Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 293 Ke Myanmar

Perencanaan Royjie memang agak buram. Rendi sama sekali tidak bisa melihat ambisi Royjie dari sini.

Tapi ia juga mengerti tindakan Royjie yang sekarang. Ia juga pernah takut saat dirinya mulai mendirikan usaha.

“Perencanaanmu ini hanya ingin aku investasi dua puluh milair bukan? Kamu pulang nanti, aku akan menyuruh Hasan untuk langsung investasi kepadamu.” ujar Rendi setelah melihat wajah Royjie bertiga yang kecewa.

Investasi dua puluh miliar, ia sama sekali tertarik. Kebetulan Hasan sedang di Kota Citra, jadi ia menyuruh Hasan untuk menjaganya.

“Sungguh? Kalau begitu, sangat baik. Terima kasih, Kak Rendi.” ujar Wislina.

”Terima kasih, Kak Rendi.” Royjie juga berterima kasih kepada Redni dengan hormat.

Rendi tidak mengatakan apa-apa, melainkan langsung menghubungi Hasan.

“Tuan Muda.” Setelah panggilan terhubung, suara telepon terdengar suara Hasan yang hormat.

Telepon Rendi belum diganti, mungkin karena terlalu lama digunakan, suaranya sangat besar tanpa hands-free, sehingga seketika Royjie bertiga langsung mendengar suara Hasan.

Tuan Muda!

Hasan adalah orang terkaya di Kota Citra dan ia memanggil kakak iparnya Tuan Muda?

Sebenarnya apa hubungan mereka? Jangan-jangan Kak Rendi sungguh merupakan Tuan Muda dari keluarga besar?

Sepertinya benar. Kalau tidak, bagaimana mungkin ia memiliki begitu banyak uang untuk mendirikan LKK Tekno Sains.

Pandangan yang digunakan Wislina dan Royjie kepada Rendi, pelan-pelan terjadinya perubahan.

“Hasan, adik sepupuku ingin mendirikan perusahaan dan kurang modal. Mohon kamu membantunya. Aku akan menyuruh mereka untuk membawa perencanaan kepadamu.” ujar Rendi.

“Baik. Aku tidak akan membuat Tuan Muda kecewa.” ujar Hasan tegas.

“Baiklah. Mereka nanti akan menghubungimu.” ujar Rendi memutuskan panggilannya, lalu ia memberi nomor telepon Hasan kepada Royjie.

“Terima kasih, Kak.” Setelah menulis nomor teleponnya, ia berterima kasih lagi.

“Tidak perlu sungkan. Kalian duduklah, aku harus pergi dulu.” ujar Rendi lalu berjalan ke luar. Ia masih ada janji dengan Roni dan mereka harus bertemu.

Lagipula Amelia juga di rumah. Sebenarnya ia merasa Victor mereka agak canggung saat ia berada di rumah.

Rendi mencari Roni, tentunya untuk membahas impor bijih dari Myanmar.

”Bagaimana hasil periksamu?” Rendi tanya kepada Roni. Ia menyuruh Roni untuk memeriksa hal perusahaan di Myanmar sana.

“Di Distrik kokang di Negara Bagian San, ada sebuah pasukan brandal. Aku curiga mereka merupakan penyelundup yang berasal dari Segitiga Emas.” ujar Roni.

“Kamu pernah berkontak dnegan mereka tidak?” tanya Rendi. Ia ingat ada nomor telepon di kertas perjanjian.

“Tidak ada. Aku tidak bisa bahasa Myanmar.” ujar Rendi sambil menggelengkan kepalanya.

“Tidak perlu. Aku ingat banyak orang yang berbicara bahasa mandarin di Distrik kokang sana. Mereka juga memakai rupiah. Dengan sejarah negara kita yang begitu lama, banyak orang bermarga Liu disana. Coba kamu hubungi mereka sekarang.” ujar Rendi.

“Sial! Aku masih belum tahu. Baik, aku akan hubungi ia sekarang.” Rendi agak canggung dan berbalik badan mengambil kertas perjanjian.

Ia menghubungi nomor telepon yang ada diatas kertas perjanjian. Setelah memastikan mereka bisa berbicara bahasa mandarin, lalu menyampaikan keinginannya dan dengan cepat mereka selesai membahasnya.

“Mereka menyuruh kita kesana besok untuk bertemu.” ujar Roni setelah memutuskan panggilan.

“Hmm, kalau begitu besok kita pergi.” Rendi mengangguk dan mengeluarkan teleponnya untuk mengurus visa. Setelah dua jam kemudian, visa sudah selesai diurus.

Setelah mengambil visa, Rendi memesan tiket pesawat.

Kota Yuzoda tidak ada pesawat yang menuju kokang, hanya bisa tiba di Ibu Kota Myanmar alias Naypyidaw, lalu naik mobil ke Distrik kokang.

Hari kedua pukul dua sore, Rendi dan Roni berdua tiba di Naypyidaw, lalu menyewa mobil, langsung menuju Distrik kokang.

Naypyidaw menuju Distirk kokang membutuhkan dua jam lebih, maka mereka akan tiba pukul empat sore lebih.

Distrik kokang merupakan distrik sepsial di Negara Bagian San. Ekonomi disana juga terhitung sangat maju di Myanmar.

Distrik kokang sangat aman di pagi hari, tapi kalau di malam hari, distrik ini memiliki panggilan Kota Kematian.

Karena kekuasaan gelap disini sangatlah kejam, bahkan ada yang langsung menjadi sekumpul perampok. Ada banyak saat dimana mereka berani bertengkar dengan pasukan tentara pemerintahnya.

”Kita besok saja baru pergi, sekarang cari dulu hotel.” ujar Rendi setelah tiba di Distrik kokang.

Roni mengangguk dan langsung ke hotel bersama Rendi.

Disini memang persis dengan apa yang dikatakan Rendi. Semua orang disini hampir bisa bahasa mandarin, bahkan beberapa gedung dan iklan menggunakan bahasa mandarin.

Ini membuat kedua orang ini lebih baik.

Setelah mereka berdua selesai pesan hotel, lalu mereka keluar untuk makan.

Restoran disini banyak yang persis dengan restoran di negara mereka. Mereka sama sekali tidak merasa berada di luar negeri, melainkan negara mereka sendiri.

“Maaf Pak. Pertandingan di arena bawah tanah bentar lagi akan dimulai. Apakah kalian tertarik untuk menontonnya?”

Saat kedua orang ini sedang pesan makanan, seorang pelayan cantik membawa selembar brosur kepada Rendi mereka.

Brosur itu terdapat dua petinju yang terlihat sangat garang.

“Arena bawah tanah?” Roni mengangkat alisnya. Di Kota Yuzoda juga ada arena bawah tanah, tapi hanya beberapa orang yang datang berpura-pura. Ada juga arena bawah tanah yang lain, merupakan tempat dimana kekuasaan gelap mendapatkan uang secara kejam. Ia pernah main beberapa kali, tapi tidak tertarik, lalu ia tidak pernah pergi lagi.

”Iya. Acara terakhir malam ini adalah Patrick Xiao yang berasal dari China dan Khaw yang berasal dari Thailand. Patrick dan Khaw tidak pernah mengalami kekalahan sebelum hari ini. Harga tiket masuk sangatlah murah, hanya perlu dua juta untuk membayar ruang VIP.” ujar wanita cantik itu sambil menatap Rendi mereka.

“Hmm, pesankan ruangan untuk kita.”Rendi mengangguk. Lagipula ia juga akan bosan pulang nanti, kebetulan hari ini bisa menghabiskan waktu.

Ujar Rendi sambil mengeluarkan dua juta untuk pelayan cantik itu.

“Terima kasih, Pak. Aku segera pesankan ruangan untukmu.” Mata pelayan cantik itu bersinar dan langsung mengambil uang keluar.

“Aku pernah melihat Patrick Xiao itu. Ia adalah raja tinju pertama di Kota Yuzoda. Aku tidak sangka kalau ia datang ke Myanmar.” ujar Roni.

“Bagaimana dengan kemampuannya?” Rendi mengangguk dan asal bertanya. Meskipun ia pergi untuk menghabiskan waktu, tapi ia juga tidak ingin menyaksikan pertandingan yang sembarangan.

“Biasa saja. Kalau ia tidak semakin baik beberapa tahun ini, ia bukanlah musuhku.” ujar Roni.

“Kalau begitu, ia juga termasuk baik.” Rendi mengangguk. Kemampuan Roni memang sangat baik. Maksud Roni, Patrick sepuluh tahun yang lalu mungkin sebanding dengan kemampuannya.

“Pak, ini tiket kalian. Bawalah tiket ini, nanti ada orang yang membawa kalian ke ruangan.”

Tak lama kemudian, pelayan cantik itu membawakan dua lembar tiket kepada Rendi mereka.

”Hmm.” Rendi menerima tiketnya dan melirik sekilas, lalu meletakkannya di meja lagi.

Tak lama kemudian, makanannya juga dihidangkan.

Setelah selesai makan, mereka melihat waktu pertandingan sebentar lagi akan dimulai dan langsung naik taksi berangkat menuju kesana.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu