Marriage Journey - Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
Hendi mengangguk, namun dalam nalurinya telah merasakan kejanggalan.
Hendi tersenyum dan mengalihkan pembicaraannya :"Baiklah, aku mengira kamu terjadi sesuatu pula.”
Laras memperlihatkan sebuah senyuman dengan terpaksa, lalu mengerut bibir dan tidak berbicara.
Hendi bergerak dengan lincah, pada saat Laras masih lengah terhadap dirinya, dia langsung membuka pintu kamar dan beranjak ke dalam.
Dalam seketika itu Laras masih belum menyadari kembali, namun ketika dia telah sadar kembali, Hendi sudah terlanjur masuk ke dalam kamar.
Hendi berdiri di tempat dan menatap Sifa yang berbaring di atas kasur, tatapannya penuh dengan emosional yang tidak dimengerti oleh Laras.
Laras sedikit emosi, dia telah berjanji pada Sifa bahwa dirinya akan menjaga rahasia ini, namun Hendi malahan menerobos ke dalam selagi dirinya tidak waspada terhadapnya.
Laras langsung beranjak ke depan dan menarik kerah baju Hendi, dia melotot Hendi dengan tatapan penuh amarah, dikarenakan ada Sifa yang masih tidur di atas kasur, sehingga Laras menekan nada bicaranya dan berkata dengan penuh amarah :"Kamu keluar juga sekarang, di sini bukan tempatmu, pergi !”
Namun Hendi sama sekali tidak memedulikan kata-kata Laras dan hanya menatap Sifa dengan tatapan bengong, dia bahkan tidak dapat melontarkan kata-kata apapun.
Api amarah yang membara di hati Laras meledak seketika karena Hendi yang tidak menjawab apapun :"Kalau tidak mau keluar, aku pasti akan patahkan kakimu, agar kamu tidak menerobos lagi seperti orang tidak tahu sopan santun.”
Setelah itu dia melayangkan tangan dan ingin meninju Hendi.
Hendi tidak menghindarinya, wajahnya tetap saja sangat pucat. Namun ketika pukulan Laras hampir melekat pada wajah Hendi yang tampan, suara Sifa yang lemah muncul di dalam ruangan :"Laras …”
Tubuh Laras langsung menjadi kaku, dia membalikkan badan dan menatap Sifa dengan reaksi cemas, suaranya juga menjadi lembut :"Kenapa ? Aku di sini.”
Hendi juga mendengar suara Sifa, sehingga buru-buru menghampirinya :"Sifa, kamu sudah sadar ya.”
Sifa membuka matanya dengan perlahan-lahan, kulit bibirnya telah terkelupas karena efek haus.
“Kalian jangan rebut lagi, Hendi juga mengetahui masalah aku.” Sifa berkata dengan suara yang lemah.
Laras melirik Sifa, kemudian mengangguk kepada Hendi, akhirnya berkata dengan nada menghibur :"Aku mengerti.”
Hendi langsung menghampiri dan memeriksa urat nadi Sifa, dia merasa nadi Sifa sangat lemah, hal ini membuat Hendi semakin khawatir, kelihatannya gejalanya sudah mulai memburuk.
Hendi berusaha menenangkan diri dan tersenyum kepada Sifa :"Sifa, sebelumnya kamu menelepon aku, ponselku hilang, jadi aku tidak melihat, maaf ya sekarang baru bisa tiba di sisimu.”
Hendi tidak memberitahukan kepada Sifa bahwa dirinya telah demam, wajahnya tetap saja memperlihatkan senyuman yang lembut.
Sifa juga menampakkan sebuah senyuman pada wajahnya yang pucat :"Tidak apa-apa Hendi, kamu bisa datang sekarang, aku tetap saja sangat senang.”
Hendi mengangguk, dua orang lelaki tersebut duduk di atas kursi, namun dalam hatinya mulai merenungkan permasalahan masing-masing dan menunggu hingga Sifa tidur kembali.
Hendi menatap obat infus yang terus menetes dan berdiri dari kursi, sebenarnya hatinya sangat sengsara, kondisi penyakit Sifa yang terus memburuk sudah melebihi batasan prediksinya.
Tubuh Hendi telah panas bagaikan air mendidih, namun dia sama sekali tidak dapat merasakannya, saat ini hatinya sudah penuh dengan pemikiran.
Laras tiba-tiba berdiri dan beranjak ke hadapan Hendi, lalu berkata pada Hendi dengan wajah tanpa ekspresi :"Kejadian ini hanya kita yang tahu.”
Hendi tentu saja mengerti maksud Laras, dia mengangguk dan berdiri, setelah itu membelakangi Laras dan berkata :"Aku sudah tahu masalah ini sejak dulunya, tetapi penyakitnya sudah semakin parah daripada hasil prediksiku.”
Laras berjalan menghampiri dan berkata pada Hendi dengan nada emosi :"Kalau begitu kenapa kamu tidak mau menyuruh dia menjalankan pengobatan, kamu seorang dokter, ini tanggung jawabmu.”
Hendi menunduk dan tersenyum dengan tidak berdaya : “Iya, kenapa aku begitu bodoh, kenapa tidak menghalangi dia, kenapa membiarkan dia begitu sengsara.”
Laras berdiri di hadapan Hendi, namun tidak dapat berkata apapun.
Beberapa saat kemudian Hendi baru berkata :"Tetapi apakah kamu tahu, dia sudah hamil, sebelumnya dia bahkan tidak ada harapan untuk bertahan hidup, anaknya adalah satu-satunya harapan dia untuk bertahan hidup.”
“Aku mau dia tetap bertahan hidup, tetap dia nekat mau melahirkan anaknya, aku tidak dapat menggoyahkan nekatnya, aku juga tidak dapat menolaknya.”
Hendi menutup wajahnya dengan kedua tangan, air matanya mengalir dari wajahnya, seorang lelaki gagah tetap saja akan menangis bagaikan anak kecil apabila tidak sanggup menahan kesedihannya.
Hati Laras semakin panik ketika mendengar kata-kata Hendi, dia berjalan menghampiri dan menepuk pundak Hendi.
Beberapa saat kemudian Hendi baru meredakan kembali, matanya tetap kemerahan, bekas air mata di wajahnya telah kering.
Hendi kelihatannya sangat pucat, Laras mengerut alis dan menatap Hendi dengan tatapan khawatir : “Tidak apa-apa kan, reaksi wajahmu tidak terlalu baik.”
Hendi menggeleng kepala kepada Laras dan melambaikan tangan :"Tidak apa-apa, aku hanya kurang istirahat.”
Suasana hati Hendi sedikit suram karena permasalahan Sifa, dia menoleh ke arah Sifa dan berkata.
“Aku keluar dulu, aku masih ada sedikit urusan yang belum diselesaikan.”
Hendi tidak menunggu jawaban Laras dan langsung berjalan ke arah luar kamar.
Pada saat Decky pulang ke rumahnya, waktunya telah mendekati jam satu malam, Decky masuk dengan wajah seram, villa yang besar sama sekali tidak ada orang.
Setelah masuk Decky langsung menoleh ke arah kamar Sifa, saat ini kamarnya sedang tertutup erat.
Decky kelihatannya sedikit tidak senang, dirinya masih belum pulang juga dalam waktu yang sudah begitu malam, namun wanita ini sama sekali tidak perhatian padanya.
Decky mengerut alis dan berjalan ke arah kamar sendiri.
Usia kakek sudah semakin bertambah, sehingga juga semakin cerewet, dia cenderung suka turun tangan secara langsung dalam melakukan segala hal.
Kakek memanggil dirinya dikarenakan masalah akuisisi, namun dia telah menekankan kepadanya bahwa agar kakeknya jangan ikut campur dalam masalah ini.
Decky sedikit emosi dan menarik dasi sendiri, dia duduk di dalam kamarnya, meja di atas kamarnya sedang memajang foto Yuli, senyuman Yuli di dalam fotonya terkesan sangat suci.
Decky mengulur tangannya dan mengelus dengan lembut, wajahnya menampakkan sedikit senyuman yang jarang ditemukan.
Yuli, sudah tiga tahun berlalu, kapan kamu bisa kembali ke sisiku ?
Decky terjerumus di dalam kerinduan dirinya terhadap Yuli, sehingga sama sekali tidak menyadari kalau Sifa sedang tidak ada di rumah.
Pada saat Laras datang ke rumah, dia memesan kepada bibi Wu agar jangan memberitahukan hal ini kepada Decky.
Bibi sangat memihak kepada Sifa, sehingga langsung mengangguk dan menyetujuinya.
Decky sudah bangun di pagi buta, dia duduk di dalam ruang tamu dan tunggu hingga waktunya berangkat kerja, namun Sifa tetap saja tidak keluar dari kamarnya.
Decky memperhatikan jam tangannya, wanita ini tidak bermaksud kerja ya ?
Decky memanggil bibi Wu dan bertanya : “Dia masih belum bangun ya ? Kenapa masih belum bangun juga pada waktu seperti ini ?”
Bibi Wu sedikit takut, namun hanya bisa menahan ketakutan dan menjelaskannya dengan penuh keberanian :"Tuan, nyonya sudah keluar pagi tadi, dia sudah keluar ketika tuan masih belum bangun.”
Decky mengerut alis, jadi wanita ini sudah pergi ? Suasana hati Decky semakin seram, bibi Wu yang sadar diri juga langsung meninggalkan tempat.
Novel Terkait
Mbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeGue Jadi Kaya
Faya SaitamaPenyucian Pernikahan
Glen ValoraSi Menantu Dokter
Hendy ZhangTakdir Raja Perang
Brama aditioMenaklukkan Suami CEO
Red MapleMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka