas.
Sifa terengah-engah, memukul-mukul dadanya sendiri, emosinya sudah sangat hancur.
Dia menangis sambil tetap berjalan dan semua orang yang berjalan di dekatnya memandanginya dengan tatapan aneh.
Tapi Sifa tidak peduli, Marsha berlari mengejar dan melihat Sifa yang sudah menangis.
Matanya langsung memerah dan dia berlari untuk merangkul Sifa "Menangislah, aku bersamamu."
Sifa merasakan satu-satunya jejak kehangatan dan memeluk Marsha dengan erat dan menangis dan berkata dengan keras sesekali "Mengapa, mengapa harus terjadi padaku, aku hanya mencintainya, apa salahnya?"
Marsha menekuk bibirnya ke belakang dan menahan air matanya. Dia terbiasa dengan perasaan ini.
Seseorang bisa melakukan apapun yang dia mau hanya karena mereka merasa disukai. Mereka berbuat seperti itu karena disukai? Tapi apakah itu hal yang salah?
Decky datang ke ruangan Yuli, orang di tempat tidur masih sama seperti sebelumnya, terbaring di tempat tidur dengan tenang.
Dokter mengatakan sesuatu kepada Karim dan Decky, tetapi Decky tidak ingin berhenti saat ini.
Matanya kosong dan bukan Yuli yang terpikir di dalam hatinya, tetapi wanita yang menangis itu.
Baru setelah suara Karim memanggil namanya, Decky, dia tersadar.
"Paman ..." Decky dipanggil Karim.
Karim mengangguk, mengerutkan kening dan penuh kesedihan "Decky, kamu dan Yuli telah menjadi teman dekat dari semasa kecil dan memiliki hubungan yang dalam. Sudah tiga tahun, tetapi masih seperti ini. Apa yang harus saya lakukan …
Novel Terkait
Anak Sultan Super
Tristan XuPredestined
CarlyMy Greget Husband
Dio ZhengMy Lifetime
DevinaSee You Next Time
Cherry BlossomCEO Daddy
TantoRahasia Istriku
MahardikaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka