Because You, My CEO - Bab 273 Kepergianku

Seno Sheng adalah orang yang terlalu tertutup. Jika ada suatu perkara yang tidak terpaparkan, ia pasti tidak akan berinisiatif untuk melakukan apapun. Bahkan jika akhirnya perkara itu terpaparkan, ia mungkin juga akan menolakmu. Tapi, aku tidak setuju akan hal ini.

Hati kecilku memiliki hasrat yang sangat dalam terhadapnya.

Justru karena seperti inilah aku baru bisa dengan mudah berkompromi untuk menyetujui kontrak seumur hidup dengannya, dengan mudahnya menjerumuskan diri sendiri seumur hidup. Walaupun begitu, belum tentu aku akan terluka dengan menjerumuskan diri seumur hidupku. Apa yang terjadi ke depannya memang tidak dapat dipastikan, namun yang pasti, Seno Sheng bukanlah seseorang yang akan mengkhianatiku.

Karena sekarang, ia tidak hanya sekedar kekasihku.

Tapi, ia juga merupakan kakak laki-lakiku. Tanpa mempedulikan hubungan pria dan wanita. Dari segi manapun, Seno Sheng tidak mungkin mengkhianatiku.

Hal inilah yang membuatku sangat teramat mempercayainya. Alasan aku setuju untuk menandatangani kontrak seumur hidup dengannya. Apalagi, Seno Sheng sudah berkata bahwa ia bukanlah pria sembarangan. Karena kalau tidak, ia juga tidak akan terus melajang sampai sekarang.

Ia akan menentukan satu orang untuk seumur hidupnya.

Bisakah mencintaiku? Artinya sangat jelas.

Aku ingin bercinta dengannya.

Aku sangat bersih, aku telah menjaga kesucianku selama 23 tahun ini. Akhirnya, aku menemukan seorang pria yang ingin aku berikan apa yang telah kujaga itu.

Aku telah mempersiapkan semuanya, tapi Seno Sheng menolakku.

Aku adalah seseorang yang tidak dapat menerima kekalahan. Sampai sedewasa ini, belum ada masalah yang tidak dapat aku selesaikan dengan baik. Tapi, tidak ada yang dapat aku lakukan ketika bertemu Seno Sheng.

Ia tidak mengijinkanku untuk menyentuhnya, sehingga aku hanya bisa menarik tanganku kembali.

Pagi-pagi benar sebelum Seno Sheng terbangun, dengan lembut aku mengecup ujung bibirnya. Gerakan yang begitu halus seperti ini mampu membuat sosoknya yang waspada membuka mata dan dengan ragu-ragu menatapku.

Aku tersenyum dan berujar, “Sudah pagi.”

Ia mengiyakan dengan pelan dan duduk tegak. Aku memeluk pinggangnya dari belakang, namun Seno Sheng mengulurkan kedua tangannya dan menahan kedua tanganku. Ia berujar dengan lembut, “Masih pagi, tidurlah sebentar lagi.”

Aku tersenyum dan bertanya, “Apakah kakak masih mengantuk?”

“Kamu sudah menyetir selama beberapa hari ini, kondisimu tidak prima. Tidurlah lagi sejenak, aku akan membangunkanmu begitu kita sampai di Irlandia. Kalau dilihat dari waktunya, kira-kira masih lima jam lagi.”

Alis Seno Sheng sangat lembut dan ia terlihat luar biasa tampan. Aku menggosokkan kepalaku ke punggungnya yang lebar dan bertanya, “Daripada menggunakan waktunya untuk tidur, lebih baik kita melakukan hal yang lebih bermakna. Bagaimana?”

Seolah mengerti apa yang ingin aku katakan, Seno Sheng langsung bangkit berdiri. Aku menjulurkan tanganku untuk meraih pergelangan tangannya dan dengan sungguh-sungguh berujar, “Cepat atau lambat kita akan mengambil sertifikatnya. Bukankah tidak masalah kalau kita melakukannya bersama lebih dulu?”

Seno Sheng dengan dingin berkata, “Sella, lepaskan tanganmu.”

“Kakak, aku sangat menginginkanmu.”

Mungkin aku terlalu bersikeras. Raut wajah Seno Sheng langsung berubah dingin, namun aku tidak sedikitpun tersentak mundur. Akhirnya ia menghela napas dengan tidak berdaya, menarikku berdiri diatas kasur, memegang wajahku dengan kedua tangannya, dan menciumku.

Ciuman Seno Sheng sangat lembut dan hangat. Aku memeluk lehernya dan mendekati sepasang kakinya untuk mengaitkan diriku di pinggangnya, namun Seno Sheng mengulurkan tangan untuk menahan kakiku di tempat dan melarangku untuk bergerak sembarangan lagi.

Ciumannya yang terasa lembut di awal namun berakhir dengan menggairahkan seolah merenggut semua napas di dalam dadaku. Terasa sama seperti guyuran hujan angin badai yang tertumpah masuk di dalam jantungku. Aku sedikit mendongak dan melihat wajah tampan Seno Sheng yang tersenyum dengan hangat.

Aku berpikir, inilah Seno Sheng.

Seno Sheng yang sama keras kepalanya dengan Paman Hendy Chen.

Sebenarnya, hal seperti ini baik juga.

Aku menjulurkan tangan dan menyentuh bulu matanya yang tebal, mata Seno Sheng sedikit bergetar. Ia lalu membuka mata dan melepaskanku.

Aku menarik tangannya dan dengan gerakan secepat kilat meletakannya diatas dadaku. Seno Sheng termangu sesaat lalu melepaskan tangannya dan berujar, “Jangan banyak tingkah.”

Aku sengaja melakukan itu karena aku ingin melihat rupa Seno Sheng yang tersipu malu.

Aku terus bergelayut di dalam pelukan Seno Sheng sambil memainkan jemarinya. Saat baru saja tiba di Irlandia, aku menerima telepon dari Delson Su.

Ia berkata, “Aku sudah mengatur helikopter untuk berhenti di lapangan udara terdekat. Sella, sekarang juga kamu segera naik helikopter untuk kembali ke Amerika.”

Aku melihat mata Seno Sheng, lalu berjalan ke pinggir dan berkata dengan pelan, “Aku baru saja kabur dari Amerika ke Irlandia, tapi sekarang harus kembali lagi?”

“Sella, tim yang menyelamatkanmu itu tidak mematuhi hukum. Kalau kamu masih menginginkan posisi sebagai menteri Amerika, kamu harus segera kembali ke Amerika. Kami sudah mengaturnya dengan baik disini. Mereka akan menganggap tidak terjadi masalah apapun. Beberapa hari lagi, tim pengacaramu akan datang ke pengadilan untuk menjadi jaminanmu. Ditambah dengan kekuatan politikmu, pada saat itu kamu pasti akan tetap menjadi menteri Amerika. Semuanya tidak akan ada yang berubah.”

Dengan suara kecil aku bertanya, “Apakah ini buru-buru?”

“Sella, patuhlah.” Jarang sekali Delson Su berujar dengan serius, “Kamu hanya punya lima jam, sangat mepet.”

Lima jam tentu tidak dapat menyelesaikan masalah kontrak seumur hidup ini.

Setelah menutup telepon, aku berujar pada Seno Sheng, “Ayo kita naik ke daratan.”

Sorot mata Seno Sheng jatuh kepadaku. Ia menatapku begitu lama baru bertanya, “Sella, apakah ada hal yang mendesak?”

Aku menggeleng dan berujar, “Tidak ada.”

Setelah naik ke daratan, aku menyuruh Seno Sheng untuk pergi menyewa mobil di sekitar situ. Saat aku sedang diam, aku malah dibawa pergi dengan paksa oleh orang-orang Delson Su.

Mereka langsung mengikatku untuk naik ke helikopter.

Saat duduk di dalam helikopter aku berujar, “Berikan ponsel kepadaku. Aku mau menelepon, telepon yang sangat genting.”

“Maaf, menteri.” Asistenku menggeleng kemudian menjelaskan, “Kami sudah diawasi, menelepon akan menghasilkan sinyal. Sampai saat itu, kami tidak bisa menjamin kamu kembali dengan selamat sampai Amerika.”

Dengan geram aku berkata, “Aku yang menanggung semua akibatnya!”

Ia dengan tenang berkata, “Maaf, menteri.”

“Delson yang mengatakannya, bukan?”

“Tuan Su juga melakukannya demi kebaikanmu.”

Dengan aku yang menghilang seperti ini, akankah Seno Sheng salah paham terhadapku?!

Apalagi sebelum pergi, aku masih menerima telepon. Apa mungkin Seno Sheng salah paham dan mengira aku sengaja pergi meninggalkannya?

Apakah mungkin ia akan mengira aku tidak setuju untuk menandatangani kontrak seumur hidup itu? Saat bertemu dengannya lagi, apakah mungkin Seno Sheng tidak akan meresponku lagi? Begitu terpikirkan akan hal ini, hatiku merasa sangat kesal.

Begitu turun dari helikopter, aku langsung berpikir untuk menelepon Seno Sheng. Tapi tiba-tiba aku teringat bahwa aku tidak pernah menyimpan nomor teleponnya.

Apalagi sesampainya di Amerika aku harus langsung menuju posisi yang ditentukan Delson Su, membuatku tidak terpikir untuk segera mencari nomor telepon Seno Sheng. Pada akhirnya keesokan malamnya barulah aku menelepon Vino Duan dan bertanya padanya, “Kak, boleh tidak berikan nomor telepon Kak Seno padaku? Aku mencarinya untuk hal lain.”

“Kamu ini ternyata tidak menyimpan nomor Kak Seno?” Suara Vino Duan sangat nyaring, lalu berujar lagi, “Kak Seno ada disampingku, aku berikan telepon padanya. Ada hal apa langsung bicarakan saja padanya. Lebih baik kamu berhati-hati sedikit, belakangan ini ia lebih pendiam dan penyendiri dari sebelumnya. Jangan sampai kamu menyinggungnya.”

Aku termangu. Bagaimana mungkin mereka bisa bersama-sama?!

Apalagi, aku sudah menyinggungnya!

Aku tidak mempunyai nomor Seno Sheng dan pria itu juga mengetahui hal ini.

Bukankah ini sama saja dengan menyiramkan minyak pada api membara?!

Aku segera berujar, “Kakak, berikan nomor teleponnya padaku.”

Begitu selesai berujar, aku segera menutup telepon.

Saat ada kata-kata yang tidak mudah diucapkan Vino Duan atau menunggu aku pelan-pelan menjelaskan kepada Seno Sheng secara pribadi, sebenarnya aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Karena yang paling bersalah memang benar adalah aku.

Bab selanjutnya lebih menyenangkan, kira-kira seperti inilah istilahnya.

Buku ini, paling juga hanya tersisa beberapa juta kata saja.

Aku akan menulis baik-baik cerita tentang Seno Sheng.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu