Marriage Journey - Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya

Jika bukan karena panggilan anak di dalam perutnya, mungkin saja dia tidak akan sanggup membuka matanya lagi !

Setelah memikirkan hal ini, air mata Sifa mengalir dari sudut matanya dengan tanpa sadar.

Hendi melihat air mata yang mengalir dengan perlahan-lahan, dia buru-buru menghapus air mata yang berada di wajah Sifa.

Dalam hatinya ada sejenis perasaan yang tidak dapat digambarkan, Hendi seolah-olah juga dapat mengerti bagaimana perasaan Sifa pada saat ini.

Bagaimanapun Sifa hampir saja menginjak pintu kematian.

Saat ini tandu telah tiba di depan ruang operasi.

“Sudahlah, tuan Shen, kamu hanya boleh menanti di depan pintu, setelah selesai periksa aku akan menghubungimu !”

Seiring dengan penahanan dokter, Hendi juga menghentikan langkahnya.

Dia melepaskan tangan Sifa dengan perlahan-lahan, lalu membiarkan Sifa dibawa ke dalam ruang operasi dengan hati yang tidak tenang.

Hendi terus melangkah kakinya dengan hati yang murung, lalu duduk di atas kursi di koridor.

Hendi diam-diam berdoa di dalam hati, dia berharap pemeriksaan selanjutnya akan membawa kabar positif, meskipun keadaan penyakit Sifa pada saat ini tidak terlalu stabil, namun dia tetap saja tidak ingin mendengar kabar buruk apapun lagi.

Sementara pada saat ini, Decky yang berada di dalam hotel merasa tidak tenang …..

Dia tetap saja tidak mengerti isi pemikiran sendiri, alasan kedatangan dirinya ke Amerika kesannya sudah tidak begitu penting lagi, saat ini hatinya merasa sedikit panik.

Tidak tahu juga bagaimana perkembangan di rumah sakit.

Pada saat Decky sedang merenungkan hal tersebut, asisten Decky kembali menghubungi dirinya.

“Direktur Leng, Sifa sudah lahir di dalam rumah sakit, seorang anak laki-laki, tetapi berdasarkan informasi di rumah sakit, keadaan tubuh Sifa tidak terlalu baik.”

Seiring dengan kata-kata asisten, seluruh pemikiran Decky menjadi kekacauan dan kembali merasa panik.

Meskipun dia telah mengetahui kabar perkembangan Sifa, dan Sifa juga telah melahirkan seorang anak laki-laki untuk dirinya, namun saat ini Decky tetap saja tidak dapat merasakan kesenangan apapun.

Dari bahasa asisten pada barusan, keadaan penyakit Sifa sudah sangat buruk.

Decky menanyakan dirinya sendiri, bukannya ini adalah hasil yang selalu diharapkan dirinya ? Bukannya dia selalu berharap karma buruk menimpa pada wanita ini ?

“Terus bagaimana perkembangan keadaan dia ? Masih ada kemungkinan untuk sembuh ?”

Decky menanyakan lagi mengenai keadaan Sifa kepada asisten.

Dia tidak tahu mengapa dirinya harus konfirmasi lagi.

Dia hanya merasa sepertinya dia sedang mengharapkan kabar buruk tentang Sifa, namun pada sisi lainnya seolah-olah juga perhatian terhadap keadaan Sifa.

Sikap pertentangan seperti ini sudah sering muncul pada tingkah laku dirinya, hatinya seolah-olah ada dua pemikiran bertolak belakang yang sedang berdebat, dia sedikit sulit untuk mengendalikan keinginannya yang ingin berkunjung ke rumah sakit dan menyaksikan kebenaran kabar tersebut.

“Keadaan pastinya aku juga belum jelas, tetapi aku akan menyelidiki secepat mungkin.”

Setelah mendengar jawaban asisten, Decky tidak mengatakan apapun lagi.

Setelah itu dia memutuskan sambungan telepon di ponselnya.

Dalam hatinya mulai merasa kacau balau lagi.

Pada satu sisinya Decky sedang memikirkan Yuli yang masih berada di dalam negeri beserta keadaannya yang memburuk, sementara pada sisi lainnya dia sangat perhatian dengan Sifa yang berada di jarak dekat dengan dirinya.

Dia tidak tahu apakah rasa perhatian seperti ini adalah sejenis kepedulian, meskipun dalam hatinya selalu merasa Sifa adalah wanita yang kejam dan licik.

Decky merasa semakin kacau apabila terus memikirkan masalah tersebut, bahkan perasaan panik di hatinya juga semakin kuat.

Dia berjalan ke balkon dengan perlahan-lahan, kemudian menyalakan sebatang rokok.

Seiring dengan asap rokok yang menebar di pertengahan udara, hati Decky juga kembali tenang dengan perlahan-lahan.

Tiba-tiba ada sebuah keinginan yang terus menghasut Decky.

Dia merasa seolah-olah kakinya ingin melangkah ke arah rumah sakit, setelah selesai menghisap rokok di tangannya, dia mengambil kunci mobil di meja dan langsung berlari ke arah luar hotel.

Pada saat Decky menyalakan mesin mobil, dia mengatakan kepada diri sendiri, meskipun saat ini dia berkunjung ke rumah sakit, namun hanya dikarenakan ingin menyaksikan keadaan wanita kejam itu pada saat ini, dia sama sekali tidak bermaksud untuk perhatian terhadap keadaannya.

Decky merasa dia tidak akan mungkin memiliki niat perhatian terhadap Sifa !

Dia merasa semua nasib Sifa pada saat ini semuanya dikarenakan hasil ulah Sifa sendiri, sama sekali tidak berhubungan dengan dirinya !

Setelah selesai berpikir, Decky langsung menginjak gas dan berkunjung ke arah rumah sakit …..

Sementara pada saat ini, telepon dari asisten kembali berkunjung.

Pada saat dia melihat nomor ponsel yang tertera adalah nomor asistennya, Decky merasa sedikit ragu untuk mengangkatnya.

Tidak tahu juga kabar baik atau buruk yang akan diberitahukan oleh asistennya, namun bagi Decky, kabar baik dan buruk bahkan sudah tidak memiliki standar perbedaannya lagi.

Dikarenakan saat ini hatinya sangat bertentangan, dia sudah tidak tahu apa yang harus diharapkan dirinya.

Namun pada akhirnya Decky tetap saja mengangkat teleponnya.

“Direktur Leng, barusan dapat kabar, tanda vital Sifa pada saat ini tidak terlalu baik, sepertinya sedang menjalankan pemeriksaan, dengarnya sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, mungkin tidak sanggup lama bertahan lagi …..”

Pada akhirnya suara asisten bahkan membawa kesan berhati-hati.

Asisten tidak mengerti bagaimana pengaruh dari kabar tersebut terhadap keinginan hati Decky, sejak awal hingga akhirnya, asisten tetap saja tidak mengerti bagaimana perasaan Decky terhadap Sifa.

Setelah mendengar kata-kata asisten, Decky malahan tidak memberikan respons apapun dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Pada saat ini, mobil yang berkendara di jalan raya juga semakin laju.

Decky tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan dirinya, pada saat mengetahui Sifa yang selalu disiksa dirinya dalam beberapa tahun ini akan meninggal dunia, dalam hatinya memiliki perasaan yang tidak dapat digambarkan.

Perasaan seperti ini membuat Decky merasa tidak nyaman dan tidak tenang.

Padahal apabila terjadi pada dulunya, kabar tersebut akan membawa rasa kegembiraan untuk dirinya.

Namun mengapa saat ini hatinya malah seperti tertusuk oleh sesuatu ?

Perjalanan menuju rumah sakit menjadi semakin memberatkan, roda mobil seolah-olah akan berhenti berputar, namun tetap saja terus berkendara menuju rumah sakit dengan perlahan-lahan.

Dia tidak tahu bagaimana bentuk Sifa yang sedang berbaring di atas kasur pasien.

Dalam hati Decky membayangkan reaksi Sifa yang terkesan lemah dan kasihan, namun sepertinya sudah tidak memiliki rasa benci apapun lagi.

Hendi yang berada di luar pintu tetap saja menanti kabar Sifa dengan hati yang panik.

Dia melihat ada berbagai dokter dan suster yang terus berkunjung masuk ke dalam kamar pemeriksaan. Hendi tidak tahu selanjutnya harus menghadapi kabar seperti apa, namun hatinya tetap saja terus berdoa.

Dia berharap selanjutnya akan ada kabar gembira yang datang kepadanya, dia tidak ingin mendengar kabar buruk apapun lagi tentang Sifa.

Setelah itu Hendi berpikir kembali tentang bayi yang masih berada di pelukan dirinya pada barusan, bayi tersebut adalah harapan satu-satunya yang bagi Sifa untuk terus bertahan hidup.

Pada saat Hendi sedang merenungkan hal ini, ada seorang suster yang sedang memeluk bayi dan datang menghampiri dirinya, sepertinya sudah selesai menjalankan pemeriksaan.

Hendi langsung berdiri dan menghampiri suster tersebut.

“Suster, bagaimana ? Apakah keadaan anak ini baik-baik saja ?”

Suster tersenyum kepada Hendi, dalam senyuman suster tersebut, Hendi mengetahui bahwa keadaan anak tersebut pasti tidak bermasalah.

Dia yakin kalau anak tersebut tidak tertular sel kanker yang berada di tubuh Sifa.

“Puji Tuhan, nasib anak ini memang baik sekali, tubuhnya sama sekali tidak ada sel kanker apapun. Mungkin saja keberanian ibunya yang menyemangati dia, sekarang anak ini sudah selesai menjalankan pemeriksaan, dia adalah seorang bayi yang sehat !”

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu