Marriage Journey - Bab 170 Meskipun Tidak Percaya

Sifa Shen tidak mau mengangkat kepalanya, karena menggigt terlalu keras, bibirnya sudah mulai memerah.

Laras An segera melangkah ke depan dengan marah untuk menghentikan Decky Leng: "Apa yang sedang kamu lakukan?"

Decky menatap Laras dengan ganas, dia mengulurkan tangannya untuk menarik dasi Laras dan bekas ciuman di leher Laras tampak di depan mata Decky Leng begitu saja seolah-olah dengan maksud pamer.

Decky akhirnya meledak dan langsung memukul wajah Laras: "Apakah kamu tahu dia itu siapa?"

Pada detik selanjutnya, Decky menarik baju yang menutupi kepala Sifa Shen dengan kuat. Wajah Sifa muncul di depan publik dan dia pun teriak dengan terkejut sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

Decky Leng menurunkan tangan Sifa Shen di depan umum dan kamera semua wartawan pun segera mengambil fotonya.

Sifa menundukkan kepalanya, tidak ingin membiarkan Decky melihatnya.

Pada detik melihat wajah Sifa, semua imajinasi yang berada di pikiran Decky tadi langsung menjadi hangus semua.

Decky sangat berharap wanita itu bukan Sifa, dia sangat berharap berita yang dia terima itu berita palsu. Tetapi mengapa? Decky sudah tahu wanita ini adalah Sifa pada saat dia melihat mereka pada pandangan pertama, hanya saja dia tidak ingin percaya....

Tetapi realitas memang begitu, tidak pernah mau sesuai dengan keinginan. Decky mengeratkan pegangannya di tangan Sifa

Decky menatap ke wajah Sifa dan bertanya sambil menggigit giginya: "Beri tahu aku, semua ini bukan keinginan kamu sendiri, mereka yang memaksa kamu"

Tidak tahu mengapa, Decky Leng sangat percaya terhadap Sifa. Dia sedang berusaha mencari tatapan Sifa yang ingin memberi penjelasan.

Tidak tahu mengapa, Sifa merasa dirinya sangat malu dan kalah total di depan Decky.

Sifa Shen mengangkat kepalanya secara perlahan dan melihat ke mata Decky sambil berkata dengan nada suara datar: "Aku tidak tahu...."

Kelompok wartawan berseru dengan suara yang kaget, mereka tidak menyangka, tidak hanya presdir An, tokoh seperti Decky juga terlibat dalam berita ini. Berita ini pasti akan menjadi berita utama besok hari.

Decky tidak mau melepaskan tangan Sifa, dia melihat ke Sifa dengan tatapan yang agak bergetar.

Sifa tiba-tiba merasa sangat ketakutan, dia mengulurkan tangannya dan memegang lengan Decky Lneg, "Bukan begitu, Decky, aku benar-benar tidak tahu apa pun, aku tidak tahu apa yang terjadi..."

Decky mendorong pegangan Sifa dan berputar balik badannya berjalan menuju mobilnya. Laras langsung berjalan kemari dengan sudut bibir yang berdarah.

"Sifa, maaf..." Laras memeluk Sifa dengan erat. Sifa menatap ke Decky yang semakin menjauh dengan tatapan yang menyakitkan dan perasaan yang kekosongan.

Para wartawan segera menghampiri Sifa Shen: "Nona, hubungan kamu dan presdir Leng itu apa? Apakah anda mendapatkan presdir Leng dulu baru pergi menggoda presdir An? Sampai sekarang mereka bermusuhan karena kamu?"

"Nona, hubungan anda dan presdir An itu apa? Apakah kamu mengenal presdir Leng?"

Di tengah keramaian yang kacau, Laras memeluk Sifa yang panik di dalam pelukannya dengan erat.

Sifa menyembunyi dirinya dengan ketakutan, dia tidak tahu apa yang terjadi, tidak tahu apa yang dirinya lakukan dengan Laras, tiba-tiba semuanya menjadi begitu...

Laras An mengendong Sifa ke dalam mobilnya dan meminta supir untuk segera mengemudi. Sementara pada saat ini wartawan lain yang mengetahui informasi ini sudah berkumpul di depan gerbang rumah keluarga An.

Setelah mengetahui hal ini, Laras hanya bisa membawa Sifa ke rumah Gustian.

Melihat Laras membawa Sifa kemari, Gustian sama sekali tidak kaget, sementara Hendi melihat kepada Sifa dengan wajah yang khawatir.

Tubuh Sifa terus bergetar, kondisinya terlihat sangat buruk.

Sifa menghindar Laras, setelah dia turun dari mobil Hendi langsung menghampiri dia dan bertanya: "Sifa, apakah kamu baik-baik saja?"

Pertanyaan Hendi Shen membuat emosional Sifa memuncak, Sifa berjongkok di atas lantai dan mulai menangis: "Hendi, aku tidak tahu apa yang terjadi..."

Ciuman bekas di leher dan lengan Sifa Shen membuat Hendi Shen mengerti situasi saat ini.

Hendi menghampiri Laras An yang sedang berbicara dengan Gustian dan memukulnya: "Kamu berani menyentuh dia, padahal..."

Laras bereaksi dengan segera, sebelum Hendi menyelesaikan kata-katanya, dia sudah menendang Hendi.

Hendi jatuh ke atas lantai dengan ekspresi yang kesakitan, sementara Laras mempertahankan ekspresi datar dengan wajah yang sedikit berdarah dan bengkak.

"Aku mau melakukan apa itu masalah aku, tidak berhubungan dengan kamu. Aku akan tanggung jawab, tetapi aku tidak melakukan apa pun dengan Sifa..."

Waktu mengatakan tentang itu, Laras An tiba-tiba menundukkan kepalanya dan melihat ke Sifa dengan tatapan yang agak panik.

Mendengar kata-kata Laras, Sifa segera bereaksi dan berdiri dengan wajah yang dibasahi air mata.

"Laras, beri tahu aku apa yang terjadi. Apakah kita dijebak oleh orang lain? Kita tidak melakukan apa pun, kamu tidak merencanakan semua ini kan?

Sifa memegang bahu Laras sambil bertanya.

Gustian menghampiri Sifa, ingin menghentikannya, tetapi menghadapi Sifa yang terlihat sangat putus asa, Gustian tidak bisa mengatakan apa pun.

Hendi menghampiri Sifa dan berkata dengan sakit hati: "Sifa, jangan begitu.."

Laras melihat ke Sifa dan berkata dengan jelas: "Iya, semuanya direncakan oleh aku. Kamu sudah tahu aku memiliki niat seperti itu kepada kamu dari kemarin.

Harapan yang baru saja muncul di mata Sifa menjadi hancur begitu saja, dia menggelengkan kepala dengan air mata mengalir: "Tidak... Laras..."

Tubuh Sifa tiba-tiba merasa kekosongan dan kehilangan kesadaraan untuk sesaat.

Waktu Sifa sadar diri lagi, dia tidak tahu waktu sudah berlalu berapa lama, melihat ke dinding langit yang putih, Sifa merasa semua kejadian tadi itu hanya mimpi.

Sifa memakai sandalnya sebelum berjalan keluar, melihat Gustian, Hendi dan Laras An duduk di sofa dengan laptop berada di depan mereka.

Yang sedang diputar adalah berita utama hari ini, presdir An tertangkap membawa pacarnya ke hotel, presdir Leng dari perusahaan Leng ternyata juga terkait dalam hal ini?

Tulisan yang berada di layar membuat Sifa terasa sakit sampai tubuhnya mulai bergetar.

Sifa berlari ke lantai bawah dan Hendi segera berdiri dan memeluknya.

"Sifa, maaf..."

Sifa berputar balik badannya dan melihat ke Hendi dengan wajah yang meragu: "Maaf apa? Kamu tidak bersalah kepada aku"

Sifa terlihat sangat bingung, dia melihat ke Laras dan Gustian yang sedang menundukkan kepala, karena tidak tidur untuk semalaman, mereka terlihat sedikit lesu.

Hendi menoleh ke samping, dia tidak tega mengatakan hal seperti ini.

Gustian tentu saja mengerti personalitas Hendi, waktu menghadapi masalah seperti ini, Hendi tidak akan tega mengatakannya.

Gustian berdiri dan menghampiri Sifa, kemudian menatapnya dan berkata dengan nada suara yakin: "Decky sudah menyuruh orang untuk meminta kami mengantar kamu pulang"

Laras tiba-tiba berdiri dan menghampiri Sifa: "Semuanya adalah salahku, kalau ada apa-apa, aku akan tanggung jawab semuanya"

Laras mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Sifa, tetapi Sifa langsung menghindarnya: "Jangan menyentuh aku!" Sifa berteriak dengan emosional.

Laras menarik tangannya dengan gemetar dan memasang senyuman kaku di wajahnya yang pucat.

Pada saat itu, pengurus rumah tangga tiba-tiba masuk dengan wajah yang panik.

"Tuan muda, tuan muda Leng sudah datang. Dia membawa beberapa orang bersamanya dan sedang menuju ke sini..." Sebelum pengurus rumah tangga selesai berbicara, Decky dan sekelompok orang sudha masuk sampai aula.

Wajah Decky terlihat sangat pucat dan kaku, kondisinya terlihat sangat buruk. Sama seperti Laras, sepertinya dia tidak tidur untuk semalaman.

Melihat wajah Sifa yang dipenuhi air mata, emosinal yang Decky tekan di dalam hatinya tiba-tiba mengalami peningkatan lagi.

Tidak tahu mengapa, waktu melihat berita Sifa dan melihat ciuman bekas di tubuh Sifa dengan matanya sendiri.

Hati Decky terasa sakit seperti ditusuk pisau, dia merasa sesak nafas melihat wanita yang dia cintai tidur bersama pria lain.

Decky berkata dengan dingin: "Aku datang membawa istriku yang resmi"

Kata-kata Decky dipenuhi oleh penghinaan, dia terus menatap ke Laras dan tidak mau melihat ke Sifa sama sekali, seolah-olah Sifa Shen tidak berada di sini.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu