Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 288 Pembunuh

Upacara pembukaan bisnis berlangsung sangat sukses, juga tidak terjadi masalah apapun. Ini membuat Rendi kembali santai.

Pukul setengah dua belas, setelah semua acara selesai, ia menyuruh para tamu pergi makan siang.

Tamunya cukup banyak, bahkan ia juga memberi para wartawan makan siang. Rendi memesan dua puluh ruangan di Jade on 36.

Saat turun dari gunung, Rendi menemani Nicholas, Lucas, Gunawan, Sulan, Lani dan Linda mereka naik mobil multi-fungsi. Troy-lah yang mengendarai mobilnya.

Semua tamu kedatangan hari ini diantar jemput oleh LKK Tekno Sains. Dua puluh mobil multi-fungsi, satu mobil satu meja, sangatlah cukup.

Karena jalan menuju gunung masih direnovasi, jadi mereka hanya bisa menggunakan jalan dulu, merupakan dua jalur bolak-balik yang masih baik untuk dilalui.

Tiba-tiba ada sebuah mobil van yang langsung menerobos, tanpa bisa mengurangi kecepatan. Untung saja teknik Troy cukup baik dan tidak panik, kalau tidak mungkin saja akan tertabrak.

Beberapa penumpang hampir saja mengeluarkan keringat dingin setelah melihat adegan ini, apalagi Sulan dan Linda berdua berteriak pelan.

“Sial! Bisa menyetir atau tidak!” Supir mobil van itu yang mulai marah terlebih dahulu.

Troy mengerutkan dahi dan menoleh kearahnya.

Lalu di saat ini, ada seorang petani tua tiba-tiba muncul di depan mobil dan sengaja menabrak dirinya ke mobil.

“Hati-hati!” teriak Rendi yang duduk di kursi penumpang.

Troy terkejut dan langsung menginjak rem, tapi ia tetap telat. Petani tua itu telah menabrak dirinya dan terjatuh di tanah.

Sedangkan mobil van itu juga berhenti.

Tatapan marah Troy sedikit takut dan ingin turun mobil melihat keadaannya. Lagipula di mobil ini juga ada Nicholas mereka, jadi ia harus berani.

”Jangan peduli ia.” Sedangkan Rendi menarik Troy yang ingin turun mobil.

Beberapa orang yang di belakang mengangkat alis. Bagaimana mungkin tidak mempedulikannya, apalagi itu adalah orang tua? Banyak orang menatap Rendi bingung.

“Bagaimana boleh seperti itu, kalaupun ia sengaja ingin meminta uang, seharusnya kita juga turun melihat kondisinya.” ujar Linda.

“Ikuti saja kata-kataku. Orang tua itu aneh.” ujar Rendi menggelengkan kepalanya.

Linda berkerut alis, tidak tahu mengapa Rendi seperti itu.

“Pak Rendi. Anda tidak berhati sekali, bagaimana bisa begitu saja? Lani, hubungi ambulan dan aku hubungi pihak polisi.” Sulan agak sedih. Baginya, Rendi seharusnya seperti seorang pahlawan, tapi saat menabrak seseorang, ia memilih untuk kabur. Ini sungguh membuat dirinya kecewa.

Lani juga bingung apa maksud dari Rendi. Kalaupun begitu tidak berhati, setidaknya jangan ditunjukkan di hadapan Nicholas dan Walikota. Mereka berdua bahkan masih berada di mobilmu.

Kedua orang mengeluarkan teleponnya, mulai menghubungi pihak yang bersangkutan.

Nicholas dan Lucas hanya berkerut alis, sama sekali tidak menemukan kejanggalan.

“Hidupkan mobilnya dan mundur ke belakang, lalu melewatinya.” ujar Rendi kepada Troy.

Troy baru saja ingin menghidupkan mobilnya, lalu supir dari mobil van itu datang mengetuk jendela mobil.

”Sial! Kalian tidak peduli setelah menabrak orang?” teriak pemuda itu sambil mengetuk jendela mobil.

Raut wajah Nicholas mereka yang berada di mobil agak canggung.

”Kalian itu orang atau bukan? Masih saja ingin kabur setelah menabrak orang!” ujar pemuda itu lagi.

Sulan tidak dapat menahannya lagi, lalu membuka pintu mobil untuk melihat orang tua yang tertabrak.

Lalu di saat ini, tatapan pemuda itu mulai berbeda dan tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau. Pisau itu diarahkan ke dahi Sulan.

Para penumpang di mobil mematung. Walaupun Sulan bisa bela diri, tetapi dalam jarak yang begitu dekat, ia juga sama sekali tidak bisa bereaksi, begitupula dengan Lani yang berada disampingnya.

Saat semua orang mengira Sulan akan mati, tiba-tiba ada sebuah tangan yang terjulur ke depan dan memegang pergelangan tangan pemuda itu. Saat itu, pisau itu hanya tersisa lima enam sentimeter dari dahi Sulan, hampir saja dahinya sudah mau tertusuk.

Rendi-lah yang memegang pergelangan tangan anak muda itu. Sebelumnya ia juga merasa pemuda ini janggal dan terus menatap pemuda itu. Ternyata benar bahwa pemuda itu adalah pembunuh.

Krekk!

Rendi mengeluarkan tenaganya dan langsung mematahkan pemuda itu.

Pemuda ini berteriak. Pisau di tangan pemuda itu langsung terjatuh di kaki Sulan dan sisi tajamnya tertusuk ke paha Sulan.

Di waktu seperti ini, Lani yang disamping melemparkan telepon ditangannya dan menangkap pisaunya, agar Sulan terhindar ditusuk oleh pisau.

Sedangkan saat ini, orang-orang di dalam mobil tiba-tiba melihat petani tua itu sedang mengarahkan pisau ke Rendi.

“Hati-hati!”

Teriak Linda.

Saat ini Rendi sedang memegag erat tangan pemuda itu, biasanya akan susah untuk menghindari keadaan ini.

Semua orang khawatir kepadanya, bahkan Troy juga tidak dapat bereaksi.

Sebentar lagi pisau di tangan petani tua itu akan menusuk kearah Rendi.

Tiba-tiba...

Rendi melepaskan tangan pemuda itu dan mendorong pintu mobil.

Bang!

Pintu terbuka sangat tiba-tiba dan petani tua tidak menyadarinya, sehingga langsung tertabrak melayang.

Rendi langsung turun dari mobil.

Lalu di saat ini, terdengar suara tembakan.

Tanpa berpikir banyak, Rendi menarik pemuda itu untuk menghindari peluru.

Dorr!

Peluru itu langsung tertembak ke dahi pemuda itu dan darah mulai bercucuran.

“Tutup pintu mobil dan jendela!”

Rendi berteriak, lalu melempar pemudanya dan sekaligus mengambil pisau dari tangan pemuda itu. Ia berlari, lalu masuk ke dalam sebuah toko kecil di samping.

Saat ini di dalam toko kecil itu, terdapat seorang berpakaian hitam terus menembak kearah Rendi tanpa henti.

Tapi Rendi sangat lincah, sehingga beberapa kali tembakannya gagal.

Tiba-tiba muncul sebuah pisau di pandangannya. Kecepatan pisau itu sangatlah cepat, sehingga ia tidak ada waktu untuk berekasi.

Saat pisau itu sudah mendekat di depan matanya, pisau itu langsung menusuk dahinya.

Mata orang berpakaian hitam itu terbuka besar dan mati begitu saja.

Setelah menyelesaikan penembaknya, Rendi tidak langsung masuk ke dalam toko, melainkan hati-hati masuk kedalam.

Tapi ia juga pikir terlalu banyak. Di dalam toko hanya terdapat seorang pria yang berjongkok di ujung ketakutan.

“Kalau tidak takut mencari masalah, sebaiknya jangan menyentuh mayatnya dan segera hubungi polisi.” Rendi melihat pria di ujung sana dan langsung berbalik badan meninggalkan toko itu.

Setelah keluar, ia memeriksa lagi sekitar dan menyadari tidak adanya pembunuh. Sedangkan pembunuh yang berdandan seperti orang tua itu juga kabur. Setelah itu, ia baru masuk ke dalam mobil.

”Ayo berangkat!” ujar Rendi.

Troy mengangguk dan menghidupkan mobilnya.

“Terima kasih untuk yang tadi, Rendi.” ujar Sulan. Ia merasa canggung dan merasa menyesal.

Karena ia mencurigai Rendi, sehingga ia hampir saja mati di tangan pembunuh itu.

Kalau dipikir kembali, ia masih saja ketakutan.

“Tak apa-apa.” Rendi menggelengkan kepalanya.

“Rendi, orang siapakah itu?” tanya Nicholas. Ia juga cukup terkejut saat mendengar suara tembakan, bahkan ada dua peluru yang tertembak di jendela mobil.

Ia ingin tahu apakah orang-orang itu berasal dari tiga keluarga besar.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu