Marriage Journey - Bab 130 Membentuk Tim Proyek
Sifa berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakannya, tidak ada niat untuk memedulikan hal-hal lain.
Sore harinya, Decky sengaja menyuruh Linda untuk mengadakan rapat karyawan. Banyak karyawan perusahaan berkumpul di ruang rapat. Ruang rapat yang luas pun penuh dengan orang.
Setelah semua orang hadir, Linda naik ke atas panggung dan berkata kepada semua hadirin dengan temperamen dingin seperti biasanya.
"Rapat karyawan yang diadakan kali ini bertujuan untuk mengumumkan dua hal."
Linda langsung menuju ke inti secara lugas, tidak berbasa-basi.
"Tidak ada seorang pun yang memiliki kemampuan untuk melanjutkan proyek di Apartemen Belleza Grande yang ditangguhkan itu."
“Tapi semuanya tentu tahu bahwa menunda begitu saja tidak baik untuk perusahaan. Sekarang Direktur Leng sudah tidak sabar lagi. Ia menyerahkan proyek ini kepada asistennya, Sifa. Selanjutnya aku akan membantu Asisten Sifa menunjuk beberapa orang untuk bekerja sama dalam proyek ini."
Setelah Linda selesai berbicara, semua orang menarik nafas dalam-dalam. Sifa duduk di baris pertama dengan kepala terangkat. Dalam sekejap, pandangan semua orang tertuju pada Sifa.
Linda yang berdiri di atas panggung melanjutkan "Jika proyek ini terselesaikan, Direktur Leng akan memberikan bonus. Kali ini Asisten Sifa adalah penanggung jawab utama. Apakah ada yang mau bergabung?"
Pandangan Linda menyapu para hadirin. Semua karyawan menatap Sifa dengan erat. Waktu bergabungnya Sifa ke perusahaan tidak terhitung lama, tapi dia malah bisa mendapatkan proyek dari Direktur Leng.
Namun, proyek ini berada di luar jangkauan banyak orang, bahkan Direktur Leng pun pernah mengunjungi lokasi proyek secara pribadi, tetapi belum bisa diselesaikan juga.
Banyak karyawan veteran bimbang antara gabung dan tidak gabung.
Sifa menyadari keragu-raguan mereka. Dia berdiri dan berjalan menuju panggung dengan hati-hati.
Setelah memandangi sekeliling, dia berkata dengan tegas "Aku tahu kalian semua merasa bahwa proyek ini tidak mungkin bisa diselesaikan, tetapi bagaimanapun tetap harus ada solusi untuk menangani masalah ini. Menyerah sebelum mencoba adalah pilihan yang tidak bijak."
Saat ini, Kak Fey yang barusan bermasalah dengan Sifa berdiri dan berkata kepada Sifa, “Asisten Sifa hanyalah asisten dari Direktur Leng. Proyek ini membutuhkan orang yang berkemampuan profesional. Mereka yang memiliki derajat keahlian lebih tinggi dari kamu bahkan tidak bisa mengatasi permasalahan ini. Apakah kamu yakin kamu bisa mengerjakannya dengan baik?"
Wanita itu masih marah dengan apa yang terjadi pagi ini. Beberapa kata sederhana darinya membuat orang-orang di bawah semakin bimbang.
Sifa tersenyum tipis, berkata dengan santai, “Kamu sendiri juga tahu bahwa orang-orang yang profesional itu bahkan tidak berhasil, bagaimana kamu tahu kalau aku tidak bisa mengerjakannya. Bagaimana kalau aku berhasil? Setidaknya aku mencoba untuk menantangnya.”
Kata-kata Sifa langsung membuat Kak Fey terdiam dan duduk dengan ekspresi muram.
Pada saat ini, terdengar suara wanita yang nyaring "Aku gabung, aku mau daftar, aku percaya padanya!"
Sifa menoleh ke arah suara perempuan itu. Marsha mengangkat kepala yang beraksesoris jepitan rambut berwarna merah, menatap mata Sifa.
Sifa mengangguk pada Marsha, tersenyum penuh arti.
Di tengah keterkejutan semua orang, seorang pria bertampang kurus dan berkacamata mengangkat tangannya, bersuara "Aku mau bergabung juga."
Pria itu tampak gugup. Setelah melihat sekeliling dengan hati-hati, dia menundukkan kepalanya lagi, tapi tidak menurunkan tangannya yang terangkat.
Tawa menggelegar di ruangan. Seorang wanita yang duduk di samping pria itu mencibir "Untuk apa kamu bergabung, apakah kamu punya kemampuan?"
Pria itu seketika tersipu. Sifa berjalan mendekat dan memandang pria itu. Pria itu memakai kartu kerja yang bertuliskan " Luis " di atasnya.
Sifa tersenyum dan berkata pada Luis "Terima kasih, apakah namamu Luis?"
Luis perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat Sifa, lalu mengangguk.
Selanjutnya, seorang pria agak botak yang tampak berusia empat puluhan berdiri "Aku mau gabung juga, kenapa kesempatan bagus seperti ini harus disia-siakan."
Pria itu tampak mantap dan dewasa. Sifa menatap matanya, menemukan cahaya berbinar-binar dari matanya. Pria ini sangat ambisius.
Hanya sekilas pandangan, Sifa sudah mengetahuinya.
Orang lain saling memandang. Proyek ini tidak mungkin bisa diselesaikan. Ada begitu banyak orang yang pernah menanganinya, tapi mereka semua telah menyerah.
Proyek ini tidak menampakkan sedikitpun peluang berhasil. Mereka semua rela menjadi manusia biasa, tidak mau mengarungi air berlumpur ini.
Melihat bahwa setiap orang acuh tak acuh. Linda berkata kepada semua orang "Baiklah, kalian berempat membentuk kelompok kecil. Kalian bisa mengerjakan proyek ini mulai besok."
Setelah berbicara, Linda berjalan ke aula dengan tangan memeluk dokumen-dokumen.
Ruangan langsung meledak dalam sekejap, semua mata tertuju pada Sifa dan orang lain yang telah bergabung.
Sifa tidak berekspresi. Setelah sekilas memandangi mereka, dia langsung mengabaikan mereka.
Beberapa orang di aula sudah bubar, beberapa orang masih berdiri di tempat untuk mendiskusikan masalah tersebut.
Seorang wanita berpakaian cantik berdiri bersama Kak Fey, mencibir Sifa dengan keras "Aduh, entah trik apa yang digunakannya untuk merayu Direktur Leng sehingga berhasil mendapatkan proyek ini. Tapi dia lupa menimbang seperti apa kemampuan dirinya. Benar-benar lucu."
Kak Fey tertawa, memandang Sifa sambil menambahkan "Benar, barang murahan yang tidak tahu diri!"
Marsha memiliki temperamen yang galak. Sebelum Sifa sempat berbicara, Marsha sudah berjalan mendekat dan melihat Kak Fey dan wanita itu dengan diiringi senyuman bak pisau tajam.
"Kalian semua barang-barang bagus. Satunya diselingkuhi, satunya ditinggalkan. Sepertinya kami benar-benar tidak bisa dibandingkan dengan kalian!"
Begitu kata-kata Marsha dilontarkan, raut muka kedua wanita itu sontak berubah. Wajah Kak Fey langsung memuram "Kamu! Dasar murahan. Kalau kamu berani merayu suamiku lagi, aku bakal membunuhmu!"
Marsha memasang ekspresi terkejut "Aduh, galak apaan. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Bagaimanapun juga, uang suamimu yang disimpan di luar dihabiskan amat banyak untuk aku."
Selesai berbicara, Marsha berjalan ke sisi Sifa, berkedip dengan nakal padanya.
Wanita dengan riasan tebal berdiri di sana dengan tangan terkepal erat, memelototi Marsha dan Sifa.
Marsha mengerutkan bibir, berkata kepada wanita itu "Lihat apaan. Walau kamu terus-menerus melihat aku, kamu juga tidak akan menjadi seperti aku yang bisa mempertahankan hati seorang pria sehingga kamu tidak perlu berlutut dan memohon agar pria tidak meninggalkanmu."
Kerumunan sontak meledak begitu mendengar perkataan Marsha. Banyak orang memandang wanita itu dan mulai bergosip
"Aku sudah bilang, dia bukan orang yang baik, lihat dari penampilannya saja sudah tahu..."
Orang-orang di kerumunan berdiskusi dengan suara rendah. Tapi suara mereka tetap merambat ke telinga wanita itu.
Kak Fey melangkah maju, berkata pada wanita itu " Rere, ayo kita pergi dulu. Sekarang bukan waktu yang tepat bagi kita untuk bertengkar dengan mereka."
Kak Fey menahan amarahnya yang nyaris meledak. Rere sekilas melihat Kak Fey, lalu melihat ke orang-orang yang menggosipkan dirinya. Dia membentak dengan marah "Tunggu, tunggu saja kalian!"
Kak Fey dan Rere pergi, orang-orang lainnya juga bubar.
Sifa berbalik, mengulurkan tangan dan mencubit wajah Marsha dengan lembut "Dasar kamu ini, saat berbicara, kamu sama sekali tidak memberikan jalan keluar untuk orang lain. Hati-hati mereka akan menghajar kamu."
Marsha terkekeh, tersenyum pada Sifa "Apa yang aku takuti? Aku pernah mengalami apapun sebelumnya. Aku tidak pernah takut."
Marsha mengulurkan tangan untuk memeluk pinggang Sifa, tiba-tiba menyentuh perutnya yang membuncit. Dia menatap Sifa dengan kaget "Cepat sekali pertumbuhannya."
Sifa mengangguk, tidak berbicara.
Pria berkacamata yang berdiri di samping itu melangkah maju, berkata dengan malu-malu "Uhm... Asisten Sifa, aku turun untuk bersiap-siap dulu."
Sifa mengangguk pada Luis "Pergilah, besok kita akan mulai sibuk."
Luis mengangkat kepala untuk menatap Sifa, lalu buru-buru menundukkan kepala dan berjalan keluar dengan panik.
Sifa tersenyum saat melihat sosok Luis yang pergi dengan panik. Sekarang tidak banyak pria yang begitu pemalu.
Domi melangkah maju, menuliskan nomor teleponnya di atas kertas, memberikannya kepada Sifa "Asisten Sifa, ini nomor teleponku. Kalau ada urusan, telepon aku saja. Aku pergi dulu."
Domi berbeda dengan Marsha dan Luis. Dia terlihat lebih berpengalaman.
Sifa mengangguk dan mengambil catatan itu. Domi mengangguk dan naik ke lift.
Sifa dan Marsha juga berjalan menuju lift. Marsha menatap Sifa, bertanya dengan bingung "Apakah kamu kurang kerjaan, untuk apa kamu mengerjakan proyek ini?"
Sifa mengerutkan bibir, menjelaskan "Bukan, aku hanya mau membuktikan diri kepada orang lain bahwa aku mampu."
Novel Terkait
Si Menantu Buta
DeddyVillain's Giving Up
Axe AshciellyMr. Ceo's Woman
Rebecca WangKing Of Red Sea
Hideo TakashiLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieMy Secret Love
Fang FangSuami Misterius
LauraMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka