Because You, My CEO - Bab 96 Wanita Membutuhkan Kemandirian (2)

Satu keluarga semua anggota prajurit negara, fondasi kekuatan rumah secara alami tentu saja lebih stabil.

Aku menggelengkan kepala, “Biar saja semua berjalan apa adanya, aku tidak ingin memanfaatkan siapapun, aku hanya ingin diriku bisa berlaku apa adanya pada semua temanku.”

Rizky Shi mengangguk, masih menjelaskan, “Anak perempuan tertua Bo sudah menikah, dan putra bungsunya sibuk di tentara tidak punya niat mengurus perusahaan keluarga, jadi Ester Bo kemungkinan akan menjadi pewaris masa depan keluarga Bo! Aku mengatakan ini padamu bukan untuk menyuruhmu menggunakan pikiran ini untuk mendekatinya, aku hanya ingin mengingatkan kamu, dan memberi tahu orang-orang besar di sekitarmu.”

Aku tidak ingin lagi membahas keluarga Bo, lalu bersamaan membahas hal kecil lainnya lalu pergi meinggalkannya, sebelum pergi meninggalkannya aku mengingatkannya, “Kalau ada waktu pergilah lihat Silvi, dia hamil tidak bisa kemana-mana.”

Aku dengan mengemudi mobil Andre Duan pulang ke rumah, setelah sampai di rumah aku merasa sangat lelah dan tanpa memakan makan malam langsung tertidur.

Beberapa waktu berlalu, aku merasa wajahku sangat gatal, membuka mata dan dengan tidak habis pikir melihat seorang laki-laki mengambil rambutku dan mengelusnya ke wajahku.

Aku mengulurkan tangan dan menghentikan gerakan tangannya, lalu memiringkan wajah melihat ke jendela, hari sudah gelap, dan bertanya, “Jam berapa?”

“Jam 8, lapar tidak?”

Andre Duan mengangkat kepalanya sedikit, aku hanya melihat matanya yang terpancar di bawah cahaya, memancarkan pesona bintang-bintang.

Dia hanya mengenakan kemeja putih, dan kancing emas di sikunya memancarkan cahaya redup, dan di sepanjang kancing ke atas bisa terlihat tulang selangka yang dalam dan tenggorokannya.

Aku mengulurkan tanganku dan mengelus jakunnya, dengan suara ringan berkata, “Andre, keluar Duan sungguh tidak menyukaiku kah?”

Bahkan hingga memaksanya untuk bercerai denganku.

Eskpresi wajah Andre Dua berubah, bertanya,“Kamu tahu apa saja?”

“Raisa bilang keluarga Duan begitu memandang rendahku.” Kata-kata ini sebenarnya tidak ada, tapi saat ini aku hanya bisa menjual nama Raisa Shen.

“Jangan perdulikan dia, dia itu hanya iri dengan cinta kita.” Andre Duan tertawa ringan, “Keluarga Duan saja belum pernah bertemu denganmu, bagaimana bisa tidak suka denganmu? Yang mereka sukai saat ini hanya...Sementara ini ya Raisa.”

Kata-kata Andre Duan benar, yang disukai keluarga Duan adalah seorang wanita yang memenuhi standard keluarga mereka, dan bukan berarti mereka benar-benar membencinya.

Andre Duan dengan lembut berkata, “Permasalahan keluarga Duan ada aku yang mengurusnya, tugasmu saat ini adalah memelihara dengan baik bayi yang ada di dalam kandunganmu, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting itu.”

Dia berhenti sejenak, lalu berkata,“Aku dulu bukannya pernah menjelaskan padamu tentang keluarga Duan, jadi kata-kata Raisa itu jangan dimasukan ke hati, lagipula hari-hari hanya ada kita berdua, jangan hanya karena itu membuatmu pusing dan stres sendiri.”

Andre Duan berusaha memberiku penerangan.

Dan laki-laki sepertinya, dulu juga pernah mengatakan hal seperti ini padaku, tapi pada akhirnya dia masih saja meninggalkannya.

Karena pilihannya, aku kehilangan masa mudaku 5 tahun.

Kalau Rizka Shen dan Alex Song pelaku kejahatannya, maka Andre Duan adalah algojonya!

Dia dan mereka tidak ada bedanya.

Aku mengangkat wajahku dan mencium pipi Andre Duan, “Aku lapar.”

“Nah aku masakkan sesuatu untukmu, mau makan apa?”

Aku mengerjapkan mata bertanya, “Salad buah ada tidak?”

“Ada, aku buatkan untukmu.”

Andre Duan mengecup keningku lalu pergi meninggalkanku, setelah kepergiannya aku merasa kalau diriku sebuah tendon.

Karena aku telah memilih untuk memaafkannya, aku seharusnya tidak berprasangka tentang hal lainnya terhadapnya. Dan di masa depan, aku akan menempuh jalanku sendiri dan menjadi orang yang bisa hidup dengan baik.

Andre Duan duduk di sofa balkon, aku baring di pahanya melihatnya, satu tangannya mengelus kepalaku, satunya lagi menyuapi buah ke mulutku, pemandangan ini begitu damai.

Setelah hampir kenyang aku memeluk pinggangnya, jari-jarinya dengan lembut mengelus dahiku.

Tiba-tiba, suaranya terdengar begitu lembut berkata, “Ada satu hal yang harus aku ingatkan padamu.”

Aku penasaran bertanya, “Apa?”

“Lain kali panggil aku Andre, aku ingat aku sebelumnya telah mengingatkanmu.”

5 tahun yang lalu, aku suka memanggilnya dengan sebutan kakak.

Tapi jarang memanggilnya Andre.

Aku membuka mata dengan agak ragu, “An..Andre.”

Andre Duan tertawa berkata, “Sisca pintar, ayo panggil lagi.”

Tatapan Andre Duan begitu dalam, dia menyingkap rokku, lalu meletakan tangannya di atas perutku dengan lembut mengelusnya, lalu berkata, “Ingat ya 6 bulan kedepan jangan sampai memancingku, aku selama ini tidak pernah bisa mengontrol dan menahan diri.”

Melihat ekspresinya yang sedang menahan diri, aku dengan bercanda berkata, “Di tambah dengan istirahat setelah melahirkan, sepertinya kamu selama 7 bulan tidak bisa merasakan rasa daging segar.”

“Heh, begitu ya?” Tangan Andre Duan dengan cepat meremas dadaku, lalu menarik tanganku menekan bagian bawahnya, berkata, “Aku punya cara untuk menghukummu, jadi jangan sampai berpuas diri dan lupa segalanya.”

Aku terdiam, “...”

Dalam hati tidak tahu harus berkata apalagi.

Laki-laki yang terlihat begitu kotor dan sulit untuk menangkisnya, apalagi Andre Duan yang saat ini mengenakan kemeja putih, aku dalam hati tidak bisa menerimanya tapi di sisi lain merasa begitu tertarik.

Setelah Andre Duan menyuruhku istirahat dia baru akhirnya pergi ke kamar mandi sendiri, aku baring di ranjang membuka mata melihat lampu kristal di atasku.

Hingga pintu kamar mandi terbuka, aku langsung memiringkan wajahku melihatnya, bagian pinggangnya di tutupi handuk putih, bagian atasnya terlihat otot sixpack, rambut hitamnya yang basah, dia menggunakan handuk kecil mengelap rambutnya, lalu bertanya, “Aku menarik tidak?”

Dia bahkan tidak mengangkat wajahnya, tapi menyadari tatapan mataku padanya.