Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 22 Dia Belum Memiliki Hak

"Kakak ipar, aku pikir kamu tidak akan datang." Mungkin karena waktu itu dia mengambil kartu vvip Rendi Lu, jadi dia merasa sedikit bersalah, Lissa terlihat cukup ramah kepada Rendi Lu di permukaan.

kartu vvip itu memang keren ya. Dalam dua hari terakhir ini, dia dan ibunya telah membeli banyak barang mewah wanita di Thamrin Plaza. Sekarang dia benar-benar tidak ingin mengembalikannya kepada Rendi Lu.

"Bagaimana mungkin." Rendi Lu sedikit tersenyum.

Melihat Rendi Lu baik-baik saja, Linda merasa lega, tetapi memikirkan ibunya yang tidak menyukai Rendi Lu, dia juga tidak tahu harus mengatakan apa.

Meskipun dia juga merasa tidak puas kepada Rendi Lu karena dia tidak berguna, tetapi di dalam hatinya dia masih berharap Rendi Lu tidak dipandang rendah oleh keluarganya.

"Ayah, duduklah di sini bersamaku." Kiki memanggil Rendi Lu.

"Oke." Rendi Lu sedikit tersenyum, ia berjalan ke sisi Kiki dan duduk di sebelahnya.

"Ini adalah hadiah ulang tahun yang kamu belikan untuk ayah?" Amelia Wang melihat plastik biru kecil di tangan Rendi Lu dan bertanya kepadanya.

"Iya, hadiah kecil. Ayah belum pulang bekerja yah." Rendi Lu mengangguk dan meletakkan plastik itu di atas meja teh.

Karena plastik itu berwarna biru, jadi mereka tidak bisa melihat apa yang ada di dalamnya, tetapi ketika melihat plastik kecil yang biasa digunakan di butik, Amelia Wang langsung tidak tertarik untuk membukanya.

Melihat penghinaan yang melintas di mata ibunya, Linda tidak ingin mengatakan perkataan yang sulit untuk di dengar, dia mengambil inisiatif untuk mengalihkan topik pembicaraan dan berkata: "Bu, aku kemarin telah naik jabatan menjadi kepala departemen penjualan."

"Sungguh, gajinya pasti meningkat banyak bukan. Perusahaan kalian hampir memonopoli peralatan sistem anti-pencurian di kota Yuzoda, masa depannya sangat menjanjikan." Amelia Wang berkata dengan gembira, putrinya bisa sukses, bahkan jika dia sudah menikah, sebagai seorang ibu, dia tentu saja akan merasa bahagia untuknya.

"Gaji pokok telah meningkat menjadi 12 juta, komisinya 20% lebih tinggi dari sales biasa, selain itu dari sales yang di bawa, kinerja dapat ditarik 0,5%." Ujar Linda sambil mengangguk.

"Wah, kakak, kamu sangat hebat, kamu hanya baru 1 tahun di perusahaan itu dan kamu sudah naik jabatan menjadi kepala departemen penjualan. Tampaknya bosmu benar-benar bijaksana dan bisa melihat orang berbakat." Lissa memujinya.

"Kemampuan apa yang aku miliki apakah kamu tidak tahu? Aku hanya beruntung saja." Linda berkata sambil tersenyum. Yang dia katakan itu memang benar, jika bukan ada orang misterius yang membantunya diam-diam memenangkan proyek real estat Greentown, dia tidak akan memenuhi syarat untuk dinaikkan jabatannya menjadi kepala departemen penjualan.

"Linda, kamu jangan terlalu merendahkan diri. Oh iya, kamu sekarang sudah naik jabatan menjadi kepala departemen penjualan, pendapatanmu jauh lebih tinggi. Kelak, kamu harus mengelola kartu bankmu dengan baik, jangan menghabiskan uangmu untuk orang yang tidak beguna." Ujar Amelia seperti ada maksud lain sambil melihat ke Rendi Lu.

"Bu, Rendi Lu memiliki pekerjaannya sendiri." Linda merasa sedikit canggung. Dia tentu saja bisa mendengar makna perkataan ibunya, ia tidak menyukai Rendi Lu karena dia tidak bekerja dan menggunakannya uangnya.

"Oh iya, kakak, dengar-dengar perusahaan kalian telah diakuisisi oleh orang, pemegang saham barulah yang menaikan jabatanmu bukan. Bagaimana tampang pemegang saham baru itu, apakah ia tampan?" Ujar Lissa dengan tiba-tiba.

"Identitas pemegang saham baru, selain Direktur Sandro, di perusahaan tampaknya tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan di rapat manajemen hari ini pun, dia mengenakan kacamata hitam dan topi, aku tidak tahu siapa dia." Linda menggelengkan kepalanya, teringat akan pemegang saham baru yang misterius, dia merasa itu sedikit lucu.

Tetapi dia juga merasa sedikit penasaran, apakah pemegang saham baru benar-benar sangat jelek seperti yang dia katakan?

"Karena kamu sudah naik jabatan menjadi kepala departemen penjualan, kelak kamu bekerjalah lebih giat, serahkan urusan rumah kepada Rendi Lu, selagi baru ada pemegang saham baru di perusahaan, kamu harus mengekspresikan dirimu dengan baik." Pesan Amelia Wang.

"Iya, aku mengerti. Oh iya, kali ini aku bisa naik jabatan menjadi kepala departemen penjualan, itu karena aku telah memenangkan proyek real estat Greentown yang tidak bisa dimenangkan oleh direksi kami. Sebenarnya, aku juga disulitkan oleh manajer proyek real estat Greentown selama dua hari. Ketika aku ingin menyerah, tidak tahu siapa yang menelpon Direktur Wang mereka, kemudian Direktur Wang mereka langsung menunjukku untuk memberikan poyek itu kepadaku. Aku tidak mengenal bos besar, aku juga tidak tahu siapa yang membantuku dari belakang." Linda mengangguk, dan ia mengungkapkan keraguan di hatinya.

Sebenarnya, dia masih merasa sedikit khawatir. Orang itu membantunya tanpa alasan, jika orang itu kelak meminta sesuatu yang tidak masuk akal kepadanya, dia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

"Kakak, jangan-jangan orang kaya itu menyukaimu. Meskipun kamu sudah menikah, tetapi bagaimanapun juga, kamu adalah wanita tercantik Universitas kota Yuzoda kita pada waktu itu." Ujar Lissa dengan bercanda.

"Apa yang kamu bicarakan ini?" Linda memelototi Lissa. Meskipun dia juga memiliki kecemasan dalam hal ini, tetapi bagaimana dia bisa mengatakan perkataan seperti itu di hadapan Rendi Lu.

Selain itu Rendi Lu adalah orang yang cemburuan.

Linda tanpa sadar melihat ke Rendi Lu, melihat Rendi Lu mengupas kuaci untuk Kiki dan tampak tidak mempermasalahkannya, dia tidak tahu apakah Rendi Lu benar-benar tidak menganggapnya serius atau tidak.

Melihat Linda menatapnya, Rendi Lu mendongak dan tersenyum padanya. Orang yang membantu Linda dari belakang adalah dia sendiri, dia tentu saja tidak menganggap serius perkataan Lissa.

Namun, ketika Amelia Wang mendengar perkataan putri bungsunya, dia langsung melihat Rendi Lu tanpa sadar, ada kilatan cahaya di matanya.

Ketika putri sulungnya bersikeras ingin menikah dengan Rendi Lu si orang yang tidak berguna itu, dia berusaha keras untuk menghentikannya. Sekarang jika benar ada orang kaya yang menyukai putri sulungnya, dia tidak keberatan untuk membujuk mereka untuk bercerai.

Di satu sisi, itu untuk kebaikan putrinya, di sisi lain, putrinya bisa menikah dengan keluarga kaya, maka keluarga mereka akan menjadi lebih bermatabat.

"Aku hanya bercanda, kakak jangan menganggapnya serius." Lissa tertawa.

"Oh iya, Rian, aku pernah menyebutkan hal ini kepadamu dua hari yang lalu. Apakah kamu yang membantu kakakku secara diam-diam?" Lissa tiba-tiba menoleh ke Rian yang di sebelahnya dan bertanya kepadanya.

"Ah? Aku, aku hanya menyebutkannya kepada ayahku, aku tidak tahu apakah dia yang pergi sendiri ke Greentown dan mencari Direktur Wang untuk membantu kak Linda atau bukan. Setelah aku kembali aku akan menanyakannya kepadanya." Awalnya Rian tertegun, lalu ia berkata.

"Tidak perlu di tanyakan lagi, waktu itu ayahmu juga yang maju untuk membantu kami, sehingga perusahaan Wijaya baru memberikan bisnis itu kepada ibuku. Kali ini, pasti ayahmu lah yang pergi mencari Direktur Wang, tidak disangka koneksi ayahmu sangat luas." Ujar Lissa dengan penuh percaya diri.

"Itu memang bukan omong kosong. Meskipun perusahaan keluargaku tidak besar, tetapi koneksi ayahku memang sangat hebat. Hampir semua orang di kelas atas di kota Yuzoda mengenal ayahku. Bahkan Alex orang terkaya pun, pernah di undang oleh ayahku untuk makan bersama." Ujar Rian dengan membual.

Sebenarnya, perusahaannya hanya kurang dari 1 triliun, ayahnya bahkan tidak memenuhi persyaratan untuk bertemu dengan Alex sendirian.

Tetapi membual tidak membutuhkan uang!

Karena dia bisa berpura-pura, mengapa ia tidak membual?

"Kelak, keluarga kami akan mengandalkanmu, kamu juga harus belajar lebih banyak dari ayahmu." Meskipun Amelia Wang terlihat seperti senior, tetapi di dalam hatinya ia merasa gembira karena putri bungsunya dapat menemukan pria seperti Rian.

"Yang di katakan bibi Amelia benar, aku pasti akan belajar lebih giat dan berusaha mengembangkan perusahaan keluargaku menjadi perusahaan besar kelas satu ketika aku mengambil alih ayahku kelak." Rian berkata dengan sombong.

"Apakah benar ayahmu yang membantuku?" Linda menatap Rian dengan penuh semangat. Jika benar ayah Rian yang membantunya, dia akan merasa lega.

"Linda, kamu tidak perlu menanyakannya lagi, selain ayah Rian, siapa lagi yang akan membantumu. Bisnis perusahaan Wijaya waktu itu juga ayahnya lah yang membantuku, jadi kamu harus berterima kasih banyak kepada Rian." Amelia Wang berkata sambil melihat ke Rendi Lu lagi.

"Selain itu, Rendi Lu. Rian telah membantu Linda, jadi kamu juga cepat berterima kasihlah kepada Rian." Amelia Wang berkata lagi.

Rendi Lu meletakkan kuaci di tangannya, akhirnya dia mendongak dan menatap Amelia Wang: "Dia belum memiliki hak untuk memintaku berterima kasih kepadanya."

Waktu itu ketika Rian tamak akan nama baik telah membantu mereka mendapatkan bisnis perusahaan Wijaya, Rendi Lu sudah merasa sedikit kesal.

Sekarang anak ini malah berani menyebutkan ia memiliki jasa membantu istrinya, itu membuatnya tidak dapat menahannya lagi.

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu