Ternyata Suamiku Seorang Sultan - Bab 37 Direktur Sandro Memintanya Ke Kantornya

Melihat Rendi berjalan ke arah pegawai magang yang kemarin, beberapa wanita cantik di belakang sedikit tidak suka, mereka melihat pegawai magang itu penuh dengan kecemburuan.

“Kak Rendi……”ucap Hanni semangat, dan tidak tahu harus berkata apa.

“Mobil A6 masih ada yang lain? Aku ingin membelinya hari ini.”tanya Rendi.

“Ada, masih ada, kamu masih ingin membeli satu lagi?”ucap Hanni sibuk mengangguk.

“Hhm, langsung urus prosedurnya, mobilnya aku tidak lihat lagi.”ucap Rendi.

“Baik.”ucap Hanni semangat, sambil mengarahkan Rendi mengurus proses pembayaran.

Melihat kedua orang ini pergi, para salesman di belakang memukul dada mereka sendiri penuh penyesalan.

Kemarin kalau mereka tidak memandang rendah, dan inisiatif memberikan pelayanan yang baik, mungkin tidak akan kehilangan customer besar ini.

“Nagita, tidak kelihatan pekerja magang yang kamu bawa sangat beruntung.”

“Tidak ada gunanya iri sekarang, salahkan kita sendiri tidak pandai menilai.”

“Iya, kali ini pembelajaran yang sangat besar, lain kali pelanggan manapun, jangan dengan gampang memandang remeh mereka. Kak Rendi terlihat sangat sederhana, selain tampan tidak ada yang aneh, ini baru benar-benar rendah hati.”

“Iya, mungkin orang yang benar-benar kaya suka rendah hati.”

Bayar, tanda tangan perjanjian, mobil diserahkan.

Orang yang sama, dua hari berturut-turut membeli dua mobil A6 yang baru, bahkan manager juga terkejut.

“Nagita, dengan dua nota penjualan ini, kamu sudah bisa menjadi pegawai tetap, dan ini kesempatan bagus, customer seperti ini harus di jaga.”ucap Manager dengan semangat mengajari Nagita.

Nagita mengerti maksud manager, wajahnya sedikit memerah, dia ragu selama dua detik, lalu pergi mengejar keluar.

“Kak Rendi, namaku Nagita, terima kasih dua hari ini sudah membeli mobil.”Rendi baru saja duduk di mobil, melihat Nagita datang ke samping jendela.

Melihat rasa malu di wajah Nagita, Rendi tersenyum, berkata: “Kemarin kamu bersedia melayani kami, hari ini datang menjaga bisnismu itu sangat normal.”

Nagita merasa dirinya sangat beruntung, dia menggertakkan gigi berkata: “Kak Rendi, bolehkan aku meminta nomor teleponmu, atau Wechat juga boleh.”

“Bukankah di perjanjian ada tertera nomorku, kamu lihat sendiri saja.”ucap Rendi tersenyum mengetahui apa yang dipikirkan Nagita.

Melihat Rendi tidak ingin memberinya, Nagita sedikit kecewa, dia mundur beberapa langkah mengeluarkan kartu nama biasa dan menyerahkannya kepada Rendi.

“Kak Rendi, ini kartu namaku, lain kali kalau kamu ingin membeli Audy, bisa meneleponku, aku akan keluar menemuimu.”

Rendi mengambil kartu nama dan meliriknya, lalu menganggukkan kepala, menyalakan mobil dan pergi.

Nagita kembali ke kantor Manager tanpa mendapatkan nomor Rendi.

“Pak Manager, aku meminta nomor Rendi, Kak Rendi menyuruhku melihat perjanjian, bolehkah kamu memberikan nomornya kepadaku?”ucap Nagita lemah.

“Kebetulan perjanjiannya belum disimpan di kabinet, kamu pergi lihat sendiri.”ucap Manager tersenyum, dalam hatinya berkata orang tidak memberimu nomor itu artinya tidak tertarik padamu, meskipun kamu menyimpan nomornya, juga tidak berguna.”

Tapi selama Nagita memiliki niat untuk berusaha, dia sangat senang, lagipula tidak banyak pelanggan besar yang sederhana seperti Rendi.

“Terima kasih Manager.”ucap Nagita senang, mengambil perjanjian dan mencari nomor Rendi di atas meja.

Setelah meninggalkan tempat pameran, Rendi langsung pergi ke perusahaan.

Melihat mobil A6 yang baru, Suandi langsung bisa mengenali itu mobil Rendi.

“Kak Ren, biarkan aku yang memarkirkan.”ucap Suandi menghampiri.

Rendi mengangguk, sambil membuka pintu keluar dari mobil.

“Oh iya, nanti pergi ke kantor Direktur Sandro.”ucap Rendi berjalan menuju pintu perusahaan.

Beberapa Satpam terkejut melihat Rendi menyetir mobil A6 terbaru ke kantor, ada seorang Satpam menggunakan HT memberitahu Yanto.

Yanto yang mendengar ini hatinya sangat tidak senang, dia seorang kepala Satpam, datang bekerja mengendarai sepeda motor listrik, tidak di sangka seorang pegawai Satpamnya mengendarai A6, ini benar-benar sangat menjengkelkan.

Dia berlari keluar melihat Suandi yang baru saja memarkirkan mobil, dia berteriak dengan marah: “Suandi, tidak kerja baik-baik, malah pergi membantu Rendi memarkirkan mobil, kamu tidak ingin bekerja lagi?”

“Bukankah membantu memarkirkan mobil adalah bagian dari tugas Satpam?”ucap Suandi tenang memandang Yanto dan balik bertanya kepadanya.

“Itu untuk para level Manajemen dan para tamu, Rendi hanya seorang Satpam, apakah bisa menikmati pelayanan seperti ini?”tegur Yanto.

Suandi melirik ke arah Yanto, lalu berbalik menuju gedung perusahaan.

“Kamu tidak bekerja mau pergi kemana?” ucap Yanto tubuhnya gemetar, Rendi sudah tidak bisa menahannya, siapa yang menyuruh Rendi ke atas Direktur Sandro.

Ketika Suandi seorang Satpam kecil, tidak memandang aku seorang kepala Satpam, aku pikir kamu sudah bosan hidup.

“Pergi ke kantor Direktur Sandro.”ucap Suandi tenang.

“Sudah hebat kamu, ok, aku juga akan pergi ke kantor Direktur Sandro mengajukan surat pemecatanmu!”ucap Yanto marah, berjalan menuju gedung.

Tepat saat ini, teleponnya berdering, dia melihatnya, ternyata telepon dari sekretaris Direktur Sandro.

“Kepala Satpam Yanto, Direktur Sandro memintamu datang ke kantornya sebentar.”ucap sekretaris lalu mematikan telepon.

Yanto mengerutkan kening, Suandi mau pergi ke kantor Direktur Sandro, dan Direktur Sandro juga memanggil dirinya, ada apa ini?

Jangan-jangan Direktur Sandro juga merasa Suandi tidak profesional dalam bekerja jadi ingin memecatnya?

Yanto berpikir sembarangan, sesampai di lantai dua, dia melihat Famrik keluar dari kantor.

“Pak Famrik, mau keluar.”tanya Yanto.

“Bukan, Direktur Sandro memintaku ke kantornya.”ucap Famrik menggeleng.

“Hah? Apakah sekretarisnya menelepon kamu barusan?”tanya Yanto terkejut.

“Direktur Sandro juga memanggilmu ke kantornya?”tanya Famrik terkejut.

“Iya, tidak tahu Direktur Sandro memanggil kita untuk apa, oh iya, ada Satpam pergi juga, ke kantor Direktur Sandro.”ucap Yanto.

Famrik menyipitkan mata, bertanya: “Apakah terjadi sesuatu di Dept. Keamanan?”

“Tidak ada.”ucap Yanto, tiba-tiba mengingat sesuatu, wajahnya berubah dan berkata, “Oh iya, kemarin ada dua Satpam di bawa polisi, sampai sekarang aku tidak tahu mereka melakukan pelanggaran apa.”

Famrik berpikir, dan Yanto berkata: “Pak Famrik, apakah kemarin Finance kehilangan uang 200 juta ketahuan oleh mereka?”

“Mereka ada memeriksa CCTV tidak?”tanya Famrik mengerutkan kening, kejadian semalam mereka sengaja mencelakai Rendi, kalau ketahuan, dia juga tidak bisa cuci tangan.”

“Tidak, kemarin aku langsung menghapus rekaman CCTV.”ucap Yanto menggeleng.

“Hhm, pergi dulu nanti kita bicarakan.”ucap Famrik mengangguk.

“Oh iya Pak Famrik, Rendi sialan itu hari ini datang ke kantor mengendarai mobil A6, dan itu baru seharusnya baru beli.”ucap Yanto tiba-tiba.

“Hmph, Audy A6, seharga 800 juta sampai 1 M, tampaknya bocah ini diam-diam mencapai kesepakatan dengan Sandro.”ucap Famrik tersenyum dingin.

“Menggunakan istri sendiri ditukar dengan uang, bocah ini cukup kejam, benar-benar pria brengsek.”ucap Yanto menyindir.

“Biarkan dia menggila untuk sementara, tidak lama, tunggu aku menjadi pemegang saham baru, pasti akan membuat mereka suami istri meninggalkan perusahaan seperti anjing mati.”

Famrik tersenyum dingin, berjalan menuju kantor Sandro.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu