Because You, My CEO - Bab 274. Ia Bertanya Apakah Aku Mencintainya?

Satu menit kemudian, Vino Duan memberikan nomor telepon Seno Sheng padaku. Aku menunggu sampai pukul 10 malam, menunggu sampai kira-kira Vino Duan sudah pergi, barulah aku menelepon Seno Sheng. Tapi pria itu mengacuhkanku.

Seno Sheng tidak mengangkat teleponku.

Tidak peduli berapa kali aku meneleponnya.

Sepertinya, ia benar-benar marah.

Entah sebanyak apa aku meneleponnya, Seno Sheng tetap menonaktifkan ponselnya.

Saat itu, aku sama sekali tidak tahu seberapa besar rasa kehilangan yang dirasakan Seno Sheng dalam hatinya. Aku lebih tidak tahu lagi seberapa besar kesalahan yang telah aku sendiri lakukan.

Hati kecil Seno Sheng pasti berpikir bahwa aku sedang mempermainkannya.

Apalagi, aku tidak kembali selama beberapa bulan. Kurun waktu ini membuat hubungan diantara kami menjadi sangat asing.

Lagipula semenjak hari itu, ponsel Seno Sheng tidak pernah diaktifkan. Awalnya setiap hari aku masih bisa sesekali menelepon. Tapi karena urusan di Amerika ini menjadi sangat sibuk, aku pun jadi tidak mempedulikan masalah ini lagi.

Begitu urusan di Amerika selesai, tidak terasa sudah mendekati akhir tahun. Waktu bergulir dan sudah hampir lima bulan lamanya aku berada di Amerika.

Disaat itu, aku melewati ulang tahunku yang ke-23.

Sedangkan Seno Sheng juga akan berusia 34 tahun sebentar lagi.

Waktu benar-benar berlalu dengan sangat cepat. Aku dan Seno Sheng benar-benar tidak pernah bertemu sekalipun dalam lima bulan. Apakah sekarang ia baik-baik saja?

Masalah di Amerika sangat rumit. Dukungan di belakangku kembali menyodorkanku untuk menduduki posisi menteri dan juga menyuarakan suara mereka. Posisi yang penting ini membuat mereka tidak berani bertindak ringan dan gegabah.

Aku sangat menantikan hari dimana aku bbisa kembali ke negara asal. Aku sangat menantikan saat bertemu dengan Seno Sheng. Jadi aku tidak langsung ke Beijing, melainkan ke Kota A.

Berdasarkan waktu sekarang, seharusnya Seno Sheng berada di sekolah.

Aku mengenakan sebuah mantel berbentuk jubah putih dan dibaliknya aku sengaja mengenakan cheongsam ketat ala China.

Aku pernah mendengar direktur keluarga Shi berkata bahwa Seno Sheng menyukai budaya-budaya ini. Ia bahkan juga bisa memainkan kecapi dan berbagai macam instrumen lainnya.

Aku pergi ke tempat biasanya ia mengajar untuk mencarinya. Tapi aku tidak melihat sedikitpun jejaknya dan malah mendengar suara dari kantornya.

Seno Sheng ada di dalam kantor, namun ada seorang perempuan yang juga berada disitu. Aku ingat padanya, dulu perempuan ini memanggilku dengan sebutan nona.

Dari daun pintu, aku mendengar perempuan itu berkata, “Profesor Sheng, apakah profesor mau pergi berkemah bersama kami pada akhir tahun? Kami semua adalah orang rantau, waktu tiga hari terlalu singkat untuk pulang ke rumah. Kakak-kakak kelas itu berkata akan pergi berkemah dan bakar-bakaran di gunung. Semuanya bersama-sama bersenang-senang melewati akhir tahun.”

Berkemah di musim dingin benar-benar bukanlah suatu kegiatan yang bijaksana.

Tapi aku mendengar Seno Sheng bertanya, “Kapan berangkat?”

“Besok pagi, berkumpul di depan gerbang sekolah.”

Seno Sheng kembali bertanya, “Apa aku perlu menyiapkan sesuatu?”

“Barang-barang Profesor Sheng biar kami saja yang menyiapkan. Mana mungkin kami membiarkan Profesor Sheng membawa sesuatu? Profesor mau ikut pergi saja sudah membuat kami senang.”

Seno Sheng mengiyakan dan berujar, “Sampai jumpa besok.”

Perempuan itu berpapasan denganku saat keluar pintu. Ia termangu dan berkata, “Aku ingat denganmu. Nona yang dulu selalu memperhatikan Profesor Sheng, bukan? Karena nona sangat cantik jadi aku ingat.”

Aku hanya tersenyum dan tidak menjawab apapun.

Seno Sheng memiringkan kepalanya dan melihat kearahku, sorot matanya sangat dingin. Dibandingkan dengan dulu, bahkan kehangatan seorang kakak saja tidak ada.

Perempuan itu bertanya kikuk, “Nona ini siapanya Profesor Sheng?”

Tiba-tiba Seno Sheng bersuara, “Adikku.”

“Ternyata adik Profesor Sheng! Pantas saja begitu cantik! Profesor, kalau begitu aku kembali dulu untuk mempersiapkan barang-barang berkemah besok.”

Setelah perempuan itu pergi, aku bertanya dengan ringan, “Apakah kamu takut aku bicara sembarangan? Apakah aku hanya sekedar adikmu?”

Seno Sheng tidak menjawab pertanyaanku dan malah bertanya cuek, “Untuk apa mencariku? Seharusnya kamu ada di Beijing.”

“Masalah di Irlandia... Maaf, Paman Delson menyuruh orang untuk menangkapku kembali ke Amerika. Aku sama sekali tidak berniat mengingkari janji, kontrak seumur hidup itu selalu aku ingat dalam hatiku.”

Seno Sheng berujar datar, “Sella, kamu tidak perlu menjelaskannya.”

Aku dengan sedih berkata, “Seno, sikapmu sangat asing.”

“Benarkah?” Seno Sheng bangkit berdiri, kakinya yang jenjang berjalan sampai ke hadapanku dan bertanya dengan serius, “Kalau begitu, aku tanya padamu. Apakah kamu mencintaiku?”

Apakah aku mencintainya? Sepertinya bukan cinta.

Aku hanya sangat menyukai Seno Sheng. Aku sangat menyukai perasaan saat aku bersamanya. Sangat suka... Saat aku masih memikirkan hal-hal ini di dalam hati, tiba-tiba Seno Sheng mengulurkan tangannya dan menepuk-nepuk dahiku. Suaranya berujar datar, “Aku pernah belajar psikologi, aku dapat melihat pikiranmu, Sella... Kamu menyukaiku tapi tidak mencintaiku, bukan? Jadi saat kamu meninggalkanku di Irlandia, di hatimu sama sekali tidak terpikir bagaimana kita ke depannya, bukan? Kamu sama sekali tidak memiliki ketakutan, kamu merasa aku akan bisa memaafkan apapun perbuatanmu. Jadi saat kamu berada di Amerika selama lima bulan, kamu sama sekali tidak terpikir untuk pergi sekali saja ke Kota A untuk memberitahuku alasannya.”

Aku bergumam, “Aku tidak...”

Seno Sheng memotongku dengan berkata, “Jangan menggunakan alasan tidak punya waktu padaku. Asal kamu niat, kamu pasti berusaha sebisa mungkin mencari cara untuk menghubungiku. Sebenarnya yang aku pikirkan adalah, asal kamu bisa mengaku di hadapanku dan memberitahuku apa yang terjadi di hari itu, aku tidak akan memperhitungkannya. Tapi Sella, kali ini aku langsung menunggu selama lima bulan. Selama lima bulan kamu sudah menggerus kesabaranku. Dengan apa aku harus memaafkanmu?”

“Sella, apakah kamu sedang mempermainkanku? Apakah kamu sedang menghina sesukamu pria yang hanya kamu sukai tapi tidak kamu cintai? Aku pernah berkata, hanya dengan satu ciumanmu maka semua selamanya akan menjadi abadi. Kamu tahu dengan jelas ketulusanku terhadap cinta. Kenapa hari itu menciumku?”

Aku termangu dan bertanya, “Seno, kamu mencintaiku?”

“Adik, apa kamu pikir kamu pantas untuk bicara cinta?”

Pertanyaan Seno Sheng membuatku tidak dapat berkata-kata.

Malam itu, Seno Sheng tidak mengijinkanku masuk ke dalam apartemennya. Aku menelepon asistenku dan berkata, “Siapkan barang-barang untuk berkemah besok.”

Tidak peduli bagaimanapun juga, aku harus membuat Seno Sheng memaafkanku.

Sebenarnya, aku mengerti maksud Seno Sheng. Yang ia inginkan adalah cintaku. Itu sebabnya ia selalu tidak mengijinkanku menyentuhnya.

Karena ia merasa aku tidak memiliki cinta terhadapnya.

Karena kalau tidak ada cinta, ia tidak akan menyerahkan dirinya padaku.

Seno Sheng memang benar-benar seorang pria baik yang berprinsip teguh.

Usianya sudah 34 tahun, tapi ia benar-benar dapat menahan diri.

Aku tidak terlalu mengerti tentang konsep cinta. Aku hanya merasa bahwa satu-satunya orang yang aku sukai adalah Seno Sheng. Jika ia ingin mengubah suka menjadi cinta, aku juga bersedia. Hanya saja, apa maksud cinta yang ia katakan? Kenapa ia pikir aku tidak memiliki cinta untuknya?

Teringat akan Seno Sheng yang pernah mampu menebak segala sesuatu yang aku pikirkan, tiba-tiba aku merasa takut. Tidak peduli apapun yang aku pikirkan, sepertinya semua bisa diketahui oleh pria itu. Apakah jangan-jangan psikologi yang dipelajarinya benar-benar dipelajari sampai pada tahap yang sempurna?! Kalau begini, siapa yang berani banyak bicara di hadapannya?!

Aku tiba-tiba menenangkan diri sendiri. Selanjutnya, aku harus lebih tenang.

Aku harus memunculkan kekuatan politik.

Bagaimanapun juga, tidak ada yang boleh dibayangkan.

Bahkan jika ingin menodainya, kita harus menodainya dari jarak jauh!

Aku sangat khawatir. Bagaimana dengan besok?

Kalaupun aku berani mengganggu Seno Sheng berkemah diatas gunung.

Kalau sepanjang perjalanan ia tidak bersedia mempedulikanku, bagaimana?

Seno Sheng adalah orang yang sangat bersikeras, tidak mudah dilawan.

Apakah yang ia inginkan hanya cinta?

Bagaimana cara aku memberikannya padanya?

Dengan cara apa aku memberikannya padanya?!

Aku menginap semalam di hotel. Keesokan harinya, asistenku dengan patuh datang ke depan pintu dan mengingatkanku untuk berangkat. Aku merias wajahku dengan halus dan menggulung rambut panjang hitam lurusku. Aku memilih sebuah pakaian yang cantik untuk dikenakan dan bertanya pada asistenku, “Bagaimana? Bagus, tidak?”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu