Marriage Journey - Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
Jika bukan karena panggilan anak di dalam perutnya, mungkin saja dia tidak akan sanggup membuka matanya lagi !
Setelah memikirkan hal ini, air mata Sifa mengalir dari sudut matanya dengan tanpa sadar.
Hendi melihat air mata yang mengalir dengan perlahan-lahan, dia buru-buru menghapus air mata yang berada di wajah Sifa.
Dalam hatinya ada sejenis perasaan yang tidak dapat digambarkan, Hendi seolah-olah juga dapat mengerti bagaimana perasaan Sifa pada saat ini.
Bagaimanapun Sifa hampir saja menginjak pintu kematian.
Saat ini tandu telah tiba di depan ruang operasi.
“Sudahlah, tuan Shen, kamu hanya boleh menanti di depan pintu, setelah selesai periksa aku akan menghubungimu !”
Seiring dengan penahanan dokter, Hendi juga menghentikan langkahnya.
Dia melepaskan tangan Sifa dengan perlahan-lahan, lalu membiarkan Sifa dibawa ke dalam ruang operasi dengan hati yang tidak tenang.
Hendi terus melangkah kakinya dengan hati yang murung, lalu duduk di atas kursi di koridor.
Hendi diam-diam berdoa di dalam hati, dia berharap pemeriksaan selanjutnya akan membawa kabar positif, meskipun keadaan penyakit Sifa pada saat ini tidak terlalu stabil, namun dia tetap saja tidak ingin mendengar kabar buruk apapun lagi.
Sementara pada saat ini, Decky yang berada di dalam hotel merasa tidak tenang …..
Dia tetap saja tidak mengerti isi pemikiran sendiri, alasan kedatangan dirinya ke Amerika kesannya sudah tidak begitu penting lagi, saat ini hatinya merasa sedikit panik.
Tidak tahu juga bagaimana perkembangan di rumah sakit.
Pada saat Decky sedang merenungkan hal tersebut, asisten Decky kembali menghubungi dirinya.
“Direktur Leng, Sifa sudah lahir di dalam rumah sakit, seorang anak laki-laki, tetapi berdasarkan informasi di rumah sakit, keadaan tubuh Sifa tidak terlalu baik.”
Seiring dengan kata-kata asisten, seluruh pemikiran Decky menjadi kekacauan dan kembali merasa panik.
Meskipun dia telah mengetahui kabar perkembangan Sifa, dan Sifa juga telah melahirkan seorang anak laki-laki untuk dirinya, namun saat ini Decky tetap saja tidak dapat merasakan kesenangan apapun.
Dari bahasa asisten pada barusan, keadaan penyakit Sifa sudah sangat buruk.
Decky menanyakan dirinya sendiri, bukannya ini adalah hasil yang selalu diharapkan dirinya ? Bukannya dia selalu berharap karma buruk menimpa pada wanita ini ?
“Terus bagaimana perkembangan keadaan dia ? Masih ada kemungkinan untuk sembuh ?”
Decky menanyakan lagi mengenai keadaan Sifa kepada asisten.
Dia tidak tahu mengapa dirinya harus konfirmasi lagi.
Dia hanya merasa sepertinya dia sedang mengharapkan kabar buruk tentang Sifa, namun pada sisi lainnya seolah-olah juga perhatian terhadap keadaan Sifa.
Sikap pertentangan seperti ini sudah sering muncul pada tingkah laku dirinya, hatinya seolah-olah ada dua pemikiran bertolak belakang yang sedang berdebat, dia sedikit sulit untuk mengendalikan keinginannya yang ingin berkunjung ke rumah sakit dan menyaksikan kebenaran kabar tersebut.
“Keadaan pastinya aku juga belum jelas, tetapi aku akan menyelidiki secepat mungkin.”
Setelah mendengar jawaban asisten, Decky tidak mengatakan apapun lagi.
Setelah itu dia memutuskan sambungan telepon di ponselnya.
Dalam hatinya mulai merasa kacau balau lagi.
Pada satu sisinya Decky sedang memikirkan Yuli yang masih berada di dalam negeri beserta keadaannya yang memburuk, sementara pada sisi lainnya dia sangat perhatian dengan Sifa yang berada di jarak dekat dengan dirinya.
Dia tidak tahu apakah rasa perhatian seperti ini adalah sejenis kepedulian, meskipun dalam hatinya selalu merasa Sifa adalah wanita yang kejam dan licik.
Decky merasa semakin kacau apabila terus memikirkan masalah tersebut, bahkan perasaan panik di hatinya juga semakin kuat.
Dia berjalan ke balkon dengan perlahan-lahan, kemudian menyalakan sebatang rokok.
Seiring dengan asap rokok yang menebar di pertengahan udara, hati Decky juga kembali tenang dengan perlahan-lahan.
Tiba-tiba ada sebuah keinginan yang terus menghasut Decky.
Dia merasa seolah-olah kakinya ingin melangkah ke arah rumah sakit, setelah selesai menghisap rokok di tangannya, dia mengambil kunci mobil di meja dan langsung berlari ke arah luar hotel.
Pada saat Decky menyalakan mesin mobil, dia mengatakan kepada diri sendiri, meskipun saat ini dia berkunjung ke rumah sakit, namun hanya dikarenakan ingin menyaksikan keadaan wanita kejam itu pada saat ini, dia sama sekali tidak bermaksud untuk perhatian terhadap keadaannya.
Decky merasa dia tidak akan mungkin memiliki niat perhatian terhadap Sifa !
Dia merasa semua nasib Sifa pada saat ini semuanya dikarenakan hasil ulah Sifa sendiri, sama sekali tidak berhubungan dengan dirinya !
Setelah selesai berpikir, Decky langsung menginjak gas dan berkunjung ke arah rumah sakit …..
Sementara pada saat ini, telepon dari asisten kembali berkunjung.
Pada saat dia melihat nomor ponsel yang tertera adalah nomor asistennya, Decky merasa sedikit ragu untuk mengangkatnya.
Tidak tahu juga kabar baik atau buruk yang akan diberitahukan oleh asistennya, namun bagi Decky, kabar baik dan buruk bahkan sudah tidak memiliki standar perbedaannya lagi.
Dikarenakan saat ini hatinya sangat bertentangan, dia sudah tidak tahu apa yang harus diharapkan dirinya.
Namun pada akhirnya Decky tetap saja mengangkat teleponnya.
“Direktur Leng, barusan dapat kabar, tanda vital Sifa pada saat ini tidak terlalu baik, sepertinya sedang menjalankan pemeriksaan, dengarnya sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, mungkin tidak sanggup lama bertahan lagi …..”
Pada akhirnya suara asisten bahkan membawa kesan berhati-hati.
Asisten tidak mengerti bagaimana pengaruh dari kabar tersebut terhadap keinginan hati Decky, sejak awal hingga akhirnya, asisten tetap saja tidak mengerti bagaimana perasaan Decky terhadap Sifa.
Setelah mendengar kata-kata asisten, Decky malahan tidak memberikan respons apapun dan langsung memutuskan sambungan telepon.
Pada saat ini, mobil yang berkendara di jalan raya juga semakin laju.
Decky tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan dirinya, pada saat mengetahui Sifa yang selalu disiksa dirinya dalam beberapa tahun ini akan meninggal dunia, dalam hatinya memiliki perasaan yang tidak dapat digambarkan.
Perasaan seperti ini membuat Decky merasa tidak nyaman dan tidak tenang.
Padahal apabila terjadi pada dulunya, kabar tersebut akan membawa rasa kegembiraan untuk dirinya.
Namun mengapa saat ini hatinya malah seperti tertusuk oleh sesuatu ?
Perjalanan menuju rumah sakit menjadi semakin memberatkan, roda mobil seolah-olah akan berhenti berputar, namun tetap saja terus berkendara menuju rumah sakit dengan perlahan-lahan.
Dia tidak tahu bagaimana bentuk Sifa yang sedang berbaring di atas kasur pasien.
Dalam hati Decky membayangkan reaksi Sifa yang terkesan lemah dan kasihan, namun sepertinya sudah tidak memiliki rasa benci apapun lagi.
Hendi yang berada di luar pintu tetap saja menanti kabar Sifa dengan hati yang panik.
Dia melihat ada berbagai dokter dan suster yang terus berkunjung masuk ke dalam kamar pemeriksaan. Hendi tidak tahu selanjutnya harus menghadapi kabar seperti apa, namun hatinya tetap saja terus berdoa.
Dia berharap selanjutnya akan ada kabar gembira yang datang kepadanya, dia tidak ingin mendengar kabar buruk apapun lagi tentang Sifa.
Setelah itu Hendi berpikir kembali tentang bayi yang masih berada di pelukan dirinya pada barusan, bayi tersebut adalah harapan satu-satunya yang bagi Sifa untuk terus bertahan hidup.
Pada saat Hendi sedang merenungkan hal ini, ada seorang suster yang sedang memeluk bayi dan datang menghampiri dirinya, sepertinya sudah selesai menjalankan pemeriksaan.
Hendi langsung berdiri dan menghampiri suster tersebut.
“Suster, bagaimana ? Apakah keadaan anak ini baik-baik saja ?”
Suster tersenyum kepada Hendi, dalam senyuman suster tersebut, Hendi mengetahui bahwa keadaan anak tersebut pasti tidak bermasalah.
Dia yakin kalau anak tersebut tidak tertular sel kanker yang berada di tubuh Sifa.
“Puji Tuhan, nasib anak ini memang baik sekali, tubuhnya sama sekali tidak ada sel kanker apapun. Mungkin saja keberanian ibunya yang menyemangati dia, sekarang anak ini sudah selesai menjalankan pemeriksaan, dia adalah seorang bayi yang sehat !”
Novel Terkait
Baby, You are so cute
Callie WangInventing A Millionaire
EdisonUntouchable Love
Devil BuddyMr Huo’s Sweetpie
EllyaSi Menantu Buta
DeddyMy Lady Boss
GeorgeMy Greget Husband
Dio ZhengMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka