Marriage Journey - Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?

Decky menatap Sifa dengan matanya yang tampak bersinar terang. Dia mengucapkan sekata demi sekata "Mau menjadi wanita sejatiku?"

Sifa memandangi Decky dengan takjub, cahaya terpancar dari matanya.

Decky bertatapan dengan mata Sifa, seketika terbengong.

Sifa sedikit tergerak. Dia menggerakkan tubuh, tidak tahu apakah yang dikatakan Decky benar atau tidak.

Kalau Decky bermaksud mengolok-oloknya, bukankah dia akan menjadi wanita murahan lagi di mata Decky.

Sifa agak panik, dia menundukkan kepala dan menggigit bibir.

Decky mengangkat dagu Sifa dengan lembut, memaksa Sifa menghadapi dirinya.

“Kasih tahu aku, apakah kamu mau menjadi wanitaku?” Suara Decky sangat menggoda, dia berhasil meragukan pikiran Sifa.

Dari awal sampai saat ini, Sifa selalu mencintai Decky. Entah sudah berapa kali dia membayangkan dirinya bisa menjadi wanita Decky.

“Mau.” Jawab Sifa dengan teguh, jantungnya berdetak sangat kencang. Sudah lama sekali dia tidak merasakan detak jantung yang begitu muda dan energik, seperti saat pertama kali dia bertemu Decky.

Decky menatap Sifa, tangan yang memegang dagunya menegang. Sifa benar-benar sangat cantik, begitu cantik hingga memabukkan, begitu cantik hingga Decky masih ingin mendekati dia walau tahu kelakuannya ini telah menyakiti wanita kesayangannya.

Sebelumnya, pandangan Mikael dan Laras terhadap Sifa membuat Decky merasa sangat tidak senang. Sifa hanya bisa menjadi miliknya. Sifat posesif di dalam hatinya mengalahkan akal sehatnya.

Decky mencium bibir Sifa, menghisapnya dengan lembut. Lidah yang aktif membuka mulut Sifa, mendominasi setiap inci dari mulut Sifa.

Sifa membuka mulut dengan canggung, menyesuaikan gerakan Decky dengan kesulitan.

Ini adalah ciuman pertama dari Decky yang tidak brutal, melainkan pelan dan lembut.

Air mata Sifa jatuh diam-diam. Entah sudah berapa lama dia mendambakan ciuman seperti ini.

Dia memeluk Decky dengan kedua tangan, telapak tangannya yang kecil terasa hangat.

Decky merasakan kerja sama dari Sifa, api di tubuhnya lekas berkobar.

Dia mengangkat tubuh ringan Sifa dengan kedua tangan, membiarkan Sifa duduk di pangkuannya. Sambil mencium area sensitif Sifa, dia menanggalkan satu-satunya kain penutup yang tersisa di tubuh Sifa. . . . .

Angin malam ini sangat kencang, Mobil terparkir di puncak gunung yang tinggi. Dua tubuh muda yang panas saling menempel. Sifa tidak tahu adegan ini berlangsung berapa lama. Pada akhirnya, setelah raungan pelan dari Decky, dia melemas di tubuh Decky.

Decky sama sekali tidak merasa lelah. Dia menatap Sifa yang telanjang di pelukannya. Rona merah yang menghiasi wajah Sifa membuat Sifa terlihat semakin menawan.

Dia memaksa dirinya untuk menahan emosi yang masih berbuat onar di dalam hati, memakai pakaian dan membuka pintu mobil untuk keluar.

Angin bertiup di puncak gunung. Perbedaan suhu di luar dan di dalam mobil membuat Decky jauh lebih sadar.

Berdiri di puncak gunung, Decky memiliki suasana hati kompleks yang tak terkatakan. Suasana hati itu memenuhi hatinya. Hari ini Sifa benar-benar telah menjadi wanita di hatinya.

Meskipun ini bukan pertama kalinya dia berhubungan intim dengan Sifa, tapi ini adalah pertama kalinya dia mengalami perubahan besar setelah tiga tahun menikah.

Hati Decky sangat kacau. Dia melihat Sifa yang berbaring di kursi belakang, lalu melajukan mobil menuju kota.

Decky membawa Sifa kembali ke vila. Di bawah tatapan Bibi Wu yang kaget, dia menggendong Sifa menuju kamarnya sendiri.

Sifa tidur nyenyak, senyuman tipis menghiasi wajahnya, sepertinya sedang mengalami mimpi indah.

Decky menurunkan Sifa dengan pelan, menutupinya dengan selimut, membelai pipinya dengan lembut.

Decky menggosok mata dengan sedikit letih. Setelah mandi, dia berbaring di samping Sifa. Di sebelah Sifa, dia mencium aroma familiar dari tubuhnya, mendengarkan nafasnya yang ringan, lalu tertidur dengan nyenyak.

Sifa menggerakkan tubuh, dia merasakan ada suatu benda berat menindih jantungnya, membuatnya agak sesak napas.

Dia membuka mata dan menemukan bahwa Decky sedang tidur di sampingnya.

Saat ini, langit sudah berangsur-angsur cerah. Walau lampu tidak dinyalakan, dia bisa melihat wajah Decky dengan jelas.

Decky yang tertidur terlihat lebih menawan, bibir tampak sedikit mengerucut, alis lebih terbuka.

Sifa bergerak, mencoba memindahkan tubuh.

Tangan besar Decky tiba-tiba menegang. Decky memeluk Sifa dan berkata dengan suara rendah "Kalau kamu tidak mau mengulangi apa yang terjadi tadi malam, maka jangan bergerak. . . . ."

Sifa tersipu. Dia yang membelakangi Decky langsung merasakan perlawanan yang datang dari bawah tubuh Decky.

Karena terlalu lelah, Sifa tertidur lagi.

Ketika dia bangun, sisinya sudah kosong. Dia duduk, merasa seluruh tubuhnya seolah hancur berantakan.

Ketika Sifa mengingat apa yang terjadi tadi malam, wajahnya memerah. Begitu memikirkan apa yang terjadi tadi malam, dia dengan malu-malu menutupi wajahnya sambil tersenyum.

Tetapi melihat sisi sebelah yang kosong, dia seketika merasa agak khawatir.

Apakah Decky serius atau hanya bermaksud menggunakannya sebagai alat untuk melampiaskan hasrat nafsu. Dia pergi begitu awal, apakah karena dia tidak mau memberi penjelasan yang terlalu banyak kepada dirinya?

Sifa menenangkan pikiran, berusaha berdiri. Dia baru menyadari bahwa ini bukan kamarnya.

Dekorasi yang sebelumnya ada di kamar Decky sudah disimpan semua. Foto Yuli yang sebelumnya diletakkan di samping ranjang juga sudah tidak ada.

Hati Sifa seketika sangat senang. Apakah Decky benar-benar sudah menerima dirinya?

Entah kenapa, air mata langsung mengalir dan tidak bisa dihentikan.

Sifa berjalan keluar dari kamar dan berjalan menuju kamarnya sendiri. Setelah mandi air panas, dia mengenakan gaun favoritnya dan merias wajah dengan suasana hati yang sangat baik.

Bibi Wu juga menyadari perubahan mendadak yang terjadi pada Sifa. Ketika tuan bangun pada pagi ini, tuan memerintahnya untuk tidak membangunkan Sifa dan menyuruhnya memberi tahu Sifa untuk tidak usah pergi bekerja pada pagi ini.

“Apa yang membuat nona begitu senang?” Bibi Wu tersenyum sambil bertanya pada Sifa.

Sifa menunduk dan memisahkan telur rebus dengan garpu. Matanya dipenuhi cahaya musim semi, wajahnya memerah.

Bibi Wu langsung tertawa "Nona sudah berdamai dengan tuan. Tadi malam, ketika tuan menggendong nona, gerakannya sangat lembut."

Sifa mengangkat kepala dan bertanya dengan penuh semangat "Benarkah?"

Bibi Wu tersenyum lepas "Iya, untuk apa aku berbohong kepadamu. Tuan juga menyuruhku untuk tidak membangunkanmu, menyuruhku memberitahumu untuk tidak usah pergi bekerja pada pagi ini."

Sifa merasakan kepuasan di dalam hati. Decky benar-benar berkata dan melakukan hal seperti ini.

Sifa langsung meletakkan barang-barang di tangan, mengambil tas dan berlari keluar "Bibi Wu, aku keluar dulu."

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu