Marriage Journey - Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
Sifa terbangun dalam keadaan linglung, dia membuka matanya, melihat langit-langit putih dan bau disinfektan memenuhi hidungnya.
Decky sedikit cemberut, Sifa melihat Decky duduk di sampingnya dan sedikit terkejut.
Lalu ketakutan datang menyelimuti, tangannya perlahan mengusap perutnya, perutnya yang berusia empat bulan sudah mulai membuncit.
Decky menyadari ketakutan yang dirasakan Sifa melewati matanya dan mengerutkan kening, apakah wanita ini takut pada dirinya? Atau ada hal lainnya?
Decky terlihat marah, lalu berdiri dan memandang Sifa dengan acuh tak acuh.
“Cepatlah sembuh dan segera pulang.” Setelah berbicara, dia berbalik dan berjalan keluar dari ruangan.
Melihat Decky keluar, Laras membuka pintu dan masuk, dengan ekspresi cemas di wajahnya "Dia belum tahu kan, kamu baik-baik saja?."
Sifa mengangguk, suaranya sedikit serak "Tidak apa-apa, dia belum mengetahuinya."
Laras mengangguk, Hendi membuka pintu saat ini dan berdiri di samping Sifa dan berkata "Sifa, kamu harus mengerti kondisi fisikmu ..."
Sebelum selesai berbicara, Laras memukul pipi Hendi secara langsung dengan tangannya dan Hendi terdorong kearah belakang seketika.
Sifa sangat ketakutan sehingga dia berteriak, Laras mencengkeram kerah Hendi.
Matanya penuh amarah "Tahukah kamu apa yang barusan kamu lakukan?"
Terlihat ada noda darah di sudut mulut Hendi, lalu Hendi berdiri dan menyeka sudut mulutnya dengan acuh tak acuh.
Matanya terlihat tenang "Jadi kamu hanya bisa menyaksikan dia mati dengan perlahan? Kamu menyukainya, bukan? Apakah kamu ingin melihatnya seperti ini?"
Apa yang dikatakan Hendi mengejutkan Laras dan Sifa.
Tangan Laras yang sedang memegang kerah Hendi bergetar, matanya yang marah perlahan memudar.
Sifa juga memandang Hendi dengan tidak percaya, Hendi tidak peduli dengan rasa sakit di sudut mulutnya.
Menatap Laras dan berkata "Setidaknya aku memiliki keberanian untuk mengakui perasaanku, aku tidak mau diam saja dan melihat dia pergi."
Mata Hendi menunjukkan kesedihan dan dia berbalik dan berjongkok di samping tempat tidur Sifa, dengan lembut menarik tangan Sifa "Sifa, ikutlah denganku."
Hendi dengan lembut meletakkan wajahnya di lengan Sifa, matanya sedikit berkaca-kaca.
Laras berdiri terdiam, menundukkan kepalanya dan tidak dapat mengatakan apa-apa, pada saat semuanya terungkap, layaknya pencuri yang baru saja tertangkap basah.
Mata Sifa sedikit merah dan tubuhnya sendiri, dirinya yang paling tahu…
Laras selalu sangat baik pada dirinya, dia tidak pernah menyadari bahwa dia ...
Tiba-tiba mendengar Hendi mengakui perasaannya, dia merasa tidak nyaman seperti hatinya terhadang oleh sesuatu. Bagaimana dia harus berbicara dengan Laras dan bagaimana menghadapi Laras.
Sifa duduk di tempat tidur, menatap Laras, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Laras berbalik, matanya terlihat bingung, pada saat ini dia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Sifa menundukkan kepalanya dalam diam untuk waktu yang lama, akhirnya dia mengangkat kepalanya dan membuka mulutnya untuk berbicara.
Tapi dia disela oleh kata-kata Laras "Apa yang dia katakan itu benar, tapi aku tahu bahwa jika kamu mencintai orang yang salah, kamu harus meninggalkan jalan yang salah itu dan berbalik. Aku mengerti ..."
Laras tahu bahwa Sifa kesulitan menghadapinya dan dia dengan hati-hati menyembunyikan rahasia di dalam hatinya.
Tapi masih terlihat sangat jelas bagaimana perasaan Laras untuknya.
Sifa terdiam.
Laras tersenyum lemah "Sebenarnya, kamu tidak perlu merasa bersalah, aku hanya menyukaimu biasa saja, tapi aku tahu kamu adalah wanita Decky dan perasaan ini akan memudar perlahan nantinya."
"Tapi satu-satunya hal yang ingin aku lakukan sekarang adalah menjagamu."
Laras menatap Sifa dengan tulus dan berkata.
Sifa mengangguk "Maaf, Laras dan terima kasih."
Laras sedikit tidak nyaman dan kemudian mengangguk, menarik bibirnya dan mengeluarkan senyuman enggan.
Suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung. Sifa tidak menjawab kata-kata Hendi, Sifa berpikir sudah jelas bahwa dia telah memberi tahu Hendi.
Sifa merasakan tubuhnya berangsur-angsur mendapatkan kekuatan. Dia perlahan duduk di tepi tempat tidur lalu turun. Hendi dengan hati-hati berjongkok di bawahnya dan mengenakan sepatu untuk Sifa.
Laras membawa mobil dan Decky sudah berada di dalam mobil dari awal, masih mengenakan baju tidurnya, belum sadar sepenuhnya tapi wajahnya menunjukan kekhawatiran.
Decky mengerutkan kening saat dia melihat Laras dan Sifa keluar bersama-sama. Laras sepertinya sangat prihatin tentang hal-hal yang terjadi dengannya dan Sifa baru-baru ini.
Laras menyupiri Decky dan Sifa untuk kembali, setelah malam yang melelahkan, sudah hampir jam empat pagi.
Sifa, selalu terlihat dalam kondisi buruk, dengan wajah kecil yang terlihat tanpa tenaga.
Decky menutup mulutnya dengan erat tanpa berbicara dan mengikuti Sifa sampai ke kamarnya.
Sifa masuk dan ingin menutup pintu kamar, tapi terhalang oleh tangan besar Decky.
Sifa berbalik dan sedikit terkejut, menatap Decky dengan wajah penuh pertanyaan.
Mata Decky mengelak sedikit, tapi dia masih berkata dengan tegas kepada Sifa "Ini rumahku, aku bisa masuk kemanapun aku mau, siapa yang tahu kapan kamu akan pergi lagi."
Sebelum Decky selesai berbicara, Sifa mengangguk, lalu Decky masuk. Dia dengan cepat masuk ke selimut, mengulurkan lengannya dan menepuk ke sisi kanan kasur, memberi isyarat kepada Sifa untuk naik.
Wajah pucat Sifa akhirnya menunjukkan senyuman dan berlari untuk masuk ke selimut itu.
Dengan hati-hati berbaring di samping Decky, kepalanya dengan ringan bertumpu pada lengan Decky.
Karena takut kepalanya yang kecil akan menekan dan membuat sakit lengan Decky, akhirnya kasur yang biasa dia tiduri setiap hari sendirian, sekarang ada lelaki yang selalu dipikirkannya siang dan malam.
Sifa mengangkat kepalanya sedikit dan menatap pria di sampingnya, apakah semua ini nyata?
Napasnya yang pendek sepertinya mengingatkan Sifa bahwa semua ini bukanlah mimpi.
Tubuh Sifa sangat lelah sebelumnya, tetapi saat ini, dia penuh energi. Dia sangat dekat dengan pria di sebelahnya. Perlahan dia menggosok-gosok tangannya dengan lembut untuk merasakan suhu tubuhnya.
Sifa tidak tahu kapan dirinya tertidur dalam keadaan linglung.
Dia merasa ini adalah tidur terpendek yang pernah dia alami malam ini.
Ketika dia bangun keesokan harinya, tempat di samping Sifa kosong. Sifa duduk dengan bingung. Melihat tempat kosong di sampingnya, dia merasa kecewa tanpa bisa dijelaskan.
Tapi saat ini, dia tiba-tiba mendengar suara air mengalir dari kamar mandi di kamar dia.
Suara air tiba-tiba berhenti, lalu pintu kamar mandi terbuka dan Decky hanya mengenakan handuk mandi di pinggangnya yang terlihat goyah.
Decky baru saja selesai mandi dan ruangan langsung terisi hawa panas, serta shower gel berbau harum.
Rambut Decky masih basah, tersebar secara acak di dahinya.
Laki-laki dengan tinggi 1,8m sedang berdiri di depan Sifa.
Sosok gagah Decky tidak diragukan lagi terungkap di depan mata Sifa, perut six pack terpampang, dengan kulit sehat berwarna gandum membuat Decky terlihat sangat menarik.
Novel Terkait
Si Menantu Dokter
Hendy ZhangSuami Misterius
LauraBehind The Lie
Fiona LeeThe Revival of the King
ShintaMy Secret Love
Fang FangEternal Love
Regina WangAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka