Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 8 Membeli Pakaian Untuk Kiki

Hari kedua, Linda pergi bekerja seperti biasanya. Mungkin karena masih kesal dengan Rendi, jadi ia langsung pergi begitu saja ,tanpa membuat sarapan.

Rendi bangun untuk membuat sarapan. Setelah makan bersama Kiki, ia langsung membawa Kiki ke taman kanak-kana.

Tiba-tiba daftar masuk kelas, awalnya Kepala Sekolahnya ingin menyulitkan mereka.

Tapi Rendi langsung memberinya selembar kartu ATM, bilang didalamnya terdapat dua ratus juta. Kepala Sekolah dengan langsung menerima, tanpa memeriksa lagi.

“Kiki, Ayah bawa kamu beli dulu dua setelan baru, lalu besok datang belajar disini.” ujar Rendi menggandeng tangan Kiki sambil berjalan menuju mall.

“Baik. Aku ingin membeli pakaian terbagus. Kemarin yang Nenek beli sama sekali tidka bagus.” ujar Kiki ceria.

“Baik. Hari ini Ayah akan membelikan yang tercantik untukmu.” ujar Rendi sambil tersenyum tipis.

“Ayah, aku ingin memilih sendiri ya.” ucap Kiki.

“Baik, Ayah akan membeli pakaian yang disukai Tuan Putri kita.” ujar Rendi lalu menggendong Kiki. Kiki baru saja keluar dari rumah sakit, Rendi tidak rela membiarkannya berjalan begitu banyak.

Mereka tiba di Thamrin Plaza dengan cepat. Rendi membawa Kiki langsung ke toko pakaian anak-anak.

Thamrim Plaza terdapat tiga lantai yang menjual pakaian. Semuanya merupakan produk impor yang cukup mahal, juga terdapat banyak restoran, bioskop, tempat bermain dan lain-lainnya, sangatlah ramai.

“Ayah, Tante.” ucap Kiki lalu menunjuk toko pakaian wanita disamping.

Rendi menoleh kearah dimana Kiki menunjuk, lalu ia hanya menemukan Lissa dan beberapa temannya keluar dari toko itu.

“Tante! Tante!” teriak Kiki kepada Lissa mereka.

Lissa berjalan mendekati kita dengan senyum setelah mendengar suara Kiki.

“Sini Tante gendong, Kiki.” Lissa langsung menggendong Kiki di pelukannya.

“Tante juga datang kesini untuk membeli pakaian baru? Ayah juga datang membawaku untuk membeli pakaian baru.” ujar Kiki.

“Iya, Tante juga datang membeli baju baru untukmu.” ujar Lissa.

“Wah, Lissa. Apakah itu adalah anak Kakakmu? Cantik sekali!”

Beberapa teman Lissa mendekat. Ada seorang wanita yang menyentuh wajah Kiki, sehingga Kiki sedikit menghindar, lalu membuat para wanita terkekeh.

“Tante, aku mau Ayah yang gendong.”

Kiki melihat beberapa orang asing yang sedang menertawainya, seketika ia tidak ingin berada di pelukan Lissa.

“Kiki, Tante bawa kamu pergi beli pakaian baru. Jangan peduli Ayahmu.” bujuk Lissa.

“Tidak. Aku mau Ayah.” Kiki menggoyangkan tubuhnya, ingin Lissa menurunkan dirinya.

Lissa tidak berdaya dan hanya bisa memberikan Kiki kepada Rendi. Saat tatapannya menyapu dari wajah Rendi, tatapan itu menunjukkan meremehkan.

Rendi tidak ingin peduli Lissa dan membawa Kiki menuju toko pakaian anak-anak.

“Rendi, toko pakaian ini merupakan toko pakaian merk yang diimpor dari Italia. Satu pakaian yang paling murah juga harus membutuhkan beberapa juta. Apakah kamu sanggup membelinya?” teriak Lissa dari belakang sambil mengerutkan dahinya.

Ia tahu Rendi tidak pergi bekerja lagi dan menggunakan uang yang dihasilkan Kakaknya.

Hal yang terpenting adalah Rendi telah meminjam sejumlah uang yang cukup banyak untuk mengobati penyakit Kiki!

Ia seketika kesal melihat Rendi begitu boros dalam membeli pakaian anak-anak.

“Aku sanggup membelinya.” ujar Rendi.

“Kamu sanggup membelinya?” Lissa mengejar Rendi dan berkata, “Kamu membeli pakaian yang begitu mahal untuk Kiki, apakah kamu sudah bilang kepada Kakakku?”

Rendi malas untuk menyaut perkataannya dan langsung masuk ke toko pakaian anak-anak.

“Lissa, Kakak Iparmu kaya juga. Kudengar toko pakaian anak-anak ini paling murah juga membutuhkan beberapa juta.” ujar seorang wanita.

“Ia sama sekali tidak kaya!” Rian tertawa dingin dan menyindir, “Kudengar ia berhutang sebanyak satu miliar lebih, apalagi ia tidak pergi bekerja dan menggunakan gaji Kakak Lissa untuk berlangsung hidup.”

”Hah? Lelaki tidak pergi bekerja dan dirawat oleh seorang wanita?” ujar seorang wanita dengan terkejut.

“Ada lelaki seperti ini, sungguh tak berguna.” ujar beberapa orang lain dengan merasa kesal, sambil menggelengkan kepalanya melihat punggung kepergian Rendi.

Apalagi kedua wanita itu memikir di dalam hati, ia mungkin sudah menendangnya keluar kalau suami mereka begitu tak berguna.

Rendi sedikit kesal mendengar ini dan raut wajahnya tidak terlihat baik.

Biasanya Lissa akan menyindir beberapa kata saat tidak ada orang. Sebagai Kakak Ipar, Rendi sudah malas berurusan dengannya, tapi ini sangat keterlaluan untuk menuduhnya di depan umum.

”Ayah, aku ingin pakaian itu.” ujar Kiki sambil menunjuk pakaian anak-anak yang berwarna putih, saat Rendi ingin mengatakan sesuatu kepada Lissa.

“Baik.” Rendi menahan amarah dalam hatinya dan mengangguk, lalu berbalik badan berjalan menuju pakaian yang Kiki tunjuk.

“Tuan, ini adalah pakaian musim panas yang baru diimpor dari Italia, baru saja lusa kemarin tiba. Bagaimana dicoba dulu untuk anak Anda?” Pelayan wanita itu langsung mengenalkan produknya.

Rendi mengangguk. Pelayan itu mengambil pakaiannya dan bersiap untuk membawa Kiki coba pakai, lalu ia bertemu dengan sepasang istri yang membawa anaknya berusia tiga tahu lebih datang.

”Ibu, aku juga ingin pakaian itu.” Anak perempuan itu juga menunjuk pakaian anak-anak berwarna putih yang diambil pelayan wanita itu.

“Mohon langsung bungkus pakaian itu untukku.” ujar wanita itu langsung kepada pelayan itu.

Pelayan melirik sekilas kearah Rendi. Ia sedikit kesusahan.

Lagipula Rendi mereka yang melihat pakaian ini terlebih dahulu dan juga bersiap untuk memakainya.

“Ayah, aku juga ingin pakaian ini.” Kiki melihat ada orang yang ingin merebut dengannya, seketika langsung menarik tangan Rendi dan diayunkan.

“Maaf, anakku melihat pakaian ini terlebih dahulu, lagipula juga bersiap untuk mencobanya. Kalian pilihlah yang lain.” ujar Rendi kepada wanita itu.

“Mencoba? Orang-orang yang miskin seperti kalian, tidak sanggup membeli dan sering datang mencoba, sehingga banyak pakaian menjadi sangat kotor.” Wanita mendengus dan menilai Rendi dengan tatapan meremehkan.

Pakaian Rendi sangatlah biasa. Wanita itu semakin merasa orang yang seperti Rendi tidak mungkin bisa membeli pakaian anak-anak itu.

“Tidak coba pakai, bagaimana tahu cocok atau tidak?” ujar Lissa yang ikut masuk dengan tak puas.

Meskipun ia tidak menyukai Rendi, tapi ia tidak boleh melihat Kiki dihina begitu saja.

“Buang saja kalau tidak cukup. Ada apa yang susah? Kalian harus mendirikan prinsip keuangan yang benar untuk anak sejak kecil. Maaf, sepertinya kalian juga tidak mengerti kehidupan orang kaya.” Wanita itu menatap jijik kepada Lissa mereka.

Ini bisa disebut melatih prinsip keuangan yang benar untuk anak kecil?

Semua orang membuka matanya besar. Pikiran wanita ini sungguh berbeda.

Bukankah kamu sejak kecil melatih anak yang tak berguna?

“Kamu bawa anakku pergi coba pakaiannya.” ucap Rendi kepada pelayan wanita itu.

ia sudah malas berbicara dengan wanita itu. Berbicara dengan wanita seperti ini, sama saja menghabiskan waktu.

“Kamu tanya ia ingin menjualkan itu kepadamu atau kepadaku?” Wanita itu tertawa dingin dan menatap jijik Rendi.

Lalu ia berbalik badan dan berkata kepada pelayan. “Tadi kita telah membungkus lima set pakaian, sejumlah delapan puluh juta. Kalau kamu berani menjual pakaian ini untuknya, maka kita tidak jadi membeli lima set pakaian itu.”

“Dan kita juga akan mengadu kepada Manajermu. Lihat Manajermu ingin menolongmu atau menjilatku.” ucap wanita itu dengan sombong, lalu menoleh menatap Rendi.

Rendi tetap tenang, sedangkan Lissa mereka melihat kearah pelayan dan melihat apa yang dikatakannya.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu