Because You, My CEO - Bab 194 Felix Fu (2)

Nada suaraku sedikit mengeluh, Andre Duan tertawa dengan suara yang pelan dan menjelaskan, "Aku awalnya bisa masuk karena memiliki hak istimewa, dan kemudian membawamu masuk, ini merupakan penyalahgunaan kekuasaan secara terang-terangan!"

Andre Duan membawaku ke sebuah gedung terpisah, menarikku dengan menaiki tangga tua, dan kemudian melalui koridor panjang.

Akhirnya aku memasuki sebuah ruangan yang tidak besar dan juga tidak kecil.

Di dalam ruangan tersebut sangat bersih dan tidak berdebu sedikit pun, ada nafas kehidupan di ruangan ini, sepertinya ada seseorang yang selalu membersihkan ruangan ini.

Dan di sini ada foto Andre Duan, mengenakan seragam militer yang ditempel di dinding.

Tidak hanya fotonya, tetapi juga foto dua orang lainnya, Andre Duan memperkenalkan yang satu adalah kakeknya dan yang satunya lagi adalah pamannya.

Semua bisa dikenali dengan mengamati wajah mereka.

Andre Duan berkata, "Kakekku sudah lama meninggal, biasanya aku tinggal bersama pamanku di sini, tetapi paman jarang pergi ke tempat ini karena sudah memiliki posisi jabatan yang tinggi, jadi hanya tersisa aku."

Dia menghela nafas dan berkata, "Aku sudah sembilan tahun tidak kembali ke angkatan militer."

Aku bertanya, "Mengapa kamu tidak kembali?"

Andre Duan berkata dengan tegas, "Aku ingin membawamu kembali bersama."

Dia berkata "Tetapi sekarang aku baru memiliki kesempatan membawamu ke sini."

Aku telah berpisah darinya selama sembilan tahun, sangat berliku-liku.

Aku tidak ingin membicarakana topik yang menyedihkan ini lagi, jadi aku melepaskan tangannya, lalu memandangi fotonya dan bertanya "Tuan Duan, berapa usiamu di foto ini?"

Mengenakan seragam hijau, kemeja hijau muda dan dasi dengan sedikit hijau.

Ada tanda pangkat di bahu.

Dan orang di dalam foto ini terlihat sangat muda.

"14 tahun yang lalu, waktu itu aku berumur 20 tahun."

Meskipun Andre Duan berfoto dengan wajah dingin, tangannya dengan santai terbungkus di dalam baju celana, serta tatapan matanya seperti obor.

Aku seperti mendapatkan harta karun melihat foto-foto ini di dinding, dan aku mengambil foto dengan ponselku sebagai kenang-kenangan, Andre Duan tertawa melihatku seperti ini, "Bodoh, ada banyak foto seperti itu di rumah."

Aku terkejut bertanya "Sangat banyak?"

"Ya, semuanya tersimpan di bawah tempat tidur."

Aku bertanya dengan merendah, "Apakah kamu sengaja menyimpannya di bawah tempat tidur?"

Andre Duan terdiam, ia menatapku dengan senyum tipis, aku pun mengusulkan, "Kamu telah membohongiku, kamu harus memenuhi keinginanku."

“Aku ingat keinginanmu.” Andre Duan mengerutkan bibirnya dan bertanya, “Istriku, kamu ingin mendengarku berteriak di tempat tidur, benarkan?”

Aku memang mengatakan itu dua hari lalu.

Tapi aku menggelengkan kepala, "Aku ingin melihatmu mengenakan seragam militer."

Andre Duan seketika tercengang dan berkata, "Kamu belum pernah melihatku mengenakan seragam militer."

Mataku menatapnya dengan tatapan bercahaya, Andre Duan mengulurkan tangan dan melepas dasi di leher dan melemparkannya ke samping, dan melepas kemeja putih.

Ini godaan yang tak terkendali secara terang-terangan!

Andre Duan menanggalkan kemeja putihnya dan memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang ramping, dia berbalik dan pergi ke depan lemari, dia mengulurkan jari-jarinya yang panjang untuk membuka lemari itu dan mengeluarkan satu set pakaian dari dalam.

Dia membawanya di tempat tidur, jas berwarna hijau gelap, kemeja hijau muda, dasi hijau gelap, dan ikat pinggang kulit.

Andre Duan mengenakan satu per satu di depanku, mengikat kancing di pinggangnya, dan mengikat dasinya dengan perlahan.

Dalam proses ia mengenamkan seragam tersebut, matanya menatap lurus ke arahku.

Terlalu menggoda!

Aku tertegun, pikiranku kacau, Andre Duan berdiri tegak, dan mengenakan topi militer yang sangat tinggi.

Dia menatapku dengan sedikit menundukkan kepala, matanya bersinar, bibirnya tersenyum ringan, dan dia memanggilku dengan lembut "Istriku."

Aku tidak tahan untuk menerkam hatinya, tetapi aku berdiri masih menunggu tindakan selanjutnya dari Andre Duan, dan benar saja, dia mengulurkan tangan dan dengan lembut memeluk pinggangku, tangannya menekan kepalaku masuk ke dalam pelukkannya, lalu berkata dengan lembut. "Istriku, apakah aku tampan?"

"Andre sangat ganteng."

Dia memarahiku dan berkata, "Kamu memanggilku dengan sebutan apa?"

Aku berkata dengan tertarik, "Aku memanggil Andre."

Seketika, pipi Andre Duan pun sedikit memerah.

Jika aku tidak tahan maka aku bukan terlihat seperti manusia lagi, aku mendorong tubuhnya dengan keras, dan Andre Duan pun jatuh ke tempat tidur.

Andre Duan membuka tangannya dan membiarkan aku melakukan apa pun yang aku inginkan, tiba-tiba aku pun merasa semangat.

Aku melepas topi dari kepalanya dan meletakkannya dengan hati-hati di samping, menunduk kepalanya dan mencium sudut bibirnya, menggenggam sabuknya di telapak tangannya, dan enggan melepas pakaiannya.

Aku tidak sabar untuk menciumnya, dan Andre Duan membuka mulutnya sedikit untuk bekerja sama dengan aku, aku memasukkan lidahku, dia juga tidak memberontak dan hanya menatapku dengan mata terbuka.

Matanya cukup jernih, dia tidak bergerak dan hanya membiarkanku bergerak, tetapi dia berbaring dan menikmatinya.

Telapak tangannya terus mengelus pinggangku, tetapi dia menolak untuk melangkah lebih jauh lagi, dia sedang menungguku untuk menguasainya perlahan.

Situasi ini seperti ketika aku dan Andre Duan bersama dulu, orang yang sama di lingkungan yang sama, dan menemukan perasaan yang sama seperti dulu.

Tiba-tiba aku mengerti apa yang hilang di antara kami berdua.

Yang hilang adalah ingatan, yang hilang adalah perasaan tersentuh yang dulu.