Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 289 Memberi Peringatan

Nicholas tahu masalah antar Rendi dengan Keluarga Zhang, Keluarga Zuo dan Keluarga Liu tidak akan berakhir, jadi ia merasa ada kemungkinan besar ketiga keluarga besar itu yang menyerang Rendi.

“Orang Offshore.” ujar Rendi.

“Offshore? Musuhmu saat kamu pergi ke Offshore?” tanya Linda.

Rendi melirik kearah Rendi dan mengangguk.

Ia tidak ingin banyak berbicara, karena ia takut Linda akan banyak pikir.

“Tenang saja, aku akan mengurus masalah ini.” hibur Rendi.

Kalau Risno tidak datang ke Kota Yuzoda, ia bersiap ke Offshore untuk mengetahui masalah ini dengan mereka.

Ia tidak takut pembunuhan dari belakang.

Tapi ia harus peduli kepada keluarganya.

Meskipun ia telah mendaftarkan Suandi dan pengawal Linda untuk memegang pistol secara legal, tapi para pengawal itu juga tidak begitu hebat.

Setelah mendengar kata-kata Rendi, Lani seketika mengetahui siapakah orangnya. Ia mengeluarkan teleponnya dan mengirimkan pesan singkat, lalu bersiap untuk menyelesaikan masalah ini.

Karena bisa dikatakan bahwa ia yang mencari masalah ini dan Rendi hanya membantunya untuk menanggung.

Tidak ada satupun yang membuka pembicaraan dalam perjalanan dan juga tidak ketemu lagi dengan pembunuh, lalu mereka dengan cepat tiba Jade on 36.

Setelah selesai makan, Rendi membawa Nicholas dan Lucas kembali ke Distrik Yuzhong.

Dalam perjalanan kembali, ia menerima panggilan Roni.

“Aku sudah mendapatkannya. Mereka tinggal di Hotel Yuro. “ ujar Roni.

“Hmm. Aku nanti akan bertemu dengan mereka. Kirimkan nomor kamarnya kepadaku.” Rendi mengangguk. Untung saja Risno dan Philip berada di Kota Yuzoda, daripada ia harus pergi lagi ke Offshore.

Setelah memutuskan panggilan, Rendi berkata kepada Troy. “Ke Hotel Yuro.”

”Baik.” Troy mengangguk. Setelah masuk ke Distrik Wijaya, langsung menuju ke Hotel Yuro.

Di presidential suite Hotel Yuro.

“Kak Philip, pembunuh bayaranmu kali ini kurang hebat, hanya tersisa satu orang yang berhasil kabur.” ujar Risno datar.

Mereka telah menghabiskan banyak uang untuk membayar lima orang pembunuh, dibagi dua kelompok untuk membunuh Rendi. Akhirnya empat orang yang terbunuh dan satu orang kabur, bagaimana mungkin ia tidak kesal.

Uang hanya masalah kecil. Tidak membunuh Rendi, tidak membalas dendam untuk anaknya, hatinya tidak akan merasa puas.

“Mereka memberitahuku bahwa ini merupakan pembunuh bayaran mereka yang terhebat. Kalau ingin membayar pembunuh yang lebih dari ini, kita harus menambah lagi 40 miliar.” Philip juga sangat tidak senang. Kalau ia tahu Rendi begitu susah dikalahkan, lebih baik ia mengeluarkan 40 miliar, agar masalahnya langsung terselesaikan.

”Sial! Mereka bukan mendatangkan pembunuh bayaran yang profesional untuk kita?” ujar Risno bingung.

“Ah, aku juga dijebak. Jadi kalau mau kita sekarang tambah lagi 40 miliar untuknya. Kalau tidak menyerah untuk bekerja sama dengan mereka. Tapi jika tidak bekerja sama dengan mereka, aku juga tida memiliki jalan lain.” Philip juga sangatlah bingung.

“Tambah saja uang. Aku juga tidak ada jalan lain untuk mencari organisasi pembunuh yang lebih baik. Semoga kali ini mereka tidak membuat kita kecewa lagi.” ujar Risno, lalu menghela nafas.

Philip mengeluarkan teleponnya, baru saja ingin menghubungi orangnya.

Lalu saat ini, terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Mereka berdua saling memandang dan menemukan firasat buruk dari tatapan mata masing-masing.

Risno pelan-pelan berjalan ke depan pintu dan melihat keluar melalui lubang intip. Saat melihat orang yang berdiri di luar, raut wajahnya seketika berubah dan menarik diri dari lubang intip.

”Siapa?” tanya Philip dengan pelan.

Risno menunjuk lubang intip dan menyuruh Philip untuk melihat sendiri.

Philip berkerut alis dan mendekat ke lubang intip. Raut wajahnya juga seketika berubah.

“Rendi. Ia tahu kita yang membayar para pembunuh itu dan datang mencari kita!” ujar Philip ketakutan.

Demi tidak menarik kecurigaan orang-orang, bahkan ia dan Risno tidak membawa pengawal saat datang ke Kota Yuzoda.

Sedangkan Rendi yang bisa begitu mudah membunuh pembunuh bayaran mereka, bukankah mudah juga jika Rendi ingin membunuh mereka?

“Lapor polisi terlebih dahulu, lalu tidak membuka pintu hingga kedatangan polisi.” ujar Risno setelah berpikir lama.

“Hmm, hanya bisa seperti itu.” Philip mengangguk kepalanya dan mengambil telepon bersiap untuk melapor polisi.

Lalu disaat ini, mereka berdua hanya mendengar sesuatu suara, lalu pintu kamar mereka dibuka dari luar.

Selanjutnya Rendi dan Troy masuk ke dalam.

“Siapakah kalian? Ada apa kalian masuk?” ujar Philip berpura-pura.

“Mari kita langsung saja. Kurasa kalian berdua kenal kan kepada Rendi? Oh iya, kamu Philip atau Risno?” Rendi melihat Philip sekilas dan tatapannya penuh penyindiran. Bahkan kedua orang ini tidak membawa satu pengawal pun dan berani datang membunuhnya di Kota Yuzoda.

Raut wajah Philip berubah. Ia tahu sama sekali tidak berarti lagi kalau ia tidak ingin mengakuinya, sehingga ia langsung jujur berkata, “Aku Philip. Aku hanya ingin tanya kepadamu, apa salah anakku denganmu? Mengapa kamu membunuh dirinya? Ia baru berusia dua puluh tahun!”

“Ternyata Pak Philip alias kepala keluarga Xia. Kalau begitu, yang disana itu adalah Pak Risno alias kepala keluarga Zhai? Mari kita duduk untuk berbicara.” ujar Rendi sambil tersenyum.

“Tidak ada bisa dibahas. Kamu telah membunuh anakku, kamu kira aku masih bisa berbincang ria denganmu?” Risno mendengus. Kalau tidak bisa lanjut berpura-pura lagi, lebih baik ia jujur. Mereka juga telah mengalami banyak hal.

Sedangkan Rendi langsung terduduk di sofa dan mengeluarkan rokok. Ia berbalik tanya, “Kalau aku bilang bukan aku yang membunuh Peter dan Selly, kalian juga tidak percaya?”

“Bukan kamu yang bunuh?” Risno menatap kesal Rendi. “Kamu mengira kita adalah anak kecil? Kalian bertengkar di pesawat, lalu bertengkar lagi setelah turun dari pesawat. Akhirnya kalian meninggalkan pesawat dan anakku membawa orang untuk menungguh kalian di Hotel Hee Laiton. Hingga malam, anakku dan Selly terbunuh di luar sana. Kamu masih ingin berpura-pura?”

“Apalagi setahuku, meskipun Peter agak tidak sopan, tapi ia sama sekali tidak pernah mencari masalah dengan siapapun di Offshore. Kalaupun ada, juga hanyalah pertengkaran kecil, bahkan mereka juga tidak sekejam itu sehingga anakku terbunuh juga. Kalau bukan kamu yang bunuh, lalu siapap?” ujar Philip curiga.

Rendi mematikan rokoknya dan mengeluarkan selembar foto. Ia letakkan foto diatas meja dan berkata, “Aku tidak peduli kalian percaya atau tidak. Aku tidak membunuh mereka berdua. Kalau kalian ingin membalas dendam, carilah wanita yang ada diatas foto ini. Kalau kalian mencari masalahku lagi, aku pasti akan ke Offshore untuk membunuh kalian.”

Selanjutnya Rendi membawa Troy keluar dari ruangan dan meninggalkan Philip dan Risno yang berkerut alis, susah untuk mengambil keputusan.

“Bukankah wanita ini yang bersama dengannya? Jangan-jangan ia yang membunuhnya?” ujar Philip berkerut alis sambil mengambil foto Lani diatas meja.

Risno juga ikut berkerut alis. Firasatnya memberitahu bahwa Rendi ingin menuduh Lani, lalu membuat Keluarga Lan di Central Plains bermusuhan dengan mereka.

“Jangan percaya kepadanya. Wanita ini adalah orang Keluarga Lan dari Central Plains. Ia tidak ada alasan untuk membunuh anakku, apalagi anakmu. Lagipula bukannya mereka bilang saat di pesawat, anakku mencari masalah dengan Rendi. Kita tidak boleh tertipu olehnya.” ujar Risno tegas.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu