Because You, My CEO - Bab 135 Mengganti Kewarganegaraan Sella (1)

Jari Andre Duan jatuh di bibirku. Aku menjulurkan ujung lidahku dan menjilatnya, lalu aku memuji "Rasa buah itu cukup enak."

“Benarkah?” Andre Duan mengambil jarinya dan memasukkan ke mulutnya dan menjilat, “Rasanya memang sangat enak, terasa sangat manis.”

Rasa tak berdaya berada di dalam tenggorokan.

Air liurku yang enak atau jarinya yang enak?!

Andre Duan terlalu bisa menggodaku, aku memiringkan kepalaku dan tidak lagi melihat penampilan sosok nya yang jahat, tetapi dia malah mengulurkan tangan ke pipiku dan menarikku ke arahnya, dan ciuman yang kuat pun jatuh.

Aku menggerakkan bibirku, Andre Duan menghembuskan napas di wajahku, dan berkata dengan suara yang menggoda, "Ternyata rasaku yang benar-benar enak."

Aku menatapnya dengan tatapan sinia dan berbalik lalu kembali ke kamar.

Aku benar-benar kesal, tetapi aku tidak bisa menahannya.

Bagaimanapun waktu bermain selama tiga bulan telah berlalu.

Ketika aku berbaring di tempat tidur, Andre Duan membuka pintu kamar dan masuk, dia melepas kemeja putihnya dan pergi ke tempat tidur lalu memelukku, aku bertanya, "Apakah kamu tidak mandi?"

“Apakah kamu membenciku?” Bibir tipis Andre Duan berenang di leher belakangku, napas yang dingin membuatku sedikit geli, dia tertawa dan berkata, “Kita sudah saling mengenal selama tujuh tahun dan kita telah melewati banyak rintangan selama tujuh tahun, apalagi kamu sudah melahirkan anak untukku, dan sekarang tidak mungkin lagi aku bisa meninggalkan dirimu. "

"Kita sudah bercerai," aku mengingatkannya.

Dia tidak peduli, "Kita memang sudah bercerai tetapi kita bisa menikah lagi."

"Lalu apa yang sebenarnya akan kamu lakukan?" Aku berbalik dan memeluk pinggangnya, dan bertanya dengan lembut, "Apakah kamu pikir aku akan setuju untuk menikah lagi?"

Andre Duan tidak mengatakan apa-apa, dia membuka bajuku dan berhubungan seks denganku. Malam itu dia menghabiskan tenaga untuk bisa melayaniku.

Setelah itu, dia bertanya, "Apakah kamu ingin minum pil kontrasepsi lagi?"

Aku dengan suara yang terengah-engah berkata, "Ya, ini bukan periode yang aman."

Andre Duan berkata dengan perasaan yang tidak berdaya "Itu tidak baik untuk kesehatan."

Aku mengingatkan, "Lain kali kamu bisa mengenakan pengaman."

"Sisca, bisakah kamu melahirkan seorang anak lagi untukku?"

Andre Duan berkata dengan suara yang pelan, "Jika kamu melahirkan seorang anak lagi untukku, aku akan merawatnya dengan baik dan akan menjagamu dengan baik."

Aku mengingatkannya dengan nada serius, "Kamu mengatakan hal yang sama ketika aku mengandung Viani, jadi ... kata-kata Andre Duan adalah yang kata-kata paling sulit dipercaya, mulutnya penuh dengan kebohongan dan sombong."

Andre Duan bertanya dengan lembut, "Apakah aku seperti itu di matamu?"

Aku memiringkan kepalaku dan menatapnya sambil tersenyum dan bertanya, "Lalu, seperti apa yang kamu inginkan?"

Sepertinya kepedihan tatapan matanya yang dalam, tetapi seketika begitu cepat berlalu, dan Andre Duan hening kemudian menarikku untuk tidur ke dalam pelukannya.

Keesokan harinya, aku bangun lebih awal dari Andre Duan, aku mendongak dan melihat matahari di luar jendela yang membuatku aku sedikit bingung, aku melihat ke bawah dan wajah yang berkontur tajam tersebut hingga membuatku merasa sangat ragu dan gelisah.

Hubungan apa yang aku jalani dengannya saat ini?

Apakah sebuah kesenangan sesaat yang begitu serakah ataukah?

Aku bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, aku melihat cermin dan melihat jejak ambigu yang ditinggalkannya, tadi malam dia mengisap tulang leherku sangat lama, aku masih bisa merasakan bibir tipisnya yang lembab.

Aku memahami Andre Duan sama seperti dia memahamiku, aku suka menghisap tenggorokannya, suka bermain dengan jari-jarinya, dan menyukai tulang lehernya yang dalam.

Dan dia suka semua tentangku.

Dia suka bermain segalanya denganku.

Saat ini, aku baru mengerti bahwa Andre Duan mencintaiku, tetapi cintanya telah dicampur dengan terlalu banyak hal, dia telah mempertimbangkan terlalu banyak hal, hingga membuat dia berulang kali menyakitiku dan mengabaikanku.

Aku tidak menyalahkannya, aku hanya membencinya.

Aku membenci dia yang memancing masalah denganku dan tidak bisa melindungi aku.

Di dalam hatinya dari dulu hingga sekarang adalah menyelamatkan Rizka Shen.

Setelah membersihkan diri, aku kembali ke kamar lalu berdandan. Andre Duan bangun ketika aku sedang mengoleskan lipstik, dia duduk bertelanjang dada di tempat tidur dan memujiku, "Warna indah yang sangat cocok denganmu, warna apa itu?"

"Tofd, nomor 9."

Dia merasa tertarik dan bertanya "Berapa harganya?"

"Harganya 12 Juta untuk satu lipstik."

Aku berhenti sejenak dan berkata, "Hadiah dari seorang teman."

Semua barang-barangku dibeli oleh seseorang yang diperintah oleh Rizky Shi, kalau tidak aku benar-benar enggan mengeluarkan uang sebesar 12 Juta untuk sebuah lipstik.

Andre Duan terus bertanya hingga ke akar-akarnya, "Teman mana yang memberimu lipstik itu?"

Aku berbohong dan berkata, "Rizky, dia membeli satu untuk Silvi dan juga membeli satu untuk aku."

Andre Duan berkata dengan nada yang tidak jelas "Hubunganmu dengan dia benar-benar baik, bahkan lipstik yang diberikan untuk pacarnya juga diberikan untukmu."

Aku hanya mengatakak ‘oh’ dan tidak menanggapi perkataannya.

Hanya saja aku tidak menyangka bahwa tadi malam Andre Duan memberiku sebuah hadiah, kotak hadiah itu penuh dengan warna lipstik yang saat ini sedang populer.

Dan semuanya sangat mahal.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu