Because You, My CEO - Bab 33 Andre Duan Marah Terhadap Tetangga (2)

“Bukankah hanya masalah uang? Aku baru akan membayarmu setelah selesai menghancurkan semua tanaman di balkonmu,” Andre Duan menyunggingkan bibirnya dengan licik, lalu bertanya, “Atau, aku juga menghancurkan semua isi rumahmu, lalu kamu bilang padaku berapa harga totalnya.”

Menghadapi tatapan dingin Andre Duan, bapak yang galak itu pun berkata dengan terbata-bata, “Kamu...dasar tak tau aturan! Aku akan pergi mencari agen properti!”

Bapak itu pergi. Aku berlari melihat pot-pot yang dipecahkan oleh Andre Duan. Aku berkata dengan nada menyayangkan, “Kamu terlalu berfoya-foya!”

“Terhadap orang yang ramah, minta maaf itu harus, tapi terhadap orang yang

tidak tahu sopan santun dan suka mencari masalah, kau harus lebih tidak sopan daripada dia.”

Andre tersenyum tipis, dia mengulurkan tangan dan menarikku ke dalam pelukannya. Dia membungkukkan badan dan mengusap pipiku dengan wajahnya, lalu mendaratkan ciuman di wajahku. Lembut sekali!

Rasanya sangat hangat, membuatku terlena.

Aku menahan gejolak dalam hatiku, lalu menengadahkan kepala dan tersenyum untuk menutupi perasaanku, “Sebenarnya saat dia memakiku tadi emosiku juga bisa meledak.”

“Hm? Benarkah? Kalau begitu lain kali tunjukkan padaku bagaimana kamu marah. Sejak pertama kali aku mengenalmu sampai sekarang, selalu saja kamu yang di-bully.”

Andre Duan tertawa terbahak-bahak, tangannya memelukku erat, auranya melingkupiku.

Aku membantah, “Aku tidak berjuang untuk di-bully.”

Hanya saja tidak sengaja ter-bully.

Tapi aku tetap gigih melawan!

“Dulu kamu tidak mengacuhkannya, tapi sekarang kamu adalah seorang polisi, apabila kamu tidak dapat melindungi diri sendiri, lebih baik kamu mengundurkan diri saja.”

Dia menyindirku, tapi aku tidak merasa sebal.

Aku melepaskan diri dari pelukannya, lalu menjelaskan sambil tertawa, “Saat aku di tim kasus kriminal berat, aku adalah ‘profesor’ andalan mereka, juga

satu-satunya anggota yang pernah belajar psikologi. Karena pentingnya diriku

itulah, Doni selalu bertanggung jawab melindungiku, aku sama sekali tidak

perlu mengkhawatirkan diri sendiri.”

Tapi untuk sementara ini aku belum bisa kembali ke sana, aku hanya bisa berkutat sebagai staf kantor.

“Hmm, kamu lumayan angkuh juga,” Andre Duan bersandar di balkon sembari

mengeluarkan sebungkus rokok dari kantong, lalu menyalakan sebatang.

Dia menyalakan pemantik api, cahayanya terang, namun di bawah gemerlap

lampu-lampu neon kota ini, cahayanya jadi tampak redup.

Sementara aku hanya melihat... Pria di tengah gemerlap lampu itu.

Pria yang bersinar terang di tengah gemerlap lampu kota.

Aku memandangnya, dia sedang menatap angkasa yang tampak seperti lukisan. Apabila waktu dapat dihentikan saat ini, aku akan sangat bersedia.

Andre Duan menggoyangkan rokoknya, dia bertanya dengan nada datar, “Doni bertanggung jawab untuk melindungimu, lalu apakah dia akan selalu berada di sisimu?”

“Ha?” Sejenak aku tak bisa merespon, kemudian aku menjelaskan dengan jujur, “Doni adalah ahli bela diri di timku. Dulu dia adalah bawahanku, tapi sekarang dia menjadi atasanku.”

“Doni...” Andre mengalihkan pandangannya ke tubuhku, dahinya berkerut, “Aku mengenal seseorang bernama Hendy Chen di Beijing. Aku dengar dia memiliki keponakan bernama Doni Chen, apa itu dia?”

Ternyata Andre mengenal Hendy Chen!

Ekspresinya agak tidak jelas, membuatku tak paham. Aku mengangguk dan

menjelaskan, “Ya, Hendy adalah pamannya Doni. Beliau adalah Wakapolres kami saat ini setelah bulan lalu dipindah tugaskan dari Beijing.”

Andre Duan mendesah panjang, “Ternyata benar, dia datang.”

Saat itu aku tak mengerti maksud Andre Duan.

Selang beberapa lama kemudian, aku baru mengetahui kalau Andre Duan sengaja memancingku, dia ingin mendengar nama Hendy Chen langsung dari mulutku.

Dia tak sabar ingin mengorek informasi tentang sesuatu hal.

Dan saat itu, dia kurang lebih menegaskannya.

Karena barang yang ingin dicari Hendy Chen, adalah barang yang juga sedang dicarinya!

Bapak galak tadi benar-benar mencari agen properti setelah meninggalkan

kami. Mereka datang untuk menghitung kerugian.

Akhirnya mereka menetapkan ganti rugi sebesar 600 ribu rupiah.

Bapak itu marah besar, namun dia tidak mempunyai hak untuk melawan.

Aku pikir, mungkin dia takut pada Andre Duan.

Setelah mengantar mereka, aku merasa sangat lelah lalu pergi mandi. Aku

menanggalkan pakaianku dan mengoleskan krim luka pada tubuhku.

Memar di tubuhkku perlahan telah menghilang, selang beberapa hari seharusnya akan membaik. Aku mengenakan pakaian tidurku. Ketika keluar, aku melihat Andre Duan duduk di tepi ranjang. Aku kaget, lalu bertanya, “Mengapa kamu datang ke kamarku?”

Saat aku mengoleskan krim luka, Andre Duan mengganti pakaiannya dengan jubah mandi. Rambutnya yang hitam legam tampak lembab.

Betapa cepatnya dia mandi?!

“Aku mencarimu untuk tidur.”

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu