Marriage Journey - Bab 130 Membentuk Tim Proyek

Sifa berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakannya, tidak ada niat untuk memedulikan hal-hal lain.

Sore harinya, Decky sengaja menyuruh Linda untuk mengadakan rapat karyawan. Banyak karyawan perusahaan berkumpul di ruang rapat. Ruang rapat yang luas pun penuh dengan orang.

Setelah semua orang hadir, Linda naik ke atas panggung dan berkata kepada semua hadirin dengan temperamen dingin seperti biasanya.

"Rapat karyawan yang diadakan kali ini bertujuan untuk mengumumkan dua hal."

Linda langsung menuju ke inti secara lugas, tidak berbasa-basi.

"Tidak ada seorang pun yang memiliki kemampuan untuk melanjutkan proyek di Apartemen Belleza Grande yang ditangguhkan itu."

“Tapi semuanya tentu tahu bahwa menunda begitu saja tidak baik untuk perusahaan. Sekarang Direktur Leng sudah tidak sabar lagi. Ia menyerahkan proyek ini kepada asistennya, Sifa. Selanjutnya aku akan membantu Asisten Sifa menunjuk beberapa orang untuk bekerja sama dalam proyek ini."

Setelah Linda selesai berbicara, semua orang menarik nafas dalam-dalam. Sifa duduk di baris pertama dengan kepala terangkat. Dalam sekejap, pandangan semua orang tertuju pada Sifa.

Linda yang berdiri di atas panggung melanjutkan "Jika proyek ini terselesaikan, Direktur Leng akan memberikan bonus. Kali ini Asisten Sifa adalah penanggung jawab utama. Apakah ada yang mau bergabung?"

Pandangan Linda menyapu para hadirin. Semua karyawan menatap Sifa dengan erat. Waktu bergabungnya Sifa ke perusahaan tidak terhitung lama, tapi dia malah bisa mendapatkan proyek dari Direktur Leng.

Namun, proyek ini berada di luar jangkauan banyak orang, bahkan Direktur Leng pun pernah mengunjungi lokasi proyek secara pribadi, tetapi belum bisa diselesaikan juga.

Banyak karyawan veteran bimbang antara gabung dan tidak gabung.

Sifa menyadari keragu-raguan mereka. Dia berdiri dan berjalan menuju panggung dengan hati-hati.

Setelah memandangi sekeliling, dia berkata dengan tegas "Aku tahu kalian semua merasa bahwa proyek ini tidak mungkin bisa diselesaikan, tetapi bagaimanapun tetap harus ada solusi untuk menangani masalah ini. Menyerah sebelum mencoba adalah pilihan yang tidak bijak."

Saat ini, Kak Fey yang barusan bermasalah dengan Sifa berdiri dan berkata kepada Sifa, “Asisten Sifa hanyalah asisten dari Direktur Leng. Proyek ini membutuhkan orang yang berkemampuan profesional. Mereka yang memiliki derajat keahlian lebih tinggi dari kamu bahkan tidak bisa mengatasi permasalahan ini. Apakah kamu yakin kamu bisa mengerjakannya dengan baik?"

Wanita itu masih marah dengan apa yang terjadi pagi ini. Beberapa kata sederhana darinya membuat orang-orang di bawah semakin bimbang.

Sifa tersenyum tipis, berkata dengan santai, “Kamu sendiri juga tahu bahwa orang-orang yang profesional itu bahkan tidak berhasil, bagaimana kamu tahu kalau aku tidak bisa mengerjakannya. Bagaimana kalau aku berhasil? Setidaknya aku mencoba untuk menantangnya.”

Kata-kata Sifa langsung membuat Kak Fey terdiam dan duduk dengan ekspresi muram.

Pada saat ini, terdengar suara wanita yang nyaring "Aku gabung, aku mau daftar, aku percaya padanya!"

Sifa menoleh ke arah suara perempuan itu. Marsha mengangkat kepala yang beraksesoris jepitan rambut berwarna merah, menatap mata Sifa.

Sifa mengangguk pada Marsha, tersenyum penuh arti.

Di tengah keterkejutan semua orang, seorang pria bertampang kurus dan berkacamata mengangkat tangannya, bersuara "Aku mau bergabung juga."

Pria itu tampak gugup. Setelah melihat sekeliling dengan hati-hati, dia menundukkan kepalanya lagi, tapi tidak menurunkan tangannya yang terangkat.

Tawa menggelegar di ruangan. Seorang wanita yang duduk di samping pria itu mencibir "Untuk apa kamu bergabung, apakah kamu punya kemampuan?"

Pria itu seketika tersipu. Sifa berjalan mendekat dan memandang pria itu. Pria itu memakai kartu kerja yang bertuliskan " Luis " di atasnya.

Sifa tersenyum dan berkata pada Luis "Terima kasih, apakah namamu Luis?"

Luis perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat Sifa, lalu mengangguk.

Selanjutnya, seorang pria agak botak yang tampak berusia empat puluhan berdiri "Aku mau gabung juga, kenapa kesempatan bagus seperti ini harus disia-siakan."

Pria itu tampak mantap dan dewasa. Sifa menatap matanya, menemukan cahaya berbinar-binar dari matanya. Pria ini sangat ambisius.

Hanya sekilas pandangan, Sifa sudah mengetahuinya.

Orang lain saling memandang. Proyek ini tidak mungkin bisa diselesaikan. Ada begitu banyak orang yang pernah menanganinya, tapi mereka semua telah menyerah.

Proyek ini tidak menampakkan sedikitpun peluang berhasil. Mereka semua rela menjadi manusia biasa, tidak mau mengarungi air berlumpur ini.

Melihat bahwa setiap orang acuh tak acuh. Linda berkata kepada semua orang "Baiklah, kalian berempat membentuk kelompok kecil. Kalian bisa mengerjakan proyek ini mulai besok."

Setelah berbicara, Linda berjalan ke aula dengan tangan memeluk dokumen-dokumen.

Ruangan langsung meledak dalam sekejap, semua mata tertuju pada Sifa dan orang lain yang telah bergabung.

Sifa tidak berekspresi. Setelah sekilas memandangi mereka, dia langsung mengabaikan mereka.

Beberapa orang di aula sudah bubar, beberapa orang masih berdiri di tempat untuk mendiskusikan masalah tersebut.

Seorang wanita berpakaian cantik berdiri bersama Kak Fey, mencibir Sifa dengan keras "Aduh, entah trik apa yang digunakannya untuk merayu Direktur Leng sehingga berhasil mendapatkan proyek ini. Tapi dia lupa menimbang seperti apa kemampuan dirinya. Benar-benar lucu."

Kak Fey tertawa, memandang Sifa sambil menambahkan "Benar, barang murahan yang tidak tahu diri!"

Marsha memiliki temperamen yang galak. Sebelum Sifa sempat berbicara, Marsha sudah berjalan mendekat dan melihat Kak Fey dan wanita itu dengan diiringi senyuman bak pisau tajam.

"Kalian semua barang-barang bagus. Satunya diselingkuhi, satunya ditinggalkan. Sepertinya kami benar-benar tidak bisa dibandingkan dengan kalian!"

Begitu kata-kata Marsha dilontarkan, raut muka kedua wanita itu sontak berubah. Wajah Kak Fey langsung memuram "Kamu! Dasar murahan. Kalau kamu berani merayu suamiku lagi, aku bakal membunuhmu!"

Marsha memasang ekspresi terkejut "Aduh, galak apaan. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Bagaimanapun juga, uang suamimu yang disimpan di luar dihabiskan amat banyak untuk aku."

Selesai berbicara, Marsha berjalan ke sisi Sifa, berkedip dengan nakal padanya.

Wanita dengan riasan tebal berdiri di sana dengan tangan terkepal erat, memelototi Marsha dan Sifa.

Marsha mengerutkan bibir, berkata kepada wanita itu "Lihat apaan. Walau kamu terus-menerus melihat aku, kamu juga tidak akan menjadi seperti aku yang bisa mempertahankan hati seorang pria sehingga kamu tidak perlu berlutut dan memohon agar pria tidak meninggalkanmu."

Kerumunan sontak meledak begitu mendengar perkataan Marsha. Banyak orang memandang wanita itu dan mulai bergosip

"Aku sudah bilang, dia bukan orang yang baik, lihat dari penampilannya saja sudah tahu..."

Orang-orang di kerumunan berdiskusi dengan suara rendah. Tapi suara mereka tetap merambat ke telinga wanita itu.

Kak Fey melangkah maju, berkata pada wanita itu " Rere, ayo kita pergi dulu. Sekarang bukan waktu yang tepat bagi kita untuk bertengkar dengan mereka."

Kak Fey menahan amarahnya yang nyaris meledak. Rere sekilas melihat Kak Fey, lalu melihat ke orang-orang yang menggosipkan dirinya. Dia membentak dengan marah "Tunggu, tunggu saja kalian!"

Kak Fey dan Rere pergi, orang-orang lainnya juga bubar.

Sifa berbalik, mengulurkan tangan dan mencubit wajah Marsha dengan lembut "Dasar kamu ini, saat berbicara, kamu sama sekali tidak memberikan jalan keluar untuk orang lain. Hati-hati mereka akan menghajar kamu."

Marsha terkekeh, tersenyum pada Sifa "Apa yang aku takuti? Aku pernah mengalami apapun sebelumnya. Aku tidak pernah takut."

Marsha mengulurkan tangan untuk memeluk pinggang Sifa, tiba-tiba menyentuh perutnya yang membuncit. Dia menatap Sifa dengan kaget "Cepat sekali pertumbuhannya."

Sifa mengangguk, tidak berbicara.

Pria berkacamata yang berdiri di samping itu melangkah maju, berkata dengan malu-malu "Uhm... Asisten Sifa, aku turun untuk bersiap-siap dulu."

Sifa mengangguk pada Luis "Pergilah, besok kita akan mulai sibuk."

Luis mengangkat kepala untuk menatap Sifa, lalu buru-buru menundukkan kepala dan berjalan keluar dengan panik.

Sifa tersenyum saat melihat sosok Luis yang pergi dengan panik. Sekarang tidak banyak pria yang begitu pemalu.

Domi melangkah maju, menuliskan nomor teleponnya di atas kertas, memberikannya kepada Sifa "Asisten Sifa, ini nomor teleponku. Kalau ada urusan, telepon aku saja. Aku pergi dulu."

Domi berbeda dengan Marsha dan Luis. Dia terlihat lebih berpengalaman.

Sifa mengangguk dan mengambil catatan itu. Domi mengangguk dan naik ke lift.

Sifa dan Marsha juga berjalan menuju lift. Marsha menatap Sifa, bertanya dengan bingung "Apakah kamu kurang kerjaan, untuk apa kamu mengerjakan proyek ini?"

Sifa mengerutkan bibir, menjelaskan "Bukan, aku hanya mau membuktikan diri kepada orang lain bahwa aku mampu."

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu