Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 4 Segera Minta Maaf Kepada Rendi

Famrik kah?

Rendi teringat kata-kata Famrik yang mengancam kemarin, lalu mengangkat sudut bibirnya.

Tapi ia awalnya memang ingin mengundur diri, jadi memecat itu sama saja baginya.

Rendi datang ke kantor ketua petugas keamanan alias Yanto. Ia belum saja bilang ingin mengundur diri, lalu terdengar Yanto berkata, “Rendi, kamu terlalu sering meminta ijin kerja, sangat menganggu rencana pekerjaan divisi kita. Aku telah meminta persetujuan Pak Sandro. Maksud Pak Sandro ingin memecatmu.”

“Oh, baiklah kalau begitu berikan gajiku beberapa hari ini.” ujar Rendi tenang.

“Kamu itu dipecat, bagaimana mungkin dapat gaji, bahkan uang jaminan tidak bisa dikembalikan.” ujar Yanto dengan senyum tipis. Ia kira Rendi akan berdebat lama dengannya, tapi siapa sangka ia langsung menerimanya.

Dasar bocah, harus mencari masalah dengan Pak Famrik. Pak Famrik adalah salah satu tokoh yang memiliki hak pasti di dalam perusahaan ini. Ia ingin memecatmu saja, tidak perlu menjalani proses apapun.

Rendi tersenyum melihat Yanto dan berkata, “Baik, aku pergi tanya kepada Pak Sandro.”

Ia tertawa dingin, lalu keluar dari ruangannya.

Meskipun ia sekarang telah menerima warisan kekayaan keluarganya dan tidak peduli dengan uang itu, tapi siapa yang berani mengambil uangnya begitu saja.

Melihat Rendi yang begitu percaya diri, Yanto mengerutkan dahinya, lalu mengambil teleponnya untuk menghubungi Famrik.

“Pak Famrik, Rendi pergi mencari Pak Sandro. Sepertinya kurang baik untuk tidak memberikan uang jaminan kepadanya.” ujar Yanto sedikit khawatir.

“Tenang saja, aku telah berbicara dengan Pak Sandro. Hanyalah seorang petugas keamanan yang kecil, bagaimana mungkin Pak Sandro peduli kepadanya.”

Famrik memutuskan panggilan dan menaruh kembali teleponnya. Sudut bibirnya terangkat pelan dan menyeringai.

Rendi ya Rendi, orang yang tak berguna sepertimu, apakah berhak merebutkan wanita denganku?

Memecatmu hanyalah awal dari rencanaku. Tunggu aku menemukan dimana kamu meminjam uang itu, kamu akan mati lebih parah.

Sepuluh menit kemudian, di dalam kantor Pak Sandro.

Sandro mengangkat kepalanya dan melihat Rendi yang tiba-tiba masuk ke dalam kantornya. Ia berkerut alis dan berkata, “Siapakah dirimu? Apa yang kamu lakukan?”

“Pak Sandro, ia adalah Rendi dari divisi keamanan. Ia ingin sekali bertemu denganmu dan aku tidak bisa menghentikannya.” Sekretarisnya sibuk mengejar Rendi masuk dan datang untuk menjelaskan.

Ia memandang Rendi dengan kesal. Ia tidak pernah bertemu dengan lelaki yang tidak bertindak baik. Tidak memberi masuk, lelaki itu mendorongnya langsung.

“Rendi yang berasal dari divisi keamanan...” Sandro mengangguk kepalanya dan teringat masalah yang dikatakan Famrik untuk memecat Rendi pagi ini.

“Benar, itu aku.” Rendi duduk di kursi sebereang Sandro dan memandangnya dengan tenang.

“Kalian boleh memecatku, tapi mengapa tidak memberi gaji kepadaku? Bahkan uang jaminan juga tidak diberikan kepadaku. Pak Sandro, mohon berikan penjelasan untukku!”

Sandro berkerut alis dan berkata,

”Aku sudah mendengar masalah memecatmu. Kamu sering bolos bekerja, perusahaanku pasti sudah tidak bisa memperkerjakan Anda. Tidak memberi gaji kepadamu merupakan maksudku, juga merupakan peraturan perusahaan.”

Kalau Famrik telah mengatakan masalah ini kepadanya, maka ia harus memberikan muka untuk Famrik.

Lagipula Famrik adalah manajer pemasaran perusahaan ini, juga memiliki kemampuan yang hebat. Ia juga dapat membawa banyak bisnis untuk perusahaan mereka setiap tahun.

Sedangkan Rendi hanyalah petugas keamanan yang kecil. Kedua orang ini saling dibanding dan tentunya Rendi sama sekali tidak dianggap.

Peraturan perusahaan? Mengapa aku tidak pernah mendengarnya? Jangan-jangan aturan perusahaan bukan digunakan untuk mengatur karyawan?” Rendi agak kesal. Ia sekarang telah meneruskan warisan, boleh tidak perlu peduli gaji ini, tapi ini merupakan masalah prinsip.

Padahal perusahaan tidak ada aturan ini, lagipula ia juga bukan tiba-tiba bolos. Setiap kali ia mendapat persetujuan untuk minta ijin kerja.

Sandro terlihat sekali ingin membantu Famrik untuk menghinanya, apakah sungguh menganggapnya sebagai petugas keamanan?

“Aku adalah Bos perusahaan. Aku bilang ada aturan ini ya tentu ada. Kalau kamu ada kemampuan untuk menjadi bos, juga bebas untuk membentuk peraturan.” Sandro menatap Rendi kesal. Kalau sudah memutuskan untuk membantu Famrik, maka ia tidak akan peduli lagi tokoh kecil seperti Rendi.

Biarkanlah tokoh kecil seperti itu berdebat, lagipula juga tidak akan menghasilkan apapun.

“Apakah kamu yakin ingin mengambil gajiku yang begitu dikit?” ujar Rendi.

Sebelum hari ini, kalau ia mendapat penghinaan seperti ini, ia tidak akan bisa menerimanya.

Tapi sekarang semuanya telah berbeda.

“Boleh juga kalau kamu ingin memikir seperti itu. Kalau kamu tidak terima, boleh memanggil polisi untuk melapornya. Baik, kamu bukan karyawanku lagi. Sekarang kamu sudah boleh pergi.” Sandro menaikkan bahunya dan bersikap untuk merendahkan Rendi.

“Pak Sandro memang sangat hebat, sangat angkuh.” Rendi tertawa. Ia memberikan ibu jari kepada Sandro. Sebenarnya ia sama sekali tidak pernah menerima penghinaan begitu besar.

Benar. Baginya, Sandro itu sedang menghinanya.

Orang baik juga bisa marah. Tentu Rendi tidak akan diam begitu saja. Bukan setiap orang boleh menghinanya dan merebut gajinya.

Ia melihat Sandro sekilas, lalu mengeluarkan telepon untuk menghubungi Alex.

“Paman Alex, Perusahaan Elektronik Tongjia seharga empat ratus miliar. Berapa waktu yang harus dibutuhkan jika aku menginginkannya bangkrut?” tanya Rendi.

“Waktu setengah hari, Tuan Muda.” ujar Alex tertawa.

“Baik. Kalau begitu, aku ingin melihat mereka hari ini bangkrut.” ujar Rendi, lalu memutuskan panggilannya.

Ia tersenyum kearah Sandro dan berkata, “Tidak ada orang yang berani mengambil uangku di dunia ini. Kalau aku tidak ingin, maupun ia mengambil uangku dikit, aku juga akan membuatnya sengsara.”

Lalu ia bangun dan berjalan menuju keluar.

Sandro memasang raut wajah tersenyum dingin. Menghadapi ancaman Rendi yang membosankan, ia tidak akan pernah menganggapnya.

Kalau Rendi memiliki kemampuan untuk membuatnya bangkrut, untuk apa ia datang ke perusahaannya menjadi petugas keamanan?

......

Rendi menahan amarahnya dan meninggalkan kantor Sandro, langsung menuju rumah sakit.

Hari ini Linda akan membahas kerja sama, jadi membutuhkan ia untuk menemani anaknya.

Rendi baru saja tiba di resepsionis lantai satu, ia langsung bertemu dengan Famrik mereka, sepertinya sengaja menunggu kedatangannya.

Benar sekali, Famrik memang sengaja menungguh untuk memalukan Rendi.

Kemarin Rendi menyerangnya dan memukul wajahnya keras. Ia adalah orang yang akan membalas dendam, tentunya ia tidak akan kehilangan kesempatan ini.

“Bukankah ini adalah Rendi? Kudengar kamu pergi mencari penjelasan kepada Pak Sandro. Seharusnya Pak Sandro juga telah memuaskan permintaanmu kan.” Famrik menatap Rendi penuh sindiran.

Begitupula dengan Yanto dan beberapa petugas keamanan.

Mereka semua adalah tentara yang baru kembali dari militer. Tentara yang seperti mereka, masih saja tidak bisa mengalahkan orang yang tidak pernah menjadi tentar. Ini sungguh membuat mereka kurang puas dengan Rendi.

Mendengar Rendi dipecat, bahkan tidak mendapatkan gaji dan uang jaminan, beberapa petugas keamanan ini sangatlah senang.

Rendi menatap Famrik dengan tenang dan pelan-pelan mengeluarkan rokok. Ia menghisap pelan dan berkata, “Silahkan lanjut pertunjukkanmu.”

Kalau Famrik begitu senang, maka biarkan ia terus bahagia saja!

Hanya saja apakah ia masih bisa bahagia setelah mendengar pengumuman Perusahaan Elektronik Tongjia bangkrut?

Mendengar sindiran Rendi, raut wajah Famrik seketika berubah. Ia paling benci Rendi begitu sombong, saat Rendi sudah tidak ada jalan lain lagi.

”Rendi, kamu hanyalah orang yang tidak berguna. Untuk apa kamu berpura-pura denganku?” ujar Famrik.

“Benar, Rendi. Kamu hanyalah petugas keamanan kecil. Sedangkan Pak Famrik adalah manajer yang kaya dan memiliki hak. Apakah kamu berhak untuk mencari masalah dengan Pak Famrik? Rendi dengarlah nasehatku, segeralah minta maaf kepada Pak Famrik. Kalau tidak, kamu mungkin saja tidak akan mendapatkan pekerjaan di Kota Yuzoda.” Meskipun Yanto menasehati Rendi, tapi setiap kata-katanya penuh dengan ancaman.

Rendi berkata, “manajer pemasaran yang kecil begitu berani juga untuk mengalahkanku? Yanto, kamu sedang bercanda denganku?”

Raut wajah Yanto berubah pelan, tak sangka kalau Rendi itu begitu tak tahu malu. Ia mendengus dan tidak mengerti apa yang ia katakan.

Famrik tertawa sombong dan berkata, “Hngg, meskipun aku adalah manajer yang kecil, tapi ucapanku bisa memecatmu dari perusahaan dengan mudah. Apalagi bisa membuatmu tidak mendapat gaji dan uang jaminan.”

“Rendi, aku jujur kepadamu bahwa memecatmu itu adalah maksudku. Aku sungguh tidak mengerti, kamu menggunakan apa untuk bertarung denganku? Kalau kamu begitu hebat, kamu ambil dulu gaji sebelum kamu pergi, ataupun minta Pak Sandro untuk menarik keputusan untuk memecatmu.”

“Famrik, kamu sangatlah sombong.”

Di saat ini, terdengar suara yang cukup berkuasa. Semua orang berbalik kepala dan memandang kearah sana, lalu bertemu dengan Pak Sandro yang berasal dari elevator.

Melihat raut wajah Pak Sandro yang begitu buruk, Famrik mereka seketika muncul firasat buruk.

“Apakah Pak Sandro mau pergi?” ujar Famrik sambil tersenyum malu.

“Hngg!” Sandro melihat Famrik penuh kekesalan sambil berkata, “Aku tanya kepadamu, biasanya Rendi bertampil baik di kantor, mengapa kamu harus memecatnya? Kamu juga berada di divisi pemasaran, apakah berhak memecat orang divisi keamanan? Siapa yang memberi hak itu kepadamu?”

“Asal menggunakan hakmu untuk memecat karyawan baik milik perusahaan. Famrik, kamu akan kupecat, kalau tidak segera meminta maaf kepada Rendi dan dimaafkan olehnya!” ujar Sandro kesal.

“Apa??” Famrik tercengang,tidak mengetahui apa yang terjadi.

Sandro yang raut wajahnya penu kekesalan, sepasang kakinya juga bergetar.

Yanto dan beberapa petugas keamanan yang lain juga tercengang. Bukankah Pak Sandro akan memecat Rendi?

Apa sekarang maksudnya?

Rendi memandang Sandro yang marah besar kepada Famrik, lalu menyeringai.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu