Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 218 Herman

Riko melihat pria besar yang penuh amarah, dia merasa sedikit takut.

Inilah orang-orang desa, apapun tidak takut , hanya takut pada para pejabat.

“kamu adalah kepala polisi?” Rendi menatap pria besar itu dari atas sampai bawah dan bertanya.

Kearoganan Rendi membuat pria besar tercengang beberapa menit, “benar, aku Herman kepala kantor polisi Desa Dwikora, siapa kalian?”

Rendi mengeluarkan sebungkus rokok sampoerna no.1, dan membagikan satu orang satu, tetapi tidak kasih Herman.

Rokok sampoerna no.1 adalah rokok yang paling bagus di kota Yuzoda, rokok khusus dan jarang tersedia di pasaran, bagi sebagian orang jangankan merokok, bahkan mau lihat saja sangat sulit.

Troy menghidupkan rokok Rendi dahulu, baru menghidupkan punya sendiri.

Rendi menghisap dalam-dalam lalu mengeluarkan lingkaran asap dan berkata: “kami adalah teman Suandi, aku ingin bertanya, kesalahan apa yang telah diperbuat oleh Suandi mengapa sampai berhari-hari ditahan tanpa dipindah ke pengadilan untuk disidang?”

Herman benar-benar dibuat kesal oleh sikap dan nada bicara Rendi yang tinggi, ditambah lagi pria paruh baya minum sedikit bir masih terasa pusing dan langsung menunjuk Rendi berkata: “ apa yang kalian lakukan? Berani sewenang-wenangnya datang ke kantor? Keluarkan kartu identitas, tidak patuh, hari ini jangan harap kalian semua bisa pergi!”

Riko dibuat terkejut oleh sikap Rendi yang sombong, belum berbalik badan, juga dibuat terkejut oleh Herman yang arogan hingga kakinya gemetaran.

Dia bahkan tidak percaya, Rendi dan lainnya akan menggunaka cara ini untuk membebaskan orang,apa bedanya dengan bajingan.

Yang paling penting disini adalah tahanan, bagaimanapun datang kesini, juga harus menjadi orang yang beretika.

Riko langsung menarik baju Rendi, memberi kode untuk lebih rendah diri kalau tidak, maka tidak bisa membebaskan orang, sebaliknya mereka semua akan masuk tahanan.

Rendi sama sekali tidak tergerak, dia menatap Herman dengan candaan, berkata: “sebagai petugas penegak hukum, saat jam kerja minum bir bahkan berpakaian sembronoh, pecaya atau tidak sekali aku telepon, bisa membuat jabatanmu hilang selamanya?”

Herman tercengang dan tersadar, dia menatap Rendi dan lainnya dari atas sampai bawah, ternyata orang-orang ini memiliki latar belakang bagus.

Apalagi Rendi, berani membual, dia pasti ada andalan.

Dan disaat ini, ada beberapa petugas dari lantai bawah keatas, melihat Herman dan Rendi lainnya sedang berseteruh, salah satu dari mereka mengerutkan dahi dan bertanya : “apa yang sedang kalian lakukan?”

Tidak ada yang menjawab, dikarenakan Rendi sedang menelepon.

“sikap macam apa ini, wakil kepala sedang berbicara?” petugas satu lagi berkata dengan geram.

Saudara Hendri menyindir, mereka belum mengalami angin badai, sama sekali tidak peduli dengan beberapa petugas ini.

Hanya Riko yang sejak awal terpucat, bahkan tidak berani berucap sepatah kata pun.

“pas sekali kalian datang, beberapa anak ini datang membuat masalah, meraka kamu bawa dulu!” Herman melihat semuanya datang, tiba-tiba berubah pikiran, dia menyuruh beberapa orang bawa nanti baru dibicarakan.

Saat beberapa petugas ingin bertindak, seketika Rendi menyerahkan telepon kepada Herman.

“Jendral Danny memintamu untuk menjawab telepon.” Ujar Rendi dingin.

Yang lain tercengang, tentu saja mereka tahu siapa Danny, dan mereka memandang Rendi dengan heran dan kaget.

Herman juga bingung, tapi dia tetap menerima telepon, berdehem dan bertanya: “aku Herman, kamu siapa?”

Danny di seberang sana dengan tegas berkata: “aku Jendral Danny, aku ingin berbicara dengan pimpinan anda.”

“anjir, kamu adalah Jendral, pria tua itu Jendral ayah dia, kamu percaya atau tidak pria tua itu menemukan nomor teleponmu, dan akan menyeretmu ke pengadilan?” Herman berucap langsung menutup telepon, dan juga menyita telepon Rendi.

“bawa semuanya! ” ujar Herman penuh amarah.

Para petugas tanpa ragu lagi mendengar perintah, langsung mengeluarkan borgol untuk memborgol Rendi dan lainnya.

Rendi menyingir dingin, menerima mereka untuk di borgol, langsung menjulurkan tangannya untuk diborgol

Hanya Riko yang pucat seperti salju, dalam hatinya sangat ketakutan.

Dari awal sudah tahu jikalau Rendi dan lainnya tidak bisa diandalkan, sangat menyesal datang bersama mereka.

Tetapi dia juga cukup berani, saat diborgol juga tidak mengatakan apa-apa dan tidak mempermasalahkan hubungan Rendi dan lainnya.

Herman melihat Rendi berempat sangat kooperatif, bahkan mereka berinsiatif untuk diborgol, ada keanehan.

Apalagi melihat ekspresi candaan Rendi, hatinya serasa tidak tenang.

Dan pada saat ini, telepon di atas meja kantor direktur berdering, Herman masuk ke dalam, panggilan darurat, sekujur tubuh bercucuran keringat.

Panggilan telepon berasal dari Daerah Holmes .

“hallo, aku Herman kepala Kantor Polisi Desa Dwikora, maaf kamu siapa ya?” Herman menarik nafas dalam-dalam kemudian bertanya melalui telepon.

“hei Herman, berani-beraninya kamu menutup telepon Jendral Danny, dan bahkan menghina jendral lewat telepon, apakah kalian sudah kebanyakan minum ya sampai tidak tahu marga sendiri? Jendral periangati kamu, jendral sangat marah dia berkata akan pergi ke Desa Dwikora untuk survei, kalian pasti dimarahi habis-habisan, jika nanti aku juga kena marah, aku akan membuat kalian tidak bisa mengenakan seragam polisi ini lagi!” selesai bicara langsung menutup telepon dan terlihat sangat marah.

Herman dimarah habis-habisan, baru sadar bukannya orang itu pak li kepala biro dari cabang Daerah Holmes ? barusan yang ditelepon bocah itu memang benar si Jendelar danny.

Terpikir tadi berkata bahwa jendral danny adalah ayahnya, kakinya gemetaran hampir saja jatuh pingsan.

Lalu keluar bertemu para petugas yang masih memborgol Rendi dan lainnya, jantungnya bergetar, langsung berteriak: apa yang kalian lakukan? Cepat lepaskan mereka? Jangan berbuat onar!”

Anak ini begitu spesial sampai Jendral Danny bisa ditaklukkan, beraninya dia memborgol, mereka sungguh tidak tau mati.

Beberapa polisi termasuk wakil kepala saling menatap tidak tahu Herman telah membuat onar apa, namun masih penasaran lalu membuka borgol Rendi dan lainnya.

Begitu borgol dilepaskan, Herman langsung menggenggam tangan Rendi sambil tersenyum, dengan menyesal dan berkata: “ai ya, ini salahku, tidak menyangka kalian adalah teman Jendral Danny, salah paham, sungguh salah paham.”

Dan berkata ini teleponnya Rendi lalu mengembalikan kepada Rendi, sambil menatap Rendi dengan tatapan memohon.

Saat ini wakil kepala dan lainnya merespon, perubahan Herman sangat cepat, pasti karena panggilan telepon di dalam tadi.

Mungkinkah, tadi anak ini menyerahkan telepon kepada Herman sungguh panggilan dari Jendral Danny?

Memikirkan hal ini, seketika mata wakil kepala bersinar.

Dia mendengarnya sangat jelas, saat itu Herman tidak hanya memiliki nada buruk, apalagi berkata jendral Danny adalah ayah dia, dan langsung menutup telepon Jendral Danny

Sepertinya karir dia harus berakhir sampai disini.

Begitu Herman diberhentikan, dia yakin kesempatannya akan datang.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu