Because You, My CEO - Bab 21 7 Hari Sebelum Pernikahan (1)

Aku langsung bertanya padanya, “Kamu tau bahwa aku diam-diam mendengarnya?”

Sebenarnya apa yang dia tidak tau?

Andre Duan dengan sambil tersenyum, berkata, “Kamu seperti seekor tikus yang diam-diam mencuri barang, dengan gerak-gerik yang sangat tergesa-gesa pergi meninggalkan tempat itu.”

Dia merusak rasa ketertarikanku, aku menahan pipiku yang memerah, dan berkata, “Siapa yang mirip dengan seekor tikus yang diam-diam mencuri, jelas-jelas kamu dan Alvin menghalangi jalan.”

Andre Duan tertawa ringan, dari dalam kantong baju, dia mengambil sekotak rokok, tiba-tiba berkata, “Kamu ingin diam-diam mendengar juga tidak masalah, tidak ada seorang pun yang menyalahkanmu.”

Dia baru saja bertanya padaku apa yang ingin aku ketahui, dengan sedikit bimbang, aku berkata padanya, “Andre, aku hanya ingin mengetahui kenapa kamu tiba-tiba ingin menikah denganku, dan juga kenapa kamu adalah orang pertama yang muncul di saat aku ada masalah?”

Ada beberapa kali, dia selalu muncul membantuku dan memberikan keuntungan untukku.

Dia seperti seorang malaikat yang selalu menolongku.

“Kamu tanya aku, kenapa?”

Andre Duan menggunakan sebuah korek berwarna hitam kelam menyalakan api di ujung rokok, dia menghirup rokoknya, lalu berkata, “Sisca, aku meninggalkan semua rencana keluargaku dan memulai pekerjaan di luar telah bertahun-tahun, selama ini meskipun sangatlah pahit, aku tidak akan pernah mengakui kalah, dan juga tidak pernah kalah, oleh karena itu, pernikahan pun juga akan seperti itu.”

Barusan Alvin Song mengungkit tentang Raisa.

Seorang wanita yang dapat memuaskan hati ayah dan ibu Andre Duan, jadi apakah dia ingin memanfaatkanku untuk menolak semua yang telah direncanakan oleh keluarganya?

Tapi Andre Duan adalah seorang pria yang begitu bodoh kah?

Sebenarnya apa yang dia rencanakan?

Aku membuka mulutku dan bertanya, "Apa kamu ingin memanfaatkanku untuk membuat kesal orang tuamu?"

"Membuat kesal orang tuaku?" Andre Duan merasa sangatlah aneh, dengan tatapan mata yang terkejut dia menatapku dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak pantas menjadikan sebuah pernikahan, acara yang begitu besar sebagai sebuah bahan candaan."

Aku dengan penuh penasaran bertanya, "Jadi apa maksudmu?"

Andre Duan memutar kembali kepalanya, dan dengan cuek dia menjelaskan, "Aku membutuhkan sebuah pernikahan, membutuhkan seseorang yang dapat berbincang-bincang denganku, dan aku ingin menikah dengan seorang wanita yang cocok denganku juga enak dipandang, dan kamu adalah pilihan terbaik."

"Kamu merasa kita cocok kah?" Aku bertanya padanya.

Rokok di sela-sela jari Anddre Duan tinggal setengah batang, dia pun mematikannya dan berkata, "Kamu ikuti saja perkataanku, kita pasti bisa perlahan-lahan menjadi cocok."

Aku, selamanya tetap tidak akan mencapai tingkat kecocokannya.

Aku menasehatinya, "Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Alvin itu benar, apabila kamu menikah denganku, teman-teman dan saudara-saudaramu akan menggunjingmu! Mereka akan menggunakan kata-kata yang sangat menyayat hati untuk menyalahkanmu, diam-diam mengejekmu."

Andre Duan dengan suara yang dingin berkata, "Ini adalah urusanku."

Dia berkata lagi, "Masalah Reza, aku akan secepatnya mengurusnya, besok pagi kita pergi untuk mengambil surat nikah, setelah menikah, aku harap kamu tidak merasa heran, tidak bertanya, dan tidak membatasi semua urusanku, apabila...... suatu hari nanti, kamu menemukan seorang pria yang kamu sukai, katakan saja padaku, aku akan melepaskanmu."

Tidak bertanya......

Dapat dikatakan, Andre Duan hanyalah membutuhkan sebuah pernikahan.

Tapi sebuah pernikahan ini tidak boleh membatasinya, jadi dia memilihku.

Seketika aku mengerti apa tujuannya mencariku dan ingin menikah denganku.

Kondisi di dalam mobil lagi-lagi hening, aku menolehkan kepalaku melihat gelapnya di luar sana, sama seperti hatiku yang begitu kelam, sebenarnya aku tidak mempunyai pilihan.

Sebelumnya, aku telah berjanji menjadi wanitanya.

Jadi apa yang akan dia lakukan sekarang, aku tidak boleh menolaknya.

Selang beberapa lama, aku menggigit bibirku untuk meredakan rasa sakit dalam hati, dan berkata pada pria dingin di sampingku, "Aku berjanji padamu, selain itu apabila kamu juga menemukan wanita yang kamu sukai, kamu juga katakan saja padaku, kita bisa berpisah secara damai."

Dia memutar pandangannya menatapku, aku kira dia tidak percaya, sehinggga aku menambahi lagi perkataanku, "Kamu tenang saja, aku tidak akan menjeratmu."

"Eng." Andre Duan mengulurkan tangannya dan mengelus kepalaku, bibirnya akhirnya tersungging sebuah senyuman, "Ini baru anak pintarku, Sisca."

Mendengar perkataannya, ini adalah pintar menurut perkiraannya.

Dengan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, aku membuka pintu mobil dan turun, Andre Duan juga mengikutiku turun dari mobil, dia mengikuti di belakangku masuk ke dalam lift.

Sepertinya Andre Duan sedikit mabuk, dia menyandarkan tubuhnya pada dinding lift, aku melihat pipinya yang sedikit merah, lalu berkata, "Apa kamu baik-baik saja?"

"Masalah apa yang bisa terjadi padaku?"

Andre Duan tidak mau mengakuinya, dia memanggilku dengan sebuah isyarat dari jarinya, aku yang berdiri di tempat semula sedikit bimbang, akhirnya dia mengulurkan tangannya dan menarikku.

Sekujur tubuhku menabrak tubuhnya, kedua lengan Andre Duan dengan sangat erat memelukku, dia meletakkan kepalanya di atas pundakku, dengan nada suara yang sedikit manja, dia berkata, "Sudah lama tidak berjumpa, aku benar-benar merindukanmu."

Eng? Andre Duan salah mengenaliku ya?

Aku mengulurkan tanganku dan mendorong dadanya, dia membenturkan kepalanya di pipiku, sangat mirip seorang anak yang begitu manja.

Aku sangatlah terkejut, utung saja saat seperti ini pintu lift terbuka, aku menuntun tubuhnya yang tinggi gagah itu keluar dari lift, aku sedikit mengernyitkan dahi melihat kunci pintu itu, "Andre, berapa password rumahmu?"

Andre mengangkat kepalanya menatapku, kemudian menatap pintu, dia mengulurkan tangannya dan langsung menggunakan sidik jari untuk membuka pintu, "Passwordnya 5 4 kali."

5 4 kali.

Aku teringat baru saja di bar, ada orang yang memanggilnya kakak kelima.

Aku menuntun tubuh Andre Duan masuk, dan bermaksud meletakkannya di sofa ruang tamu, dan ingin mengambilkannya segelas air hangat untuk melancarkan kerongkongannya.

Tapi tidak disangka, baru saja memutar badan, dia menarik pergelangan tanganku dengan sekuat tenaganya, tanpa sadar aku berteriak dan langsung terjatuh di atas tubuh Andre Duan.

Astaga! Sekujur tubuhku penuh dengan luka, memar juga belum hilang, Andre Duan yang seketika menarikku, membuatku tidak dapat menahan air mata.

Andre Duan melihat aku menangis, dia segera mengambil remote control yang ada di atas meja, dan menyalakan lampu ruangan, dia mengulurkan tangannya dan menghapus air mataku, dengan nada suara yang tenang, dia bertanya, "Kenapa menangis? Aku juga tidak memukulmu."

Mungkin karena akhir-akhir ini aku mendapat masalah yang begitu banyak, mungkin juga rasa sakit dalam hatiku terlalu dalam, sehingga saat air mataku mengalir keluar, aku tidak dapat menahannya sedikit pun, seketika aku teringat Reza Wu, seorang pria yang telah aku cintai beberapa tahun.

Seperti sebuah lelucon, membuat semua sekelilingku berubah total, aku melihat ekspresi Andre Duan yang begitu perhatian padaku, seketika dengan penuh senyuman, aku berkata, "Tidak kenapa-kenapa, hanya saja Reza memukulku sepertinya sedikit keras, barusan kamu menarikku dan menabrak tubuhmu, aku tidak dapat menahan rasa sakit itu, lalu menangis."

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu