Marriage Journey - Bab 252 Bertengkar

Mata Sifa berkaca-kaca, airmata mengalir tidak tertahankan. Dia menepuk pelan punggung anaknya.

“Maaf, ini semua salahku, tidak seharusnya aku kembali, maaf sudah mengganggu kalian.”

Setelah mengatakan ini, Sifa langsung berjalan keluar, menangis tanpa suara, namun sama sekali tidak ada seorang pun yang merasa kasihan padanya.

Ibu Leng, tersenyum dingin sambil melambaikan tangan, duduk diatas sofa sambil menyilangkan kedua kakinya, menatap kepergiannya dengan wajah yang tidak perduli sama sekali.

“Kalau tahu begitu kenapa masih mau kembali? Membuat keluarga kami menjadi begitu kacau, apakah kamu merasa senang?”

Sifa baru berjalan sampai depan pintu, mendengar ucapan ini, langsung menghentikan langkahnya, anak dalam gendongannya baru bangun, perlahan membuka mata dan mengusapnya perlahan.

“Aku minta maaf!”

Sifa mengetatkan bibirnya dan melontarkan ketiga kata itu. Airmata sudah membanjiri wajahnya, menambah pesona di wajah cantik yang mungil itu.

Matanya yang bulat dan besar berkaca-kaca, membuat orang yang melihat merasa iba.

Pintu terbuka dan tertutup dengan cepat, dia berjalan lurus keluar tanpa berniat untuk tetap tinggal lebih lama.

Kakek Leng melihat ini kesal sampai tangannya, lalu membereskan rambutnya dengan tangan, berjalan ke sisi Decky, berkata padanya dengan penuh amarah.

“Kamu lihat keluarga kita sudah membuat dosa apa? Sifa sudah membawa anak pulang, apakah itu bukan darah daging keluarga Leng ? Bagaimana kalian bisa begitu tidak berperasaan?”

Dia menghela nafas panjang, perlahan duduk di sofa dan mulai berpikir dengan serius.

Namun Decky malah bersikap acuh, melihat wanita itu, rasanya dirinya ingin dia segera pergi dan jangan pernah muncul dihadapannya lagi.

Orang yang pernah membuatnya begitu sakit hati, dalam hatinya sekarang hanya tersisa kebencian.

Masalah ini harus diceritakan dari 3 tahun yang lalu. Tiga tahun lalu, Decky masih seorang pemuda yang begitu muda.

Setiap jam 3 sore, dia muncul di lapangan bola tepat waktu. Mengajak beberapa teman untuk bermain bola bersama.

Hari itu masih seperti biasa. Dia meminta supir mengantarnya ke lapangan bola, mengganti pakaiannya dengan baju olah raga yang nyaman.

Postur tubuh Decky tinggi, kurang lebih sekitar 1,8 meter. Meskipun belum genap 20 tahun, namun wajahnya sudah begitu matang dan dewasa.

Alis yang tebal dan pekat, telinga yang besar, hidung yang tinggi, bibir yang mengatup dan menutup memperlihatkan barisan gigi putih yang rapi.

Karena berolahraga rutin jangka panjang, betis Decky sudah membentuk otot yang begitu kuat, dilihat dari belakang, lekuk tubuh punggungnya terlihat begitu sempurna. Decky membawa bola basket, bermain di lapangan dengan cekatan.

Langit baru mulai terang, dia sudah tidak bisa tidur. Teringat siang ini masih ada pertandingan bola, wajahnya terlihat begitu penuh penantian. Dia mengambil ponsel dan mulai mengusapnya, adakah berita yang menarik hari ini?

Tiba-tiba terlihat berita laporan cuaca hari ini, sepertinya siang ini akan turun hujan.

Alis Decky langsung mengerut, namun senyum segera kembali mengembang dibibirnya.

Sejak kapan ramalan cuaca tepat, urusan bermain bola sama sekali tidak boleh tertunda, dia harus bermain dengan baik sampai puas kali ini.

Decky berbaring di ranjang kamar, setelah berguling beberapa kali, seprei ranjang sampai kacau dibuatnya, dia berbaring diatasnya dengan sembarang, tidak berapa lama kemudian dia malah tertidur.

Tokk! Tokk! Tokk! Seiring dengan suara ketukan pintu, mata Decky yang masih sayu terbuka.

“Ngapain, siapa, bangun sepagi ini tidak bisakah membiarkan orang tidur?” Decky perlahan duduk dengan wajah kesal, lalu menggosok matanya dengan keras.

Begitu pintu dibuka, muncul wajah seorang wanita cantik di depan pintu, dia adalah ibu Decky.

Meskipun sudah hampir 50 tahun, namun dia melakukan perawatan yang cukup baik, setiap harinya berdandan dengan cantik. Alisnya yang melengkung, mata yang bulat dan terang, hidung yang mancung, bibir yang tipis dan mungil bagaikan buah cherry.

Dia mengenakan baju cheongsam yang cantik, sulaman bunga diatasnya timbul dipakaian yang dia kenakan, terdapat belahan sampai pangkal paha, memperlihatkan kulitnya yang putih, meskipun sudah berusia 50 tahun, namun bentuk tubuhnya masih begitu ramping, sungguh membuat orang yang melihat merasa begitu iri.

“Teriak apa, ini sudah jam berapa masih belum bangun? Kamu lihat jam, sekarang sudah jam berapa?” Ibu Leng perlahan mengangkat lengannya dan menunjuk kearah Decky.

Decky menundukkan kepala, berusaha membuka lebar matanya, rambutnya berantakan karena tidur, kusut menjadi satu, terlihat begitu lucu.

Ah, Decky menjerit, begitu melihat jam sudah hampir tengah hari.

Decky hanya berdiri disana dan menggaruk kepalanya sambil tersenyum kikuk.

“Sudah, sudah, cepat bangun, kakek masih menunggumu, cepat sisir rambutmu, lihat bagaimana penampilanmu sekarang.”

Ibu Leng tersenyum tipis, meskipun biasanya dia cukup tegas padanya, namun dalam hati penuh dengan perasaan sayang, dia menggeleng, lalu perlahan masuk ke dalam kamarnya, mulai membantunya merapikan.

Tidak butuh waktu lama, seluruh isi kamar sudah berhasil dirapikannya. Meskipun dia sudah menjadi nyonya rumah di rumah ini dan hal kecil seperti ini sama sekali tidak perlu dia lakukan.

Decky menguap dan berjalan turun perlahan. Seluruh tangga terlapisi karpet, ketika berjalan diatasnya sama sekali tidak menghasilkan suara sedikit pun.

Kakek sedang duduk diatas sofa, membaca koran dengan santai, ini merupakan kebiasaannya setiap hari, setiap pagi, dia akan menyeruput secangkir teh dan membaca koran, melihat masalah politik yang terjadi setiap harinya.

Hari ini juga sama seperti biasanya, kakek mengenakan kacamata berframe emasnya, duduk disana dengan santai dan mulai membaca koran.

Decky sedang menguap, begitu menoleh langsung melihatnya, dia berjalan turun dengan hati-hati, seolah takut menimbulkan suara dan mengganggu kakeknya.

Decky berjalan ke belakang kakek dengan hening, senyum nakal tersungging diwajahnya, perlahan mengulurkan tangannya dan menutup mata kakeknya.

“Tebak siapa aku?” Decky merendahkan suaranya, jakunnya bergerak perlahan, berkata secara perlahan.

kakek langsung dibuat tertawa olehnya, ini adalah cucu kesayangannya.

“Decky, jangan bercanda lagi, kakek tahu itu kamu, cepat kemari dan temani aku duduk sebentar, mengobrol denganku.”

Kakek perlahan menurunkan tangan Decky, meletakkannya ditelapak tangannya dan menggenggamnya erat.

“Kenapa kek, ada apa mencariku?” Wajah Decky penuh dengan rasa ingin tahu.

Dia masih belum mandi, rambutnya masih mengembang, hanya disisir asal kesamping, terasa lucu saat dilihat.

Kakek merapikan rambutnya dengan sabar, tatapannya penuh dengan kasih sayang, senyum lembut tersungging dibibirnya. Decky menundukkan kepalanya dengan nakal, mulai menggaruk kepalanya.

“Kita berdua sudah lama tidak mengobrol seperti ini, kebetulan hari ini tidak ada urusan, ceritakan pada kakek, akhir-akhir ini bagaimana?”

Terlihat ekspresi ingin tahu diwajah kakek, dia mulai menatap Decky sambil tersenyum penuh ingin tahu. Begitu Decky melihatnya langsung tahu apa yang terjadi, begitu memutar otak langsung terpikirkan sebuah rencana untuk mengerjai kakeknya.

“Kakek, aku tidak enak memberitahumu. Aku tertarik pada seorang wanita, tinggalnya disekitar sini!”

Begitu kakek mendengar ucapan ini, dia langsung menepuk pahanya dengan bersemangat, dia langsung bangkit berdiri sambil bertolak pinggang dan melihat Decky beberapa putaran.

Kali ini Decky dibuat kaget, matanya membelalak dan menatapnya lurus.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu