Marriage Journey - Bab 168 Rencana
Tubuh Sifa dibasahi dengan keringat, dia merasa sangat kepanasan dan tidak nyaman, dia menggeserkan dirinya ke arah Laras berada.
Laras melihat Sifa yang sedang menggerakkan tubuhnya dengan wajah memerah.
Meskipun tahu tingkah laku dia sekarang sangat salah, kedua tangan Laras tetap tidak bisa menahan diri dan mengulur ke wajah Sifa.
Sifa terlihat sangat menawan, pipinya memerah dan rambutnya sedikit berantakan, bajunya yang ditarik sana sini dari tadi menampakkan lehernya yang berwarna putih.
Laras sedikit bingung, padahal semua ini hanya rencananya, tetapi waktu menghadapi Sifa yang mempesona, kemampuan mengontrol diri yang selalu dia banggakan langsung runtuh begitu saja.
Laras mengelus wajah Sifa dan Sifa pun mengomel dengan suara lembut: "Panas... sangat panas..."
Sifa mendekati Laras dan mulai menyentuh tubuhnya, hal ini membuat tubuh Laras bereaksi secara refleks.
"Aku sangat panas!" Sifa merasa sangat kacau. Kepalanya terasa pusing dan tangannya mulai menyentuh sana sini dengan cemas.
Sifa naik ke atas tubuh Laras, di bawah cahaya yang redup, penampilan dia saat ini terlihat sangat mempesona.
Dadanya yang bulat menempel di atas dada Laras yang kokoh dan bergesekan sana sini dari waktu ke waktu.
Laras merasa seluruh tubunya kepanasan. Yang makan obat jelas adalah Sifa, tetapi mengapa yang kena efek obatnya itu dirinya?
Laras menatap ke Sifa yang duduk di atas tubuhnya dengan nafas yang sesak.
"Aku ingin..." Sifa berkata dengan suara lembut di telinga Laras.
Garis pertahanan terakhir Laras terkelahkan, dia mengulurkan tangannya dan mencium Sifa.
Laras mencium bibir Sifa dan membuka mulutnya dengan kuat, kemudian mendalami ciumannya.
Sifa mengerutkan alisnya dan mengulurkan tangannya untuk memeluk Laras.
Nafsu di dalam tubuh membuat Sifa sedikit tidak puas dan membalas ciuman Laras dengan tidak sabar.
Laras memejamkan matanya dan mulai menikmati kemanisan ciuman Sifa.
Laras menahan Sifa di bawah tubuhnya, mulai melepaskan kemejanya dengan satu tangan dan menampakkan baju dalamnya yang berwarna hitam.
Sifa merasa tubuhnya sangat tidak nyaman, dia mulai mengikuti ritme Laras dan melepas bajunya sendiri, gerakan dia terlihat sangat inisiatif.
Laras bernafas dengan sesak dan memegang dada Sifa dengan tangannya yang besar sebelum mengelusnya dengan kuat.
Secara tidak sadar, Sifa mulai bersuara dan reaksi itu membuat Laras mulai tidak bisa mengontrol diri.
Laras mengulurkan tangannya dengan cepat dan melepaskan satu-satu gaun yang dipakai Sifa sekarang.
Sifa bekerja sama dengan melepaskan gaunnya, jarinya yang kecil menyentuh dada Laras dengan gerakan yang terlatih dan maksud yang menantang.
Laras tidak bisa menahan diri lagi, dia menarik gaun Sifa dan mulai melepaskan pakaiannya dengan cepat.
Laras memeluk Sifa dengan kuat dan menarik selimutnya, tubuh Sifa yang murni tampak di depan mata Laras begitu saja.
Laras pernah menjumpai lumayan banyak tubuh wanita, tetapi dia sama sekali tidak bisa menahan tantangan dari Sifa kepadanya.
Laras mengelus wajah Sifa dengan nafas yang sesak: "Sifa, apakah aku boleh?"
Sifa terlihat sangat tidak nyaman, sampai seketika dia menjadi tidak bermoral dan menatap Laras dengan tatapan kabur.
Mulut kecil Sifa menggembang dan berbisik dengan suara rendah: "Aku ingin, berikan kepada aku, aku ingin..."
Tangan Sifa yang tidak bisa mengontrol diri mulai memeluk Laras dan menyentuh tubuhnya.
Laras tidak bisa menahan lagi, dia menundukkan kepalanya dan mencium bagian privasi Sifa sebelum mulai menghisapnya secara perlahan. Hal itu membuat Sifa berusara tanpa sadar.
Laras mulai menyentuh seluruh tubuh Sifa dari atas sampai bawah.
Laras mengelus bagian sensitif Sifa dengan gerakan famllier dan mulai mempermainkannya dengan gerakan ringan dan berat.
Sifa melihat Laras dengan tatapan kabur, kesadaran yang mendadak membuat dia berteriak dengan kesusahan.
Mengapa Laras di sini? Kesadaran yang muncul tiba-tiba membuat Sifa mulai membantah.
"Laras... tidak boleh..." Hanya saja, tubuh Sifa sama sekali tidak bisa dikontrol, meskipun dia telah menggigit bibirnya dengan erat, dia tetap bersuara secara refleks.
Laras yang menyadari keanehan Sifa, mengangkat kepalanya dengan tatapan yang penuh nafsu.
Sifa menggerakkan tubuhnya dengan tidak nyaman, tetapi kepanasan di bawah tubuh Laras membuat Sifa tidak bisa menghentikan dirinya dan bergerak ke arah bagian tubuhnya.
Nafsu Laras mencapai puncak, meskipun dia sadar dirinya hanya berpura-pura, meskipun dia tahu Sifa tidak bisa menjadi wanita miliknya, meskipun dia tahu dia tidak boleh begitu.
Dia tetap ingin mendapatkan wanita di depannya ini, sangat ingin...
Laras menundukkan kepalanya dan mencium Sifa, mereka berdua sudah telanjang total sekarang, pada saat seperti ini Laras sangat susah mau mengendalikan diri.
Pada saat itu, sekelompok orang masuk dan sesuai dengan rencana Laras sebelumnya, pintu memang tidak tertutup dan sekelompok wartawan setelah bergegas masuk ke dalam setelah mendapat info.
Tiba-tiba semua kamera mengarah ke Laras dan Sifa yang sedang bermasrahan di atas tempat tidur.
Laras mengerutkan alisnya dengan tidak senang dan duduk dengan tegak untuk menutupi Sifa.
Pada saat ini, efek obat Sifa masih belum mundur dan dia masih terasa sangat pusing.
Para wartawan memegan kemaranya dan terus mengambil foto Sifa dan Laras.
Laras yang ditutupi selimut ingin berdiri dan tiba-tiba perhatian semua wartawan mengalih kepadanya.
Laras bersikap sangat tenang, sama sekali tidak panik.
Sekelompok wartawan pun mulai berisik: "Bukannya ini adalah tuan tertua keluarga An? Di dalam itu ada seorang wanita, siapa dia?"
Semua orang melihat ke Sifa dan Sifa berdiri dengan pusing.
Dai tiba-tiba berdiri dan melihat ke arah para wartawan berada.
Semua wartawan segera mengambil foto Sifa.
Laras mengerutkan alisnya dan melihat kepada para wartawan kemudian berkata dengan nada suara yang berisi peringatan: "Keluar, apakah kalian tahu tempat ini adalah mana?"
Semua orang segera mundur dengan panik dan saling menatap.
Laras memakai baju dan berjalan ke arah para wartawan dengan wajah tidak senang.
Para wartawan hanya bisa menyerah dan mulai keluar secara perlahan.
Hanya saja, mereka tetap mengelilingi di sekitar hotel. Mereka tidak akan melepaskan kesemaptan mendapat berita eksklusif seperti ini.
Laras menarik Sifa dan menatap kepadanya, "Sifa, aku tahu kamu masih belum sadar diri untuk sementara. Tetapi kamu harus fokus sekarang"
Sifa mengangguk dengan wajah yang tampak mengerti dan tampak tidak mengerti.
Sifa mengulurkan tangannya dan memegang tangan Laras: "Aku merasa kesusahan"
Efek samping dari obat seperti ini adalah merasa tidak enak badan, jadi Sifa hanya bisa menahan.
Sifa menggunakan kesadaran yang tersisa untuk memakai baju dan angin dingin dari luar pun menghembus ke dalam.
Angin yang dingin membuat Sifa merasa semakin sadar. Setelah beberapa saat, Sifa sudah sadar diri.
Melihat dirinya yang hanya mengenakan rok tipis dan tubuhnya yang dipenuhi bekas ciuman, Sifa merasa sagnat kaget.
Dia berdiri di tempat dengan tangan yang gemetar, matanya melihat ke Laras: "Laras, apa yang terjadi?"
Ekspresi Sifa tampak sangat tidak bisa percaya.
Laras bisa melihat kesadaran sementara Sifa: "Aku tahu adenokarsinoma berkata apa dengan kamu pun tidak berguna. Aku hanya bisa memberi tahu kamu, kita mengalami masalah, kita"
Ekspresi Laras yang tegas membuat semakin ketakutan, tetapi bisa bagaimana? Hanya bisa menuruti Laras untuk sementara.
Sifa mengangguk dan mengeratkan tinjunya sambil melihat ke Laras dengan ekspresi yang agak takut.
Laras mengulurkan tangannya, ingin menarik Sifa.
Sifa menghindarnya dan memasang ekspresi yang seikit jijik.
Sifa tahu bagaimana masalah ini dimulai. Sepertinya Laras telah merancang semua ini, dia membuat Sifa datang merayakan ulang tahunnya dan memberi dia obat....
Laras yang selalu memiliki kesan orang baik di mata Sifa melakukan hal tidak tahu malu seperti ini.
Sifa tiba-tiba merasa sedikit tidak berdaya dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi Laras.
Sifa berjalan ke arah elevator, Laras yang tidak berbicara hanya mengikuti di belakangnya.
"Meskipun aku tahu kamu memiliki pendapat lain kepada aku sekarang, aku tetap ingin melindungi kamu sekarang"
Novel Terkait
The Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensMenaklukkan Suami CEO
Red MapleEverything i know about love
Shinta CharityBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesSi Menantu Buta
DeddyNikah Tanpa Cinta
Laura WangTen Years
VivianMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka