Because You, My CEO - Bab 117 Membuat Janji Di Weihai (1)

Tangan Andre Duan seketika terhenti, "Mengapa kamu harus pergi kesana?"

Aku berkata, "Aku hanya ingin melihat-lihat saja, tidak ada maksud lain."

Andre Duan menolehkan kepalanya dan menatapku, dan aku juga menatapnya dengan jujur dan terbuka, setelah keheningan yang lama, akhirnya dia kalah.

Dia berkata, "Baiklah, tapi aku harus ikut pergi menemanimu."

Aku menggelengkan kepala, "Perusahaanmu pasti sibuk dengan permasalahan Keluarga Duan, aku sudah meminta Doni yang menemaniku."

Dia akan melanjutkan tanggung jawab sebagai pemimpin perusahaan Keluarga Duan, akhir-akhir ini dia memang tidak punya waktu, dan dia pun memperingatkan, "Baiklah, besok malam kamu harus ingat untuk pulang ke rumah."

Ini apartemenku dan aku pasti akan pulang!

Aku adalah orang yang tidak bisa menyimpan masalah dan juga tidak akan pergi secara diam-diam di belakangnya, setelah aku kembali ke Beijing dari Kota Weihai, Shandong, aku akan bertanya pada Andre Duan secara jujur dan terbuka, setelah mendapatkan jawaban maka kami akan tetap memiliki hubungan baik meskipun sudah berpisah.

Pada ini hari, aku menelepon Doni Chen, dia awalnya tidak mau menemani aku ke Weihai, tetapi ketika dia mendengar bahwa Ester Bo mengalami cedera di sana, dia pun langsung sibuk memesan tiket pesawat untukku.

Masih terlalu pagi ketika tiba di Kota Weihai, Shandong, setelah aku menelepon Ester Bo, sekitar kurang dari setengah jam kemudian Edi Bo datang menjemput kami.

Seperti saat pertama kali bertemu, dia mengenakan seragam militer, Edi Bo menghentikan mobil, turun dari mobil dan melepas kacamata hitamnya untuk melihatku, matanya yang dingin menyala dengan senyum, “Ester dilarang keluar dari rumah sakit, dia memintaku untuk pergi menjemput kalian.”

Doni Chen bertanya, "Bagaimana dengan cederanya?"

Edi Bo berkata dengan nada suara yang berbeda, "Tidak akan bisa membuat dia mati."

Nada bicara ini terlalu acuh, Doni Chen menunjukka ekspresi cemberut di wajahnya sambil mendengar Edi Bo berkata seperti itu, lalu berkata, "Kali ini, paman akan membiarkannya bebas membuat masalah, jika sedikit lebih buruk lagi, maka dia tidak akan menyembuhkan cederanya di sini."

Doni Chen menghela nafas, "Sifat dia memang seperti ini."

Edi Bo tidak lagi bebricara, ketika tiba di Rumah Sakit Wilayah Militer, Ester Bo memegang tulisan suci Buddha dan menulisnya kembali dengan kuas di depan meja tulis.

Ketika dia melihat aku, dia mengeluh dengan getir, "Ayahku menghukum aku untuk berlatih menulis huruf selama empat jam dalam sehari."

Ketika Edi Bo datang menghampirinya, dia mengulurkan tangan dan mengetuk kepalanya, lalu berkata, "Jika ibu tahu, dia pasti marah karena kamu mempelajari esensinya dengan sangat buruk seperti ini, coba kamu lihat, bukankah seperti kura-kura yang merangkak di atas kertas putih?"

Aku menundukkan kepala dan melihat bahwa tulisan kaligrafi Ester Bo memang sedikit buruk ... yah, sepertinya lebih buruk dari tulisanku, seperti seekor kura-kura yang merangkak di atas kertas putih, goresannya ada yang terlalu dalam, terlalu dangkal, tampak kabur, semua berkumpul menjadi satu.

Ester Bo menjatuhkan kuat dan berkata dengan humor, "Kalau begitu kakak bantu aku untuk menyalinnya saja? Setidaknya empat jam harus menulis 100 lembar kertas besar"

Edi Bo mendengus dengan dingin, kemudian dia pergi meninggalkan kami.

Melihat sosok dia dari belakang, Ester Bo berkata dengan acuh, "Dia tidak sedang di pasukan tentara, dia datang ke sini setiap hari untuk mengganggu aku."

"Dia mengkhawatirkanmu," aku tersenyum.

Aku kemudian bertanya, "Bagaimana dengan cederamu?"

"Aku sudah merawatnya lebih dari seminggu dan sekarang sudah hampir membaik.”

Doni Chen bertanya dengan wajah muram, "Mengapa kamu bisa cedera?"

Ester Bo dengan acuh mengatakan "Melaksanakan tugas di luar, hanya cedera ringan."

Bagi Ester Bo sendiri, luka itu memang ringan, tetapi bagi Doni Chen, dia seperti ingin langsung mengorbankan nyawanya.

Dan dia peduli namun tidak berdaya menghadapi hal ini.

Kelemahan ini adalah kekhawatirannya sendiri yang buta, dan dia tidak tahu gerakan apa yang harus dia gunakan untuk berbicara dengannya.

Kadang-kadang ketika dia ingin peduli, dia menyadari bahwa dia tidak memiliki hak untuk melakukannya, meskipun dia ingin memperingatkannya untuk menjaga dirinya, tetapi dia kehilangan keberanian tersebut.

Bagaimanapun, dia bukan siapa-siapanya dia.

Dia tidak punya posisi untuk mengkhawatirkan dan menanyainya.

Karena itu, setelah penjelasan yang begitu acuh dari Ester Bo, Doni Chen hanya bisa diam, dan dia tidak berbicara banyak lagi.

Entah kenapa aku merasa agak canggung, kebetulan ponselku berdering, aku pun langsung mengambilnya dan melihat nomor Alvin Song.

Aku sedikit bingung, dan pergi dari ruangan tersebut lalu bertanya, "Apakah ada sesuatu?"

"Saat ini kamu di Weihai?"

Nada datar ini membuat tubuhku gemetar, aku menekan lonjakan di hatiku dan bertanya, "Kenapa kamu bisa tahu?"

"Selain kamu, menurutmu siapa lagi yang tahu?"

Siapa lagi? Satu-satunya hanyalah Andre Duan.

Apakah dia bahkan mengatakan hal-hal seperti ini padanya?!

Aku tersenyum dan berkata, "Kenapa? Apakah ada sesuatu?"

Pecundang tidak mau kehilangan momentum.

Rizka Shen berkata dengan samar, "Tunggu aku dua jam lagi, kita bertemu di Weihai, dan pergi melihat di daerah di mana kamu dulu melompat, aku perlu berbicara denganmu mengenai beberapa hal, jangan khawatir, aku berjanji tidak akan menyakitimu."

Aku diam dan dipaksa untuk tenang.

Rizka Shen diam sejenak lalu bertanya, "Apakah kamu berani?"

Saat aku ingin mengatakan ‘ya’, terdengar suara kemarahan dari ujung telepon sana, "Rizka, mengapa kamu mengambil ponselku?"

Telepon ditutup, dan aku merasa bingung.

Rizka Shen tahu bahwa aku telah memasukkan kontaknya ke dalam buku hitam, jadi dia meneleponku dengan nomor Alvin Song, tetapi mengapa dia bisa mengajak bertemu di Weihai?

Apakah dia punya rencana?!

Apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh Rizka Shen?

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu