Marriage Journey - Bab 168 Rencana

Tubuh Sifa dibasahi dengan keringat, dia merasa sangat kepanasan dan tidak nyaman, dia menggeserkan dirinya ke arah Laras berada.

Laras melihat Sifa yang sedang menggerakkan tubuhnya dengan wajah memerah.

Meskipun tahu tingkah laku dia sekarang sangat salah, kedua tangan Laras tetap tidak bisa menahan diri dan mengulur ke wajah Sifa.

Sifa terlihat sangat menawan, pipinya memerah dan rambutnya sedikit berantakan, bajunya yang ditarik sana sini dari tadi menampakkan lehernya yang berwarna putih.

Laras sedikit bingung, padahal semua ini hanya rencananya, tetapi waktu menghadapi Sifa yang mempesona, kemampuan mengontrol diri yang selalu dia banggakan langsung runtuh begitu saja.

Laras mengelus wajah Sifa dan Sifa pun mengomel dengan suara lembut: "Panas... sangat panas..."

Sifa mendekati Laras dan mulai menyentuh tubuhnya, hal ini membuat tubuh Laras bereaksi secara refleks.

"Aku sangat panas!" Sifa merasa sangat kacau. Kepalanya terasa pusing dan tangannya mulai menyentuh sana sini dengan cemas.

Sifa naik ke atas tubuh Laras, di bawah cahaya yang redup, penampilan dia saat ini terlihat sangat mempesona.

Dadanya yang bulat menempel di atas dada Laras yang kokoh dan bergesekan sana sini dari waktu ke waktu.

Laras merasa seluruh tubunya kepanasan. Yang makan obat jelas adalah Sifa, tetapi mengapa yang kena efek obatnya itu dirinya?

Laras menatap ke Sifa yang duduk di atas tubuhnya dengan nafas yang sesak.

"Aku ingin..." Sifa berkata dengan suara lembut di telinga Laras.

Garis pertahanan terakhir Laras terkelahkan, dia mengulurkan tangannya dan mencium Sifa.

Laras mencium bibir Sifa dan membuka mulutnya dengan kuat, kemudian mendalami ciumannya.

Sifa mengerutkan alisnya dan mengulurkan tangannya untuk memeluk Laras.

Nafsu di dalam tubuh membuat Sifa sedikit tidak puas dan membalas ciuman Laras dengan tidak sabar.

Laras memejamkan matanya dan mulai menikmati kemanisan ciuman Sifa.

Laras menahan Sifa di bawah tubuhnya, mulai melepaskan kemejanya dengan satu tangan dan menampakkan baju dalamnya yang berwarna hitam.

Sifa merasa tubuhnya sangat tidak nyaman, dia mulai mengikuti ritme Laras dan melepas bajunya sendiri, gerakan dia terlihat sangat inisiatif.

Laras bernafas dengan sesak dan memegang dada Sifa dengan tangannya yang besar sebelum mengelusnya dengan kuat.

Secara tidak sadar, Sifa mulai bersuara dan reaksi itu membuat Laras mulai tidak bisa mengontrol diri.

Laras mengulurkan tangannya dengan cepat dan melepaskan satu-satu gaun yang dipakai Sifa sekarang.

Sifa bekerja sama dengan melepaskan gaunnya, jarinya yang kecil menyentuh dada Laras dengan gerakan yang terlatih dan maksud yang menantang.

Laras tidak bisa menahan diri lagi, dia menarik gaun Sifa dan mulai melepaskan pakaiannya dengan cepat.

Laras memeluk Sifa dengan kuat dan menarik selimutnya, tubuh Sifa yang murni tampak di depan mata Laras begitu saja.

Laras pernah menjumpai lumayan banyak tubuh wanita, tetapi dia sama sekali tidak bisa menahan tantangan dari Sifa kepadanya.

Laras mengelus wajah Sifa dengan nafas yang sesak: "Sifa, apakah aku boleh?"

Sifa terlihat sangat tidak nyaman, sampai seketika dia menjadi tidak bermoral dan menatap Laras dengan tatapan kabur.

Mulut kecil Sifa menggembang dan berbisik dengan suara rendah: "Aku ingin, berikan kepada aku, aku ingin..."

Tangan Sifa yang tidak bisa mengontrol diri mulai memeluk Laras dan menyentuh tubuhnya.

Laras tidak bisa menahan lagi, dia menundukkan kepalanya dan mencium bagian privasi Sifa sebelum mulai menghisapnya secara perlahan. Hal itu membuat Sifa berusara tanpa sadar.

Laras mulai menyentuh seluruh tubuh Sifa dari atas sampai bawah.

Laras mengelus bagian sensitif Sifa dengan gerakan famllier dan mulai mempermainkannya dengan gerakan ringan dan berat.

Sifa melihat Laras dengan tatapan kabur, kesadaran yang mendadak membuat dia berteriak dengan kesusahan.

Mengapa Laras di sini? Kesadaran yang muncul tiba-tiba membuat Sifa mulai membantah.

"Laras... tidak boleh..." Hanya saja, tubuh Sifa sama sekali tidak bisa dikontrol, meskipun dia telah menggigit bibirnya dengan erat, dia tetap bersuara secara refleks.

Laras yang menyadari keanehan Sifa, mengangkat kepalanya dengan tatapan yang penuh nafsu.

Sifa menggerakkan tubuhnya dengan tidak nyaman, tetapi kepanasan di bawah tubuh Laras membuat Sifa tidak bisa menghentikan dirinya dan bergerak ke arah bagian tubuhnya.

Nafsu Laras mencapai puncak, meskipun dia sadar dirinya hanya berpura-pura, meskipun dia tahu Sifa tidak bisa menjadi wanita miliknya, meskipun dia tahu dia tidak boleh begitu.

Dia tetap ingin mendapatkan wanita di depannya ini, sangat ingin...

Laras menundukkan kepalanya dan mencium Sifa, mereka berdua sudah telanjang total sekarang, pada saat seperti ini Laras sangat susah mau mengendalikan diri.

Pada saat itu, sekelompok orang masuk dan sesuai dengan rencana Laras sebelumnya, pintu memang tidak tertutup dan sekelompok wartawan setelah bergegas masuk ke dalam setelah mendapat info.

Tiba-tiba semua kamera mengarah ke Laras dan Sifa yang sedang bermasrahan di atas tempat tidur.

Laras mengerutkan alisnya dengan tidak senang dan duduk dengan tegak untuk menutupi Sifa.

Pada saat ini, efek obat Sifa masih belum mundur dan dia masih terasa sangat pusing.

Para wartawan memegan kemaranya dan terus mengambil foto Sifa dan Laras.

Laras yang ditutupi selimut ingin berdiri dan tiba-tiba perhatian semua wartawan mengalih kepadanya.

Laras bersikap sangat tenang, sama sekali tidak panik.

Sekelompok wartawan pun mulai berisik: "Bukannya ini adalah tuan tertua keluarga An? Di dalam itu ada seorang wanita, siapa dia?"

Semua orang melihat ke Sifa dan Sifa berdiri dengan pusing.

Dai tiba-tiba berdiri dan melihat ke arah para wartawan berada.

Semua wartawan segera mengambil foto Sifa.

Laras mengerutkan alisnya dan melihat kepada para wartawan kemudian berkata dengan nada suara yang berisi peringatan: "Keluar, apakah kalian tahu tempat ini adalah mana?"

Semua orang segera mundur dengan panik dan saling menatap.

Laras memakai baju dan berjalan ke arah para wartawan dengan wajah tidak senang.

Para wartawan hanya bisa menyerah dan mulai keluar secara perlahan.

Hanya saja, mereka tetap mengelilingi di sekitar hotel. Mereka tidak akan melepaskan kesemaptan mendapat berita eksklusif seperti ini.

Laras menarik Sifa dan menatap kepadanya, "Sifa, aku tahu kamu masih belum sadar diri untuk sementara. Tetapi kamu harus fokus sekarang"

Sifa mengangguk dengan wajah yang tampak mengerti dan tampak tidak mengerti.

Sifa mengulurkan tangannya dan memegang tangan Laras: "Aku merasa kesusahan"

Efek samping dari obat seperti ini adalah merasa tidak enak badan, jadi Sifa hanya bisa menahan.

Sifa menggunakan kesadaran yang tersisa untuk memakai baju dan angin dingin dari luar pun menghembus ke dalam.

Angin yang dingin membuat Sifa merasa semakin sadar. Setelah beberapa saat, Sifa sudah sadar diri.

Melihat dirinya yang hanya mengenakan rok tipis dan tubuhnya yang dipenuhi bekas ciuman, Sifa merasa sagnat kaget.

Dia berdiri di tempat dengan tangan yang gemetar, matanya melihat ke Laras: "Laras, apa yang terjadi?"

Ekspresi Sifa tampak sangat tidak bisa percaya.

Laras bisa melihat kesadaran sementara Sifa: "Aku tahu adenokarsinoma berkata apa dengan kamu pun tidak berguna. Aku hanya bisa memberi tahu kamu, kita mengalami masalah, kita"

Ekspresi Laras yang tegas membuat semakin ketakutan, tetapi bisa bagaimana? Hanya bisa menuruti Laras untuk sementara.

Sifa mengangguk dan mengeratkan tinjunya sambil melihat ke Laras dengan ekspresi yang agak takut.

Laras mengulurkan tangannya, ingin menarik Sifa.

Sifa menghindarnya dan memasang ekspresi yang seikit jijik.

Sifa tahu bagaimana masalah ini dimulai. Sepertinya Laras telah merancang semua ini, dia membuat Sifa datang merayakan ulang tahunnya dan memberi dia obat....

Laras yang selalu memiliki kesan orang baik di mata Sifa melakukan hal tidak tahu malu seperti ini.

Sifa tiba-tiba merasa sedikit tidak berdaya dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi Laras.

Sifa berjalan ke arah elevator, Laras yang tidak berbicara hanya mengikuti di belakangnya.

"Meskipun aku tahu kamu memiliki pendapat lain kepada aku sekarang, aku tetap ingin melindungi kamu sekarang"

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu