Marriage Journey - Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
Sifa membuka matanya lebar-lebar, tangannya sedikit gemetar ketika melihat rambut rontok yang ada tangannya. Dia pun membeku di tempat.
Sifa hanya merasa seperti disambar petir di hari cerah, napasnya jadi tidak karuan, kedua tangannya bergetar dengan hebat.
Kondisi sakitnya sudah memburuk secepat ini, hati Sifa penuh dengan ketidakberdayaan dan ketakutan.
Dia berjongkok untuk memeluk dirinya sendiri. Air hangat membasahi tubuhnya melewati sepanjang rambutnya.
Tapi dirinya malah masih terasa dingin, dia memeluk dirinya sendiri yang menggigil. Tanpa terasa air matanya mengalir tanpa suara.
Pada saat ketakutan dan tak berdaya seperti ini, dia selalu harus melewatinya sendirian. Sifa berjongkok di lantai cukup lama dan masih tidak bersedia percaya hal ini.
Hendi terlihat cukup muram. Akhir-akhir ini, penyakit Sifa semakin lama semakin memburuk dengan cepat. Ketika memeriksa Sifa terakhir kali, sel kankernya sudah mulai menyebar.
Hendi minum seteguk demi seteguk alkoholnya. Hendi tidak cukup ahli dalam minum alkohol. Hanya minum beberapa gelas alkohol saja, dia sudah pusing.
Yang ada di dalam pikiran Hendi saat ini hanya satu hal, yaitu bagaimana menyelamatkan Sifa.
Begitu teringat pemandangan ketika Sifa menolaknya, Hendi hanya merasa ada sakit yang hebat di dalam hatinya.
Hendi mengulurkan tangan memegang kedua pipinya sendiri. Perbedaan yang dibawa oleh alkohol sudah mulai membuat perubahan di diri Hendi.
Hendi sudah mulai sedikit kesal, dia yang hampir tidak minum banyak alkohol pun jadi meneguk langsung satu botol alkohol dengan gilanya.
Hendi yang duduk di bar, matanya sudah mulai meredup dan berkunang-kunang. Semua yang ada di depannya perlahan menjadi kabur.
Kesadaran Hendi perlahan sudah tidak terlalu jelas, sekarang hanya ada satu pikiran yaitu menemui Sifa.
Hendi mengambil ponselnya lalu menelepon nomer Sifa dengan gilanya.
Sifa mulai mencoba menenangkan emosi dalam dirinya. Tidak ada warna darah di wajah pucatnya itu, karena alasan sakit ini, Sifa terlihat sangat kurus dan lemah.
Sifa pun mengambil ponselnya yang terus saja bergetar dari tadi. Nama yang ada di layar adalah Hendi.
Sifa sedikit mengerutkan kening bingung, lalu mengambil ponselnya. Awalnya dia mau menekan tombol jawab, tapi setelah ragu sejenak, dia akhirnya menolak panggilan telepon itu.
Sifa tahu Hendi khawatir mengenai penyakit yang dideritanya sekarang. Tapi dia sendiri juga tahu kalau Hendi punya perasaan berbeda terhadap dirinya.
Karena dia tidak mungkin dengan Hendi, jadi dia merasa dirinya tidak boleh terus memberikan harapan pada Hendi. Sifa berusaha jadi kejam, berbalik dan tak melihat ke arah ponselnya lagi.
Tapi telepon Hendi seperti telah terinfeksi virus, terus berbunyi dengan menyebalkannya.
Sifa pun terpaksa menekan tombol mematikan ponselnya. Lalu, melemparkan ponselnya ke sisi lain dengan kesalnya.
Hendi mendengarkan suara wanita yang sangat familiar dari telepon itu, Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jaringan. Tolong telepon beberapa saat lagi.
Hendi menarik sudut bibirnya dengan getir, lalu menurunkan tangannya yang memegang ponsel dengan tak bertenaga.
“Sifa, kenapa kamu begitu kejam seperti ini....” Hendi menundukkan kepala, dan bergumam sendiri meluapkan rasa sedih dan sakit di hatinya.
Hendi duduk sendirian di meja bar. Kesedihannya yang sangat membebani ini dengan cepat menarik perhatian seorang wanita cantik di sampingnya.
Karin memandang pria tampan yang mabuk di hadapannya, hatinya tidak bisa menahan diri untuk tidak peduli padanya, “Tuan, permisi apa ada yang bisa aku bantu?"
Karin cukup sering melihat orang mabuk di bar yang adalah orang-orang yang memang begitu suka mabuk, tetapi pria di depannya memiliki pesona tak terlihat yang mendorongnya untuk mendekati pria itu.
Hendi mengangkat kepalanya sedikit, matanya sudah memerah. Dia menarik sudut bibirnya berusaha memaksakan diri tersenyum, “Tidak apa-apa....”
Karin tersenyum dan berjalan ke samping Hendi, "Orang yang tidak apa-apa, tidak akan minum sampai seperti ini, meneguk langsung satu gelas alkohol terus menerus seperti memang mau memabukkan dirinya dengan bodohnya.”
Hendi sedikit tak sadarkan diri, dia mengangkat kepalanya menatap Karin .
Meski Hendi sedikit pusing, tapi dia masih bisa melihat dengan jelas kalau wanita di depannya sangat cantik, dengan bibir merah dan gigi putih, tubuhnya sungguh indah dan anggun.
Hendi menggelengkan kepalanya yang pusing, memaksa dirinya untuk tetap sadar sambil berkata, "Terima kasih nona, aku hanya, sedikit merindukan wanita yang kusuka ..."
Kata Hendi dengan terus terang.
Karin menaikkan alisnya memandang Hendi, lalu tersenyum dan duduk dengan kedua tangan menompang pipinya, "Hei, tuan yang tampan, apa kamu tahu? ketika kamu merindukan seserang, harusnya kamu langsung menemuinya tidak peduli seberapa jauhnya itu.”
Karin menatap Hendi dengan saksama, dan berkata dengan santai.
Hendi memandang wanita cantik di depannya. Tiba-tiba dirinya terpukul hatinya oleh apa yang dikatakan wanita itu.
Tundukkan kepalamu dan diam, iyakan? Ketika merindukan seseorang, apa harusnya langsung pergi menemuinya?
Ketika dia di Amerika dan merindukan Sifa, dia bisa berusaha untuk menekan dan mengontrol dirinya sendiri. Tapi, pada akhirnya dia baru menyadari kalau dirinya benar-benar jatuh cinta pada Sifa.
Mengenai dirinya pada akhirnya kehilangan Sifa, membiarkan Sifa menikah dengan pria yang tidak mencintainya dan akhirnya Sifa menderita dan menerima begitu banyak kepahitan dan kesulitan hidup.
Sekarang kali ini, apakah dia juga harus menahannya?
Hendi diam-diam mengepalkan tangannya dengan erat. Kedua matanya jadi terlihat begitu tajam.
Karin tertawa, meneguk sekali alkohol di depannya sampai habis, “Jika kamu suka, kamu harus menggenggam erat dia jika dia juga menyukaimu. Tapi, jika mencintai orang yang salah dan tak menyukaimu, maka kamu harus tahu diri dan rela untuk melepaskannya.”
Sebelum Karin selesai berbicara, Hendi berdiri tiba-tiba, memegang erat kunci mobil di tangannya.
Dia buru-buru berlari menuju ke tempat parkir.
Hendi mengetahui keberadaan Sifa saat ini. Ketika Sifa terakhir kali datang ke rumah sakit, Marsha yang menemaninya. Pada saat itu, dia khawatir terhadap Sifa, jadi dia sengaja menanyakan kepada Marsha tentang kondisi dan situasi Sifa.
Marsha bilang padanya kalau Sifa sekarang tinggal dengan dirinya, Sifa sudah pindah.
Hendi tidak mau mendengarkan logikanya, sekarang yang ada di pikirannya hanya satu yaitu ingin bertemu Sifa. Hendi langsung menginjak gas mobilnya mengendarai mobilnya ke arah rumah Marsha.
Betapa pun sulitnya hari itu, orang tetap harus makan. Setelah Sifa menyisir rambutnya, perutnya terus mengerang keruyukan.
Ketika dia membuka kulkas, dia melihat kulkasnya kosong melompong. Sifa menggelengkan kepalanya lalu melihat ke jam. Marsha tidak juga pulang.
Sifa pun terpaksa mengenakan mantelnya, lalu berjalan menuju supermarket terdekat.
Rumah Marsha yang baru pindah tidak seperti rumahnya di distrik tua yang dulu, lingkungan di sini terbilang aman dan seluruh lantai sangat bersih.
Sifa mengambil uang recehnya, lalu berjalan keluar. Pada saat ini, cuaca di luar sedikit berangin. Sifa tanpa sadar langsung mengeratkan mantelnya membungkus tubuhnya dan berjalan ke arah gerbang kecil di distrik itu.
Pada saat itu, cahaya lampu mobil yang begitu terang mengarah ke dirinya. Tanpa sadar Sifa mengulurkan tangan menutup pandangan matanya.
Dia pun mengintip dari balik jemarinya, dia hanya melihat seorang pria jangkung keluar dari mobil.
Dan dia berjalan ke arahnya, Sifa tidak melihat wajah orang itu dengan jelas karena orang itu membelakangi cahaya lampu.
Sebelum pria itu sudah berjalan di dekatnya, Sifa sudah mencium bau alkohol yang sangat kuat.
Sifa mengerutkan kening, hingga pria itu berdiri di depannya dan menutupi cahaya lampu mobil.
Sifa perlahan menurunkan tangannya dan melihat wajah pria itu dengan jelas.
Ketika Sifa melihat kalau itu adalah Hendi, dia cukup terkejut, "Hendi, kenapa kamu ada di sini?"
Tanya Sifa bingung.
Ekspresi wajah Hendi sedikit tidak bisa dilihat jelas. Dia berjalan perlahan ke samping Sifa dan berkata dengan tenang, “Seseorang mengatakan kepadaku, jika merindukan seseorang, maka harusnya langsung pergi menemuinya.”
Novel Terkait
Unlimited Love
Ester GohAwesome Husband
EdisonThe Winner Of Your Heart
ShintaPejuang Hati
Marry SuAdore You
ElinaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka