Marriage Journey - Bab 209 Terpancing Emosi
Sifa juga menanggapi perkataan Decky dengan nada yang tidak percaya dan gemetar.
Tetapi pada saat ini Decky berdiri di sana, seolah-olah tidak bisa menahan perasaan benci di hatinya terhadap Sifa.
Saat mendengar Sifa mengucapkan kata-kata ini, seolah-olah Sifa dengan sengaja bersikap peduli terhadap Yuli di depannya, bahkan dengan sengaja berpura-pura menjadi orang baik di depannya, Decky semakin tidak dapat menahan diri lagi.
Decky berjalan ke sisi Sifa dalam dua tiga langkah, menariknya dari sofa, dengan kuat mencengkeram bahunya dengan kedua tangan dan terus mengguncangnya.
"Sifa! Cukup! Jangan berpura-pura menjadi orang baik di sini. Bukankah kamu menantikan semua ini? Apakah kamu menantikan kematian Yuli yang begitu cepat? Maka kamu akan bebas dari bayangannya selamanya, aku katakan padamu, jangan mimpi, aku tidak akan membuatmu merasa buruk dalam hidup ini! "
Saat ini, tubuh Sifa yang diguncang oleh Decky, sedikit tidak terkendali, di depan matanya tampak samar-samar, Sifa bahkan tidak bisa melihat wajah Decky dengan jelas.
Jadi Sifa menggenggam erat lengan Decky yang memegang bahunya.
"Decky ... jangan seperti ini. Anak di perutku tidak akan bisa tahan jika kamu seperti ini, cepat lepaskan aku ... lepaskan ..."
Setelah Sifa berkata seperti itu. Decky tampaknya mengguncang Sifa lebih parah lagi.
Decky memegang bahu Sifa dengan erat, lalu melemparkan Sifa ke sofa.
"Jangan berpura-pura tampak menyedihkan di depanku. Jangan berpikir perkataanmu ini bisa membuatku melepaskanmu begitu saja. Aku katakan padamu, aku tidak akan membuatmu merasa buruk!"
Decky baru saja selesai berbicara, tiba-tiba ada seseorang yang menendangnya ke ujung sofa dengan satu tendangan.
Dan orang ini adalah Hendi!
Terlihat Hendi dengan cepat melemparkan buah di tangannya ke lantai, dan bergegas ke arah sofa.
Hendi perlahan-lahan membantu Sifa berdiri dan membiarkannya bersandar di pelukannya, melihat Sifa yang tampak lemah, berpikir bahwa saat ini situasinya buruk, tubuh Sifa memang tidak bisa menahan lemparan seperti itu.
Tadi, Sifa pasti merasa sangat pusing setelah diguncang oleh orang keji seperti Decky.
Decky yang ditendang ke sofa oleh Hendi, perlahan menopang sofa dan berdiri kembali, meskipun Hendi tidak menendangnya ke lantai. Tapi Decky sekarang menjadi lebih marah!
"Dasar pria biadab, beraninya menendangku!"
Setelah mengatakan ini, Decky hendak berjalan ke arah Hendi dan membalasnya, Decky dihalangi oleh Hendi dengan tangannya.
"Kamu manusia gila, bisakah kamu berhenti membuat masalah, apakah kamu tahu Sifa saat ini akan segera melahirkan?"
Saat Decky mendengar apa yang dikatakan Hendi, Decky sepertinya tidak merasa bahwa dirinya telah melakukan kesalahan!
"Memangnya kenapa kalau akan segera melahirkan? Bukankah itu juga anak haram. Aku tidak akan mengakui bahwa anak ini memiliki hubungan denganku. Aku rasa anak haram ini pasti milikmu."
Saat Hendi mendengarkan kata-kata Decky yang berdiri di samping, hatinya terbakar amarah, Hendi benar-benar ingin memukul Decky dengan keras agar Decky sadar.
Agar pria ini sadar dan perhatikan baik-baik wanita di depannya.
Hendi tahu lebih baik dari siapapun, seberapa besar pengorbanan Sifa kepada Decky, dan pada saat ini, Sifa merasakan kesakitan di perut bagian bawahnya.
Saat ini, Sifa sudah lemah dan tidak bisa berbicara, hanya perlahan menunjukkan jarinya kepada Hendi agar Hendi berjalan ke sisinya.
Saat Hendi melihat ini, Hendi bergegas ke sisi Sifa dengan cemas dan tidak peduli lagi dengan pertengkarannya dengan Decky.
Hendi mendekatkan telinganya ke telinga Sifa, tetapi hanya bisa mendengar Sifa terengah-engah dan tidak berkata apa-apa.
Hendi sedikit cemas di samping.
"Berhentilah berdebat, kalian jangan berdebat lagi, aku sekarang merasa tidak nyaman, bisakah mengantarku ke rumah sakit?"
Kali ini, Hendi akhirnya bisa mendengar apa yang dikatakan Sifa pada dirinya, tetapi saat mendengar kata-kata ini, Hendi merasa semakin cemas.
Hendi segera melingkarkan lengan Sifa di lehernya, lalu menggendongnya, dengan langkahnya yang cepat berlari keluar rumah.
Hendi berlari dan berkata kepada Decky di dalam ruangan: "Jika terjadi sesuatu pada Sifa, aku juga tidak akan melepaskanmu!"
Setelah mengatakan ini, Hendi sudah tidak peduli bagaimana reaksi orang di dalam rumah itu, Hendi mempercepat langkahnya dan berlari menuju mobilnya.
Hendi dengan cepat menempatkan Sifa di posisi sebelah pengemudi dan menurunkan posisi kursi Sifa, lalu menginjak pedal gas dan pergi ke rumah sakit.
Sambil mengemudikan mobil, Hendi melihatnya cemas, Sifa yang tampak sangat lemah di posisi duduk sebelah pengemudi.
Pada saat ini, Hendi melihat Sifa yang sudah berkeringat, Hendi juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi Hendi sekarang sangat panik.
Saat mengemudikan mobil, Hendi terus menenangkan Sifa yang duduk di sebelahnya, berkata, "Sifa, jangan takut, Sifa. Kita akan segera tiba di rumah sakit, dan kamu akan baik-baik saja."
Sifa yang berada di samping dengan rasa sakit yang sudah tak tertahankan. Sifa merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya yang sangat menyakitkan di perut bagian bawahnya. Sifa perlahan mengelus perut bagian bawahnya, berdoa di dalam hatinya, berharap anaknya sendiri baik-baik saja dan tidak terpengaruh dengan masalah tadi.
Sambil melihat Hendi yang sedang mengemudi, Sifa tidak mau mengalihkan perhatian Hendi dan berusaha menahan semua perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh tubuhnya yang sakit, tetapi Sifa masih merasa sekujur tubuhnya kedinginan dan kepalanya penuh keringat.
Mobil itu melesat lebih cepat sekarang, menuju rumah sakit.
Decky masih berdiri di ruang tamu besar saat ini dan tidak ingin pergi. Tidak tahu perasaan seperti apa yang mendorong pemikiran seperti itu di hati Decky. Decky sedikit khawatir tentang Sifa, tetapi dirinya tidak tahu harus berbuat apa dan juga tidak tahu bagaimana mengatakannya.
Sambil memikirkan Sifa seperti ini, Decky sambil memaafkan dirinya sendiri di dalam hati. Dalam hatinya berpikir, meskipun wanita itu mengalami sesuatu yang buruk, itu juga tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Decky merasa wanita ini berhutang budi pada Yuli, Decky memikirkan hal ini sambil mengamati sekeliling ruang tamu, pada dasarnya lukisan-lukisan itu dibingkai dalam bingkai foto.
Decky berpikir dalam hati, lukisan-lukisan ini pasti dilukis oleh Sifa, dan dari lukisan-lukisan ini, Decky bisa melihat lukisan semua ini memeiliki cerita yang menceritakan tentang semua kejadian antara dirinya dengan Sifa.
Decky perlahan melihat ke setiap lukisan, perasaan lain di dalam hatinya muncul kembali, perasaan rumit yang bahkan dirinya sendiri tidak bisa membedakannya.
Decky sedikit khawatir, tentang situasi Hendi dan Sifa berdua di rumah sakit saat ini, tetapi Decky memperingatkan dirinya sendiri lagi di dalam hati, apa hubungannya semua ini dengan dirinya.
Tetapi Decky berpikir bahwa anak di dalam perut Sifa tidak bisa dipisahkan dari dirinya, Decky merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya.
Menghadapi dilema saat ini, Decky tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, Yuli terbaring di ranjang rumah sakit, di sisi lain, Sifa yang tidak tahu bagaimana situasinya saat ini, di satu sisi adalah orang yang dicintainya dan di sisi lain adalah orang yang dibencinya, yang selalu mambawakan penderitaan bagi dirinya.
Hal ini menyebabkan Decky merasa sangat buruk, Decky dengan cepat meninggalkan apartemen Sifa, mengendarai mobilnya, melaju menuju ke hotel.
Meskipun ada perasaan yang mendorongnya untuk pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Sifa sekarang, Decky masih keras kepala dan menekankan perasaan ini ke lubuk hatinya dan kembali ke hotel.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoVillain's Giving Up
Axe Ashcielly1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaUnlimited Love
Ester GohMy Lady Boss
GeorgePredestined
CarlyLelaki Greget
Rudy GoldMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka