Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 93 Tatapan Kalah Dari Amelia Wang

Wajah Amelia Wang terlihat pucat pasi, dia ingin mengatakan bahwa bandar judi itu curang, tapi dia menyadari dirinya bukanlah siapa-siapa di sini, dia berubah menjadi lemas tak berdaya.

Begitu pula Pedro dan Lissa, raut wajah mereka tampak kecewa berat, di waktu yang bersamaan mereka menatap Amelia Wang dengan pandangan kesal, sangat kesal.

Ternyata Amelia Wang sempat menang dua kali di tahap awal, dia mulai merasa di atas angin, taruhannya semakin besar, Pedro sudah menyuruhnya untuk berhenti, tapi dia tidak mendengarkannya. Dia mengira hari ini adalah hari keberuntungannya, dia ingin memenangkan semua ini.

Siapa sangka dia kalah dua kali berturut-turut, dan sekarang kalah telak.

Keluarga Chen hanya melihat Rendi Lu, maka dari itu mereka mengundang Pedro sekeluarga, Pedro membawakan daun teh Huangshan Maofeng dari Bryant Zheng, sebenarnya mereka berada di lorong sebelah.

Tapi karena di ruangan ini, terdapat orang-orang penting dan bos-bos besar, tidak ada yang mengenali Pedro sekeluarga, dan mereka sekeluarga tidak bisa masuk ke dalam topik pembicaraan orang-orang yang ada di sini, daripada mereka merasa tidak nyaman, maka dari itu datanglah mereka ke lorong sini.

Tak disangka Amelia Wang kecanduan berjudi, seketika dari miliarder turun menjadi jutawan.

Melihat ekspresi ayah mertuanya yang sudah kehilangan semangat hidup, bagaikan jatuh dari surga ke neraka, Rendi Lu menghela nafas, dan bersiap untuk membantu mereka memenangkan uangnya kembali.

“Ibu, bangun, biar aku saja.” Kata Rendi Lu sambil berjalan ke depan.

“Apanya, ini adalah lubang langit.” Cegat Pedro buru-buru kepada Rendi Lu.

“Kakak ipar, apakah kamu jago berjudi?” tanya Lissa sedikit penasaran, dan matanya mulai terlihat sedikit ada harapan.

Karena waktu ini, Rendi Lu telah membantu ayahnya menghasilkan 80 miliar rupiah, dan kali ini, dia mulai berharap dengan Rendi Lu.

Melihat Rendi Lu, tatapan Amelia Wang kembali bersemangat, dia tahu Rendi Lu pernah memenangkan lotre sebesar 200 miliar.

“Rendi Lu, berikan aku uang, biar aku saja.” Kata Amelia kepada Rendi Lu, hari ini dia harus membalikkan modalnya, jika tidak bagaimana dia bisa puas?

“Kamu? Masih bisa?” kata Rendi Lu sedikit tak berdaya, sudah kalah telak, dan dia masih ingin berjudi? Jika bukan karena melihat Pedro yang begitu lemas tak berdaya, dia tidak mungkin ingin turut serta dalam perjudian ini.

“Aku saja tidak bisa, apalagi kamu? Jangan banyak omong kosong, cepat keluarkan uangnya, jika tidak aku akan menyuruh Linda untuk menceraikan kamu.” Kata Amelia Wang dengan nada marah.

Raut wajah Rendi Lu mulai berubah, dia merasa sakit hati dengan omongan ibu mertuanya.

Para tamu undangan yang lain melihat sekeluarga ini ribut, mereka juga menghentikan perjudiannya, mereka mulai menonton lelucon ini.

“Kamu sebenarnya ingin memberikan uang atau tidak? Jika kamu masih tidak memberiku uang, maka aku akan telpon Linda untuk menceraikan kamu!” melihat Rendi Lu yang tidak berkutik, Amelia Wang kembali melontarkan kata-kata ini.

“Asal kamu bahagia saja.” Kata Rendi Lu sambil tersenyum kesal, dia berjalan ke sisi lain dan duduk, ini artinya dia membiarkan Amelia Wang, jika sungguh ingin menelpon, maka dia tidak akan menghentikannya.

“Dasar wanita pemboros, kamu tidak tahu malu?” Pedro ikut kesal, dia sudah kalah telak dan menghabiskan seluruh uang yang ada di rumahnya, dan sekarang dia ingin mengancam menantunya dengan menggunakan putrinya, Pedro benar-benar sudah tak tahan lagi.

“Pedro, tutup mulutmu!” teriak Amelia Wang dengan marah.

“Oke, aku tutup mulut, tapi bisakah kamu mengembalikan uangku sebesar 80 miliar kepadaku?” ucap Pedro dengan kesal.

“Ibu, apakah kamu tidak bisa diam saja? Kamu sudah kalah begitu banyak, masih ingin lanjut? Apakah kamu pada akhirnya akan menjual aku untuk dirimu berjudi?” ucap Lissa yang turut kesal.

Kerumunan orang itu mulai melirik Lissa yang begitu menawan, semua mata tertuju padanya.

Jika hari ini bisa memenangkan wanita cantik ini, maka cukup sudah hari ini.

Amelia Wang akhirnya tidak bersuara.

Pada saat ini Rendi Lu menatap bandar judi itu, kemudian bertanya : “Bagaimana cara mainnya?”

Mata bandar judi itu kembali berbinar-binar, dan berkata : “Menebak besar dan kecil, atau bisa juga memasang angka, jika besar kecil bayarannya 1 poin dibayar 2 poin, jika memasang angka, 1 poin dibayar 7 poin, dimulai dari 2 miliar.”

“Berapa batas maksimal?” Rendi Lu kembali bertanya.

“Tidak ada batas maksimal.” Kata bandar judi.

“Baiklah, aku akan main satu putaran denganmu.” Kata Rendi Lu sambil mengangguk.

“OK, silakan menukar chip.” Kata bandar judi itu sambil mengangkat tangannya.

Rendi Lu memanggil seorang pelayan Keluarga Chen, dia mengeluarkan sebuah kartu ATM kepadanya, “Passwordnya 777777, tukar 180 miliar chip.”

“Baik, tunggu sebentar.” Pelayan itu mengambil kartu ATMnya dan pergi menukar chip.

Kerumunan orang-orang itu tertegun mendengar Rendi Lu menukar 180 miliar, perjudian semakin besar.

Awalnya Keluarga Chen membangun tempat kasino ini hanya ingin memfasilitasi tamu, dan mencegah mereka dari kebosanan, tapi sebagian mereka biasanya hanya taruhan kecil, sekitar puluh-puluhan juta saja, jarang ada yang bertaruh hingga miliaran.

Benar-benar tidak bisa membayangkan, melihat taruhan yang saat ini telah menyentuh angka ratusan miliar.

Mata bandar itu mulai berbinar-binar, dia sebenarnya juga seorang penjudi handal, tapi melihat Rendi Lu yang sekaligus menukar 180 juta miliar chip ini, membuat dia merasa, Rendi Lu sedang mengantarkan uang untuknya.

“Rendi Lu, jangan terlalu gegabah.” Pedro memperingatkan, jika Rendi Lu ikut menghabiskan 180 miliar dan kalah, maka dia hanya tersisa 20 miliar, dan yang paling penting adalah, dia tahu jika Rendi Lu kalah 180 miliar, maka terakhir akan mengeluarkan 20 miliarnya juga.

Ini merupakan psikologi penjudi, jika dia menang, dia tidak akan berhenti, dan jika kalah, akan semakin membuatnya ingin mengembalikan modalnya.

Seperti Amelia Wang contohnya, demi ingin mengembalikan uangnya, dia rela menyuruh anaknya untuk bercerai dengan suaminya.

“Betul kakak ipar, kamu hanya punya 200 miliar, jika kamu kalah 180 milliar, maka uangmu tersisa 20 miliar.” Ucap Lissa turut mencemaskan Rendi Lu.

Sedangkan Amelia Wang, dalam hatinya dia sangat senang, tidak peduli bagaimana caranya, dia akan merebut 180 miliar chip itu.

Jika hari ini uangnya tidak kembali, dia tidak akan berpuas hati.

“Ayah, tidak apa-apa, aku bisa mempertimbangkannya.” Kata Rendi Lu sambil menggelengkan kepalanya.

“Hais…!” Pedro menghelakan nafasnya melihat Rendi Lu bersikeras ingin berjudi, hatinya sedikit tidak tenang.

Satu wanita boros ini saja sudah cukup untuk membuatnya gila, sekarang ditambah lagi dengan seorang menantu yang ingin berjudi, baginya, ini merupakan sebuah keluarga bencana.

Tak lama kemudian, pelayan itu datang membawakan 180 miliar chip untuk Rendi Lu, dan di waktu yang sama, dia juga mengembalikan kartu ATMnya.

“Tuan, jangan lupa untuk mengecek saldo di ponsel.” Ucap pelayan itu mengingatkan.

Rendi Lu menganggukkan kepala, kartu ATMnya yang ini memang hanya tersisa 180 miliar, tentu saja dia percaya pelayan ini tidak akan mungkin menggesek lebih.

Melihat 180 miliar chip di depan Rendi Lu, mata Amelia Wang mulai memerah, tetapi dia tetap saja menyuruh Rendi Lu untuk memberikan chip itu padanya.

“Sudah bisa kita mulai?” tanya bandar judi itu.

Rendi Lu mengangguk, bandar judi itu mulai memasukan dadu di dalam tabung dan mulai mengocoknya.

Bang!

Tabung kocok itu berhenti di atas meja, bandar judi itu bertanya kepada Rendi Lu : “Ingin bertaruh berapa? Dan menebak apa?”

“Taruh semua, 18.” Selesai berbicara Rendi Lu mendorong semua chipnya ke depan.

Semua orang terkejut, ini terlalu gila.

Dia menebak angka, dan mempertaruhkan semua chipnya, apakah dia sudah putus asa?

Dan yang paling penting, dia menebak paling besar 18, ini bahkan angka yang paling sulit keluar jika dalam dunia lotre, apalagi permainan dadu.

Mata Pedro, Lissa dan Amelia Wang semua melotot tak percaya.

Bagaikan sakit tak berdarah.

Bagaimana mungkin Rendi Lu bisa memenangkan ini semua? jika memang bisa, ini benar-benar sangat beruntung.

“Rendi Lu, kamu sudah gila? Bagaimana mungkin bisa keluar angka 18? Anak boros, kamu benar-benar menjengkelkan ibu!” kata Amelia Wang sambil menggertakkan gigi, dan ingin merebut 180 miliar chip.

Dalam hati bandar judi itu tersisip sedikit kebahagiaan.

Dadu ini sudah diakali olehnya, tidak akan mungkin bisa mengeluarkan angka 18, sudah pasti dia memenangkan putaran kali ini.

Melihat chip sebanyak 180 miliar di depan matanya, suaranya mulai bersemangat dan ingin segera membukanya.

“Tangan mohon menepi, buka!”

Bandar judi itu mulai bersemangat, dan membuka tempat dadunya.

Semua mata tertuju pada dadu di atas meja…

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu