Because You, My CEO - Bab 107 Pergi Ke Perusahaannya (2)

Aku menghampirinya dan bertanya, "Dia dimana?"

Raisa Shen mendengus dingin dan merenggut payung di tangan Alvin Song lalu pergi, dan hujan seketika menghantam tubuh Alvin Song, aku dengan segera mengarahkan payung ke atas kepalanya.

"Raisa, tunggu aku."

Alvin Song dengan segera berkata, "Dia bekerja di lantai 27, dan mungkin masih sibuk bekerja hingga dua jam kemudian, kamu temui saja dia."

Setelah selesai berbicara, Alvin Song dengan cepat mengejar Raisa Shen, aku mendengar dia dari jauh berkata, "Aku tahu kamu marah melihat musuhmu datang, tapi kenapa harus membawa payung ini pergi? Aku sangat basah sekarang!"

Raisa Shen dengan nada acuh berkata, “Siapa yang menyuruhmu berbicara dengan dia?”

"Raisa, kamu adalah temanku, tetapi dia juga temanku, jangan menyeretku ke dalam masalah di antara kalian, aku tidak ingin memancing emosi kalian, aku hanya ingin menjadi penengah dengan baik! Kata-kata bijak itu bukannya sudah dicatat, aku tidak akan membantu siapa pun! "

Kata-kata bijak mengenai sikap tidak memihak, mempertimbangkan sikap di kehidupan sosial, cara Alvin Song saat ini sepenuhnya benar.

Kisah cinta antara temannya, tidak mempengaruhi hubungan persahabatan.

Bukannya pernah mendengar bahwa jika bersama teman yang ini, maka akan melupakan teman yang lain, tetapi berdasarkan sifat Raisa Shen, Alvin Song setidaknya akan dimarahi!

Aku melihat ke arah gedung tinggi yang menjulang tinggi, dan kemudian memasuki gedung dengan perasaan senang, aku pikir akan ada beberapa penghalang, tetapi penjaga keamanan yang melihatku segera menyapaku dengan sopan, "Nyonya Duan."

Aku bertanya dengan perasaan bingung, "Bagaimana kamu bisa tahu?"

Penjaga keamanan berkata dengan senyum ramah, "Direktur Duan baru saja memberi instruksi bahwa seorang wanita hamil akan datang ke perusahaan dan meminta kami untuk memberimu jalan, dia juga secara khusus mengatakan bahwa wanita itu adalah Nyonya Duan."

Aku meminta Andre Duan mengirim posisinya saat ini, dan dia dengan tepat menduga bahwa aku akan datang ke perusahaan untuk menemuinya, pria ini benar-benar sangat pintar.

Banyak hal yang telah berkembang di jalur yang dia inginkan.

Aku mengambil kotak dan naik lift ke atas, lalu menemukan ruang kantor pimpinan dan langsung membuka pintu.

Andre Duan mengenakan setelan jas berwarna hitam, yang secara jelas menunjukkan semangat dirinya dan ketampanan yang luar biasa, dasinya tidak diikat, yang mungkin membuat dia gelisah karena duduk terlalu lama.

Saat ini, Andre Duan menundukkan kepalanya yang sedang membaca dokumen, di tangannya memegang sebuah pena, jari-jari putih ramping dan pena hitam itu terlihat sangat kontras.

Terlalu indah untuk dipandang.

Andre Duan mendengar suara pintu terbuka, tetapi dia tidak mengangkat kepalanya dan malah bertanya, "Apakah kamu sudah mengantar dia pergi?" Suaranya terdengar tidak senang.

Aku tersenyum dan bertanya, "Siapa?"

Andre Duan mengangkat kepalanya dengan terkejut, matanya yang dalam saat ini memancarkan cahaya yang berkilau, dia tersenyum dan berkata, "Raisa."

Ternyata Alvin Song mengantar Raisa Shen untuk pergi dari sini, aku meletakkan kotak itu di atas mejanya dan bertanya, "Mengapa harus mengantarnya pergi?"

“Dia tahu kamu akan datang, aku khawatir Nyonya Duan cemburu, jadi aku meminta Alvin untuk mengantarnya pergi.” Tatapan mata Andre Duan jatuh di dalam kotak, dan dia bertanya dengan gembira, “Jika aku tidak salah ingat, kotak ini ada di rumah?"

Andre Duan memasakkan makanan untukku selama dua hari, jadi dia tahu benda-benda apa yang ada di dapur.

Aku mengatakan ‘ya’ dan bertanya dengan rasa penasaran, "Aku hanya memintamu untuk mengirim posisimu, jika aku hanya ingin tahu di mana kamu bekerja, bagaimana kamu bisa begitu yakin bahwa aku akan datang menemuimu?"

"Nyonya Duan jarang melakukan hal-hal yang tidak perlu, pasti memiliki tujuan jika kamu melakukannya, aku sangat mengenalmu dengan baik tentang hal ini." Andre Duan terus memandangi kotak itu dan bertanya, "Apakah kamu yang memasaknya sendiri?"

"Kamu sudah mengenal kotak makan di rumah, mungkinkah aku pergi ke toko untuk membelinya?" Aku mengambil kue beras ketan dan meletakkannya di sisi bibirnya. "Tuan Duan bekerja sangat keras hingga lembur, sebagai istrimu maka aku harus simpatik kepadamu, aku juga tidak terburu-buru mengantarkan makan malam untukmu. "

Andre Duan menggigit kue tersebut, dan kemudian memuji, "Rasanya enak."

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada membuat kue yang dibuat dengan banyak pemikiran lalu dipuji oleh orang yang kamu cintai.

Andre Duan berhenti setelah makan dua potong, lalu berkata, "Aku masih ada beberapa pekerjaan yang harus ditangani, kamu duduk di sofa dan bermain ponsel sambil menungguku menyelesaikan pekerjaan."

Dia diam sejenak, lalu menambahkan, "Hanya bisa bermain sebentar."

Setelah aku hamil, dia melakukan segalanya dengan hati-hati.

Aku melepas sepatuku dan duduk bersila di sofa sambil melihat kantor Andre Duan, warna dingin yang menghiasi ruangan kantor tersebut terlihat sangat keren.

Seperti pemilik ruangan ini yang sangat sulit bergaul.

Mataku pun sibuk melihat ruangan tersebut dan jatuh di area Andre Duan duduk, setelah sepuluh menit, Andre Duan yang sedang menunduk pun bertanya, "Apakah aku sangat tampan?"

Dia menulis dengan sangat serius tetapi malah berbicara dengan aku.

Aku tersenyum, "Aku tidak melihatmu."

Andre Duan meremehkan jawabanku "Bohong."

Aku memuji dia, "Tuan Duan, kamu sangat tampan."

"Aku ada sesuatu masalah yang membingungkan," Dia bertanya tiba-tiba.

Aku bertanya, "Masalah apa?"

"Nyonya Duan sepertinya malu memanggilku dengan sebutan suami."

Ya benar, aku memang pemalu.

Aku selalu merasa bahwa kata suami adalah kata yang sangat ambigu, aku adalah istrinya dan dia adalah suamiku.

Ini adalah sesuatu yang membuat aku merasa bahagia.

Tapi jika memanggilnya ...

Aku membantah "Aku tidak seperti itu."

Aku hanya tidak terbiasa.

Andre Duan menundukkan kepalanya sambil menangani dokumen-dokumen itu, setelah mendengar jawabanku, dia pun berkat dengan nada datar, "Kalau begitu panggil aku dengan sebutan (sayang/suami)."

Aku diam dan memicingkan mata ke arahnya, "Kamu tidak pernah memanggilku istri."

Dia dengan cepat berkata, "Istriku."

Dia mengatakannya dengan lancar dan menyenangkan.

Dengan cepat membuatku kaget.

Tiba-tiba dia mendongak dan menatapku dengan tatapan mata yang tajam.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu